7.7.17

Pengajian Ketigapuluh Sembilan,-TWU

                        PENGURUS PUSAT

PENGAJIAN TAUHID WAHDATUL UMMAH
Manggala Wanabakti Bldg, Blok IV It. 6 No. 609 A
Jln. Jend. Gatot Subroto Jakarta 10270 TeIp.. Fax. (021) 5701151



Pengajian Ketigapuluh Sembilan,



Assalamu'alaikum War Wab
“Allahu yastahzi-u-bihim wayamudduhum fi tughyaanihim ya'mahuun" : “AIIah akan membalas oiok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing”, (Al-Baqoroh : 15)
Seperti biasa kita akan mengkaji dan rnenggali hikmah ayat tersebut melalui pembahasan eklektik yang independent dari berbagai perspektif secara komprehensif dan holistis untuk menggali nilai-nilai spiritual setinggi-tingginya dari kandungan ayat tersebut.

Asbabun-nuzul.

Asbabun-nuzul ayat tersebut masih berkait dengan ayat 14 AI-Baqoroh. meliputi perilaku Abdullah bin Ubay dkk yang memperolok-olok para sahabat besar Rasulullah SAW. Jika ayat sebelumnya (AI-Baqoroh 14) mengungkapkan kepalsuan sikap kaum munafikin maka ayat 15 Al-Baqoroh merupakan batasan dan sanksi dari Ailah yang dijatuhkan kepada kaum munafikin. Sanksi yang terpenting ialah rnereka ditetapkan Allah dalam keadaan ‘terombang-ambing’. Maka kompleks ambivalency selanjutnya menjadi disposisi rigiditas (watak asli) kaurn munafikin dengan ciri-ciri utama kognitif. afektif dan konatif atau pengetahuan, perasaan dan kemauan yang tidak stabil. Ini memunculkan sifat sifat circulair atau manis depresif dengan gestalt yang terombang-ambing diantara sikap kuat agresif dan lemah depresif. Ini mengakibatkan secara psikologis orang-orang munafik tidak mampu melakukan ekualisasi energi pada das Ich, sehingga psiko-kognitif tidak pernah mencapai kognitif, afektif dan konatif yang stabil. Maka mereka tetap tinggal dalam kebodohan dan keterombang-ambingan tanpa penyelesaian hingga akhir hayat.

Dibawah ini adalah bukti lain dari kebodohan kaum munafikin:
Suatu hari Rasulullah SAW sedang duduk dengan para shahabat mengajarkan ayat-ayat AI-Qur’an, muncul orang munafik Nadhar lbnul Harits didekat Rasulullah. Nadhar lalu memanggil kawan-kawannya dan berceramah : Hai bangsa Quraisy demi Latta dan Uzza aku hendak menceritakan hal-ha! yang Iebih baik dan lebih menarik hati daripada cerita-cerita Muhammad yang sesungguhnya bersumber dari orang-orang kuno, jadi sudah usang”. lbnul Hants lalu mendongeng cerita-cerita takhayul zaman Persia purba dan lain-lain yang bersumber dari peradaban mitologi Mesopotamia dan Israel purba. Tujuannya untuk mengahalang-halangi meluasnya semangat Islam dikalangan ras Arabia­Hejaz. Maka turunlah ayat ini :

“Wa minannaasi man-yyastari lahwal-haditsi liyudhilla an-sabilillahi bighoiri ilmin, wayattakhidzaha huzuwaa; ulaika lahum 'adzaabun-mmuhien" : "Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari Jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan Jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan”. (Luqman :6)
(Tarikh Nabi Muhammad SAW hal 209-210).

Maulid Rasulullah SAW

Apa yang dikemukaan Nadhar lbnul Harits menggambarkan isi-isi kesadaran dan ketidaksadaran kolektif ras Arabia-Hejaz yang masih sangat dipengaruhi kebudayaan lama yang bersumber dan peradaban Mesopotamia dan Israel purba yang membawa Arabia dalam kegelapan lebih dari 2000 tahun. Ketika dunia telah mengalami transformasi dari budaya mitologis kepada falsafah agnostic yang berpusat di Yunani, Tiongkok dan India (abad 6-5 SM) serta transformasi transcendental agama-agama samawi (Nasrani dan Yahudi awal abad Masehi), Arab masih terjebak dalam kegelapan peradaban mitologi-purba.
Perubahan Arab ditandai dengan Iahirnya putra Abdul!ah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahbin Abdu Manaf, pada subuh, hari Senin, tanggal 9 Rabi'ul Awwal Tahun Fil ke-1 bertepatan tanggal 20 April 571 Masehi. Abdul Muthalib menamai cucunya yang lahir di kampung Bani Hasyim Mekkah itu dengan nama yang jarang ada duanya di masa itu, yaitu “MUHAMMAD”, artinya “yang terpuji”. Inilah awal mula pencerahan” ras Arabia bahkan dunia. Abdullah sendiri sudah meninggal di Yatsrib ketika pulang dari berdagang di Syam, sejak Muhammad masih berada dalam kandungan 2 bulan istrinya-Siti Aminah

Pada usia 12 th ketika mengikuti kabilah dagang pamannya Abu Thalib ke Syam (Syria), seorang pendeta Nasrani Bakhira (disebut juga Bukhaira) memperingatkan Abu Thalib agar menjaga baik-baik Muhammad karena akan menjadi Nabi penutup dan Rasul Allah dan kelak akan dimusuhi oleh kaum dan bangsanya sendiri. Pendeta Bakhira mendasarkan penglihatanya itu dengan tanda-tanda yang terdapat dalam Kitab Injil. Bakhira menasehatkan kepada Abu Thalib agar Muhammad disembunyikan dari orang-orang Yahudi, agar tidak dibunuh atau disakiti (seperti yang dilakukan terhadap Nabi Isa as.), (K.H. Moenawar Cholil : Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, hal. 75).
Pada usia 25 th Muhammad untuk kedua kalinya ke Syria, kali ini sebagai pemimpin kabi!ah dagang Siti Khadijah binti Khuwai!id. Seorang pendeta Nasrani Masthura berkata kepada Maisarah pelayan Khadijah yang menyertai Muhammad :“Hai Maisarah aku melihat tanda-tanda berdasarkan Kitab Injil dan Taurat bahwa pemuda ini (Muhammad) akan menjadi Nabi dan Utusan Allah”. Kemudian pendeta Nasrani itu mendekat Muhammad seraya berkata :“Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya engkau adalah Rasul Allah yang ummiy, yang pernah diberitakan dengan kegembiraan oleh lsabnu Maryam”. (Ibid, hal. 85)
Dafam usia 25 th itu Muhammad bin Abdullah menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid. Seorang wanita kaya bangsawan Quraisy yang memiliki kedudukan kuat. Setelah ini kita menyaksikan skenario Allah memasuki tahap-tahap menentukan bagi tampilnya pemimpin besar umat manusia. Dalam usia 40 th Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama ketika uzlah di gua Hiro.:

“Iqro’ bismi robbikalladzii kholaq (1). Kholaqol-insaana min ~alaq (2). Iqro' warabbukal-akrom (3). Alladzie ‘allama bil-qolam (4). ‘Allamal-insaana maalam ya’lam (5)  “ : :“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu Yang telah menciptakan (1); Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2); Bacalah dan Tuhan-mu Maha Pemurah (3); Yang telah men gajar (manusia) dengan perantaraan pena (4); Dia mengajarkan kepada manusia apa yang ia tidak tahu (5)”, (AI-’Alaq:1-5)..
ltulah letupan cahaya Tauhid yang terbesar di jazirah Arab. Terang-benderang menyinari jiwa manusia, membangkitakan spirit perubahan terbesar umat manusia dan kegelapan kepada cahaya kebenaran — “minaddzulumati ilannuur” Inilah awal Revolusi Hijrah, Revolusi Tauhid yang terbesar yang merupakan awal pencerahan dunia yang sebenamya, yang bermula dari kegelapan Arabia dan memancar terang keseluruh dunia. lnilah Iangkah awal sublimasi besar umat manusia dari absurditas roh-roh kegelapan kepada Allah Tuhan Yang Esa, dari mitologi yang fana kepada transcendental yang abadi.
Abad ke-4 SM filsuf besar Yunani Plato mengatakan bahwa diantara banyak kebenaran, sesungguhnya hanya ada satu kebenaran yang berlaku bagi semuanya yang disebutnya “idea”, merupakan hakekat akal pikiran dibalik pengamatan inderawi. Setelah pencarian selama 1000 tahun itu, kini terjawablah sudah , bahwa “idea” yang terbesar adalah Allah Zat Yang Maha Tunggal yang meliputi segalanya, Yang menciptakan manusia dari segumpal darah, Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia tentang kehidupan akhirat yang hakiki dan abadi.



                      
Kebenaran ramalan para Pendeta Nasrani.
Ramalan pendeta-pendeta Nasrani Bakhira dan Masthura, yang didasarkan atas pengamatan mereka yang tajam terhadap tanda-tanda yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat dan Injil, terbukti benar. Dan seperti ramalan mereka, setelah menyatakan dirinya sebagal Nabi dan Rasul Allah, maka pada masa awal itu sebagian besar kaum Quraisy Mekkah menentang dan memusuhi Muhammad SAW. Yang mula-mula beriman adalah istrinya Siti Khadijah binti Khuwailid, Ialu sepupunya Ali bin Abi Thalib, Arqam bin AbiI-Arqam, Abdullah bin Mas’ud, Amr bin Yasir, Abu Hurairah dll yang menjadi assabiqunal-awwalun yang menghadapi kondisi terberat pada masa-masa awal kenabian. Meski demikian pancaran illahi dalam diri Rasulullah SAW tak terbendung, semakin hari semakin banyak orang beriman kepada ajaran Tauhid. Namun sekelompok orang-orang munafik­-musyrikin terus memusuhi, menentang dan menghujat Rasulullah SAW bahkan menghujat Firman-firman Allah, seperti ditunjukkan Nadhar Ibnul Harits didepan. Begitu banyak tanda-tanda kebenaran telah ditunjukkan RasuIuIIah SAW, tetapi orang-orang munafik tidak mampu melihatnya, mereka terombang-ambing diantara mitos masa IaIu dan realitas perubahan zaman, akibatnya mereka tidak pernah sampai pada pengertian yang sebenarnya. Mereka hidup dalam Gestalt kepalsuan tanpa dasar kebenaran sama sekali.
Perhatikan sabda Yesus atau isa AI-Masih a.s.: “Warna Iangit dapat kemu bedakan hai kamu orang-orang munafik, tetapi tanda-tanda zaman tidak dapat kamu bedakan ?” (Cerita-cerita AI-Kitab Perianjian Baru,hal. 137).
Sekian bagian kedelapan dari ke-13 ayatul-munafikin, terima kasih. Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 22 Oktober 2005,
Pengasuh,


HAJI AGUS MIFTACH

Ketua Umum Front Porsatuan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar