![]() |
PENGURUS PUSAT
PENGAJIAN TAUHID
WAHDATUL UMMAH
Manggala Wanabakti Bldg, Blok IV It. 6
No. 609 A
Jln. Jend. Gatot Subroto Jakarta 10270
TeIp.. Fax.
(021)
5701151
Pengajian Ketigapuluh
Sembilan,
Assalamu'alaikum War Wab
“Allahu
yastahzi-u-bihim wayamudduhum
fi tughyaanihim ya'mahuun" : “AIIah akan membalas oiok-olok mereka dan
membiarkan mereka terombang-ambing”, (Al-Baqoroh : 15)
Seperti
biasa kita akan mengkaji dan rnenggali hikmah ayat tersebut melalui pembahasan
eklektik yang independent dari berbagai perspektif secara komprehensif dan
holistis untuk menggali nilai-nilai spiritual setinggi-tingginya dari kandungan
ayat tersebut.
Asbabun-nuzul.
Asbabun-nuzul
ayat tersebut masih berkait dengan ayat 14 AI-Baqoroh. meliputi perilaku
Abdullah bin Ubay dkk yang memperolok-olok para sahabat besar Rasulullah SAW.
Jika ayat sebelumnya (AI-Baqoroh 14) mengungkapkan kepalsuan sikap kaum munafikin
maka ayat 15 Al-Baqoroh merupakan batasan dan sanksi dari Ailah yang dijatuhkan
kepada kaum munafikin. Sanksi yang terpenting ialah rnereka ditetapkan Allah
dalam keadaan ‘terombang-ambing’. Maka kompleks ambivalency selanjutnya
menjadi disposisi rigiditas (watak asli) kaurn munafikin dengan ciri-ciri utama
kognitif. afektif dan konatif atau pengetahuan, perasaan dan kemauan yang tidak
stabil. Ini memunculkan sifat sifat circulair atau manis depresif dengan
gestalt yang terombang-ambing diantara sikap kuat agresif dan lemah
depresif. Ini mengakibatkan secara psikologis orang-orang munafik tidak mampu
melakukan ekualisasi energi pada das Ich, sehingga psiko-kognitif tidak pernah
mencapai kognitif, afektif dan konatif yang stabil. Maka mereka tetap tinggal
dalam kebodohan dan keterombang-ambingan tanpa penyelesaian hingga akhir hayat.
Dibawah ini adalah bukti lain dari
kebodohan kaum munafikin:
Suatu hari Rasulullah SAW sedang duduk
dengan para shahabat mengajarkan ayat-ayat AI-Qur’an, muncul orang munafik Nadhar
lbnul Harits didekat Rasulullah. Nadhar lalu memanggil kawan-kawannya dan
berceramah : Hai bangsa Quraisy demi Latta dan Uzza aku hendak menceritakan
hal-ha! yang Iebih baik dan lebih menarik hati daripada cerita-cerita Muhammad
yang sesungguhnya bersumber dari orang-orang kuno, jadi sudah usang”. lbnul
Hants lalu mendongeng cerita-cerita takhayul zaman Persia purba dan lain-lain
yang bersumber dari peradaban mitologi Mesopotamia dan Israel purba. Tujuannya
untuk mengahalang-halangi meluasnya semangat Islam dikalangan ras ArabiaHejaz.
Maka turunlah ayat ini :
“Wa minannaasi man-yyastari
lahwal-haditsi liyudhilla an-sabilillahi bighoiri ilmin, wayattakhidzaha
huzuwaa; ulaika lahum 'adzaabun-mmuhien" : "Dan diantara manusia
(ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan
(manusia) dari Jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan Jalan Allah itu
olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan”. (Luqman :6)
(Tarikh Nabi Muhammad SAW hal
209-210).
Maulid Rasulullah SAW
Apa yang dikemukaan Nadhar lbnul
Harits menggambarkan isi-isi kesadaran dan ketidaksadaran kolektif ras
Arabia-Hejaz yang masih sangat dipengaruhi kebudayaan lama yang bersumber dan
peradaban Mesopotamia dan Israel purba yang membawa Arabia dalam kegelapan
lebih dari 2000 tahun. Ketika dunia telah mengalami transformasi dari budaya
mitologis kepada falsafah agnostic yang berpusat di Yunani, Tiongkok dan India
(abad 6-5 SM) serta transformasi transcendental agama-agama samawi (Nasrani dan
Yahudi awal abad Masehi), Arab masih terjebak dalam kegelapan peradaban
mitologi-purba.
Perubahan Arab ditandai dengan
Iahirnya putra Abdul!ah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahbin Abdu Manaf,
pada subuh, hari Senin, tanggal 9 Rabi'ul Awwal Tahun Fil ke-1 bertepatan
tanggal 20 April 571 Masehi. Abdul Muthalib menamai cucunya yang lahir di
kampung Bani Hasyim Mekkah itu dengan nama yang jarang ada duanya di masa itu,
yaitu “MUHAMMAD”, artinya “yang terpuji”. Inilah awal mula pencerahan” ras
Arabia bahkan dunia. Abdullah sendiri sudah meninggal di Yatsrib ketika pulang
dari berdagang di Syam, sejak Muhammad masih berada dalam kandungan 2 bulan
istrinya-Siti Aminah
Pada usia 12 th ketika mengikuti
kabilah dagang pamannya Abu Thalib ke Syam (Syria), seorang pendeta Nasrani Bakhira
(disebut juga Bukhaira) memperingatkan Abu Thalib agar menjaga baik-baik
Muhammad karena akan menjadi Nabi penutup dan Rasul Allah dan kelak akan
dimusuhi oleh kaum dan bangsanya sendiri. Pendeta Bakhira mendasarkan
penglihatanya itu dengan tanda-tanda yang terdapat dalam Kitab Injil. Bakhira
menasehatkan kepada Abu Thalib agar Muhammad disembunyikan dari orang-orang
Yahudi, agar tidak dibunuh atau disakiti (seperti yang dilakukan terhadap Nabi
Isa as.), (K.H. Moenawar Cholil : Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, hal.
75).
Pada usia 25 th Muhammad untuk kedua
kalinya ke Syria, kali ini sebagai pemimpin kabi!ah dagang Siti Khadijah binti
Khuwai!id. Seorang pendeta Nasrani Masthura berkata kepada Maisarah pelayan
Khadijah yang menyertai Muhammad :“Hai Maisarah aku melihat tanda-tanda
berdasarkan Kitab Injil dan Taurat bahwa pemuda ini (Muhammad) akan menjadi
Nabi dan Utusan Allah”. Kemudian pendeta Nasrani itu mendekat Muhammad seraya
berkata :“Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya engkau
adalah Rasul Allah yang ummiy, yang pernah diberitakan dengan kegembiraan oleh
lsabnu Maryam”. (Ibid, hal. 85)
Dafam usia 25 th itu Muhammad bin
Abdullah menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid. Seorang wanita kaya
bangsawan Quraisy yang memiliki kedudukan kuat. Setelah ini kita menyaksikan
skenario Allah memasuki tahap-tahap menentukan bagi tampilnya pemimpin besar
umat manusia. Dalam usia 40 th Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama ketika
uzlah di gua Hiro.:
“Iqro’ bismi robbikalladzii kholaq
(1). Kholaqol-insaana min ~alaq (2). Iqro' warabbukal-akrom (3). Alladzie
‘allama bil-qolam (4). ‘Allamal-insaana maalam ya’lam (5) “ : :“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu
Yang telah menciptakan (1); Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(2); Bacalah dan Tuhan-mu Maha Pemurah (3); Yang telah men gajar (manusia)
dengan perantaraan pena (4); Dia mengajarkan kepada manusia apa yang ia tidak
tahu (5)”, (AI-’Alaq:1-5)..
ltulah letupan cahaya Tauhid yang
terbesar di jazirah Arab. Terang-benderang menyinari jiwa manusia,
membangkitakan spirit perubahan terbesar umat manusia dan kegelapan kepada
cahaya kebenaran — “minaddzulumati ilannuur” Inilah awal Revolusi
Hijrah, Revolusi Tauhid yang terbesar yang merupakan awal pencerahan dunia yang
sebenamya, yang bermula dari kegelapan Arabia dan memancar terang keseluruh
dunia. lnilah Iangkah awal sublimasi besar umat manusia dari absurditas roh-roh
kegelapan kepada Allah Tuhan Yang Esa, dari mitologi yang fana kepada
transcendental yang abadi.
Abad ke-4 SM filsuf besar Yunani Plato
mengatakan bahwa diantara banyak kebenaran, sesungguhnya hanya ada satu
kebenaran yang berlaku bagi semuanya yang disebutnya “idea”, merupakan
hakekat akal pikiran dibalik pengamatan inderawi. Setelah pencarian selama 1000
tahun itu, kini terjawablah sudah , bahwa “idea” yang terbesar adalah Allah Zat
Yang Maha Tunggal yang meliputi segalanya, Yang menciptakan manusia dari
segumpal darah, Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia tentang kehidupan
akhirat yang hakiki dan abadi.
Kebenaran ramalan para Pendeta Nasrani.
Ramalan pendeta-pendeta Nasrani
Bakhira dan Masthura, yang didasarkan atas pengamatan mereka yang
tajam terhadap tanda-tanda yang diisyaratkan dalam Kitab Taurat dan Injil,
terbukti benar. Dan seperti ramalan mereka, setelah menyatakan dirinya sebagal
Nabi dan Rasul Allah, maka pada masa awal itu sebagian besar kaum Quraisy
Mekkah menentang dan memusuhi Muhammad SAW. Yang mula-mula beriman adalah
istrinya Siti Khadijah binti Khuwailid, Ialu sepupunya Ali bin Abi Thalib,
Arqam bin AbiI-Arqam, Abdullah bin Mas’ud, Amr bin Yasir, Abu Hurairah dll yang
menjadi assabiqunal-awwalun yang menghadapi kondisi terberat pada
masa-masa awal kenabian. Meski demikian pancaran illahi dalam diri Rasulullah
SAW tak terbendung, semakin hari semakin banyak orang beriman kepada ajaran
Tauhid. Namun sekelompok orang-orang munafik-musyrikin terus memusuhi,
menentang dan menghujat Rasulullah SAW bahkan menghujat Firman-firman Allah,
seperti ditunjukkan Nadhar Ibnul Harits didepan. Begitu banyak tanda-tanda
kebenaran telah ditunjukkan RasuIuIIah SAW, tetapi orang-orang munafik tidak
mampu melihatnya, mereka terombang-ambing diantara mitos masa IaIu dan realitas
perubahan zaman, akibatnya mereka tidak pernah sampai pada pengertian yang
sebenarnya. Mereka hidup dalam Gestalt kepalsuan tanpa dasar kebenaran
sama sekali.
Perhatikan sabda Yesus atau isa
AI-Masih a.s.: “Warna Iangit dapat kemu bedakan hai kamu orang-orang
munafik, tetapi tanda-tanda zaman tidak dapat kamu bedakan ?” (Cerita-cerita
AI-Kitab Perianjian Baru,hal. 137).
Sekian bagian kedelapan dari ke-13
ayatul-munafikin, terima kasih. Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 22 Oktober 2005,
Pengasuh,
HAJI
AGUS MIFTACH
Ketua
Umum Front Porsatuan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar