11.7.17

Pengajian Keseratus Dua (102)






Pengajian Keseratus Dua (102)

Assalamu’alaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,









Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari sisi Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka. padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu” : Al-Baqoroh : 89.

Seperti tradisi Pengajian ini, ayat ini akan kita bahas dengan pendekatan eklektik multiperspektif dari aspek teologis, antropologis, historiografis dan psikologis dll secara holistis, dengan harapan akan diperoleh pemahaman yang komprehensif dan hikmah yang mendalam tentang kandungan makna ayat ini.

Pokok Bahasan
Jumhur mufassirin berpendapat, asbabun-nuzul ayat ini berkaitan dengan peperangan yang terjadi antara suku Yahudi Khaibar dengan suku Gathafan yang selalu dimenangkan oleh suku Gathafan. Maka kaum Yahudi berdo’a kepada Allah (Yahweh), dengan kalimat seperti ini :”Ya Allah, kami mohon kepadamu, demi kebenaran Muhammad, nabi yang ummi yang Engkau janjikan kepada kami, agar Engkau membangkitkannya bagi kami, tolonglah kami agar menang atas mereka (suku Gathafan)”. Kalimat doa itu menurut jumhur mufassirin di baca kaum Yahudi Khaibar setiap kali akan bertempur dengan suku Gathafan, sehingga akhirnya dapat mengalahkan suku Gathafan..
Riwayat diatas bersumber dari hadiest dengan sanad lemah, yaitu dari Hakim dalam Mustadrak dan dari Baihaqi dalam Dalail dengan sanad dari Ibnu Abbas dengan rangkaian yang tidak meyakinkan.
Sementara itu Ibnu Abu Hatim juga Muhammad bin Ishak mengemukakan  dari jalur Sa’id bin Jubeir atau Ikrimah dari Ibnu Abas,”Kaum Yahudi senantiasa mengharapkan pertolongan seorang Nabi sebelum dia diutus, untuk mengalahkan suku Aus dan suku Khazraj yang tengah terlibat peperangan melawan mereka. Tetapi setelah Nabi yang diutus Allah itu ternyata dari bangsa Arab bukan dari bangsa Yahudi, mereka kafir terhadapnya dan mengingkari tanda-tanda yang dahulu mereka katakan. Maka Mu’adz bin Jabal, Basyar al-Barra bin Ma’rur, dan Daud bin Salamah berkata:’Hai kaum Yahudi bertakwalah kepada Allah dan masuklah Islam. Sesungguhnya kamu dulu mengharapkan pertolongan untuk mengalahkan kami melalui kebesaran nama Muhammad SAW, ketika kami masih musyrik, dan kamu-lah yang memberitakan kepada kami bahwa Muhammad akan ditutus sebagai Nabi, lalu kamu menjelaskan sifat-sifatnya’”.
Sudah barangtentu klaim sepihak jumhur mufassirin itu ditolak oleh kaum Yahudi. Tokoh Yahudi Bani Nadzhir, Salam bin Musykam menyatakan,’Ia  (Muhammad) tidak membawa ciri-ciri yang kami kenal dan tidak seperti yang kami sebutkan kepadamu dahulu’. Adalah fakta, bahwa Bani Israil sepanjang sejarahnya hingga sekarang, dalam semua kitab-kitabnya, tidak pernah menyebut apalagi mengakui kenabian Muhammad SAW. Menyebut ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab-kitab suci mereka, sama sekali tidak pernah mereka katakan. Itu hanya narasi jumhur mufassirin. Yang mereka katakan ialah akan datangnya Juru Selamat Yahudi atau Mesiah di akhir zaman. Dia itu putra Daud yang akan membangun kembali kejayaan kerajaan Kana’an seperti Daud pernah membangunnya..  Ketika Nabi Isa a.s yang keturunan Daud diutus kepada kaum Yahudi, mereka juga menolak, karena Isa menyatakan akan membangun kerajaan sorgawi yang transenden, bukan membangun kerajaan duniawi dalam arti fisik-materiil seperti yang di bangun Daud dan Sulaiman yang selalu menjadi idola bagi Bani Israel.

Satu catatan, bahwa Bani Israel menyebut tuhannya Yahweh bukan Allah. Jumhur mufassirin-lah yang selalu membahasakan Yahweh dengan Allah.  Apakah Yahweh sama dengan Allah ? Terdapat persamaan dan terdapat perbedaan. Kita pernah membahas ini pada pengajian terdahulu. Kelak akan kita bahas kembali agar kita memahami betul perspektif ketuhanan Bani Israil.

Kebiasaan berperang
Kita telah membahas sejak pengajian ke-99-101 hingga pengajian ke 102 yang sekarang ini tentang kebiasaan berperang bangsa Yahudi dan bangsa Arab yang sudah berlangsung selama 3000 th terus menerus tanpa pernah ada penyelesaian. Artinya perang dan kekerasan merupakan tradisi dan bagian dari perilaku mereka sehari-hari. Di awal sejarah mereka sama-sama menyembah dewa-dewa perang diantaranya Ba’al El-Elyon, dan ketika memeluk agama yang lebih modern mereka mewarnainya dengan budaya perang hingga di zaman modern sekarang ini. Demikian pula bangsa-bangsa Eropa memiliki peradaban perang yang panjang. Sejak pengajian ke-99 hingga 102 ini saya selalu menegaskan bahwa peperangan antara Israel-Arab, antara Barat-Arab tidak ada kaitannya dengan agama. Ini peperangan dengan motif-motif sekuler, biasanya berlatar belakang ekonomi praktis yang memang menjadi tradisi mereka sejak zaman 3000 th yang lalu. Bahkan Perang Salib yang berlangsung tujuh kali selama dua abad (1096-1291) menurut penulis katholik Maria Etty dkk dalam Opus Dei dan Davinci Code (2006) bukan perang agama, melainkan perang ekonomi yang memperebutkan jalur perdagangan rempah-rempah dan sutera. Pemicunya ialah, ketika pada millennium I bangsa Seljuk menguasai Turki yang membuat jalur perdagangan rempah-rempah, gula dan sutera dari India ke Eropa terpotong dimana orang-orang India, Jawa, Melayu, Cina dan Arab mengalihkan alur komoditi Lada, pala, cengkih, kayumanis, kapulaga, damar, cendana, gula dan sutera yang merupakan komoditas strategis melalui Turki sebagai kekuatan terbesar yang berpengaruh di belahan Timur masa itu. Tetapi kalau rakyat diajak berperang demi produk dagang, tidak akan menimbulkan rangsangan heroik. Maka baik penguasa Kristen (dan kalangan Yahudi) maupun penguasa Islam dengan tujuan masing-masing telah membelokkan pokok masalah dagang yang sangat duniawi ini menjadi isyu agama dengan menempatkan kota suci Yerusalem sebagai pokok sengketa. Maka pecahlah Perang Salib yang dahsyat itu yang memunculkan pahlawan besar Shalahuddin al-Ayyubi orang Kurdi dari Tikrit, Irak itu (Gus Dur, 2006). Sungguh ironis perang yang terlanjur menorehkan luka yang parah dalam hubungan keagamaan diantara Kristen, Yahudi dan Islam itu sesungguhnya hanyalah sengketa dagang yang mutlak duniawi, dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama.
Demikian pula perang Israel-Palestina/Arab dewasa ini, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan agama. Ini semata-mata perang duniawi menurut alasan masing-masing. Disatu sisi terdapat nuansa perang kemerdekaan bagi bangsa Palestina yang kita dukung sepenuhnya. Tapi Israel juga bisa berdalih serupa, karena sikap Hamas yang tidak mengakui eksistensi negara Israel. Maka Israel dapat menganggap Hamas sebagai ancaman bagi kemerdekaan Israel (vide, Resolusi PBB No.181/1947).

Agenda Freemasonry
Dalam Pengajian ke-76 (Buku ke-5), diungkapkan, jika rencana-rencana Albert Pike (tokoh  puncak freemasonry AS abad ke-19) berjalan, maka Perang Dunia ke III yang direncanakan terjadi awal abad ke-21 akan berawal dari masalah Israel dengan Palestina. Arahnya menjadi semakin jelas ketika pada tgl. 25 Januari 2006 Partai HAMAS pimpinan Ismail Haniya memenangkan Pemilu Palestina, disusul kemenangan Partai Kadima pimpinan Ehud Olmert pada Pemilu Israel tgl. 25 Maret 2006 (vide, Pengajian ke-99).
Dalam platform perjuangan HAMAS dikemukakan :”Zionis berada di balik Revolusi Perancis, Revolusi Komunis; Mereka berada di balik Perang Dunia ke I, ketika mereka mampu menghancurkan kekhalifahan Islam (Kekaisaran Ottoman). Mereka mendapatkan Deklarasi Balfour (yang memihak pendirian tanah air Yahudi di Palestina); dan membentuk Liga Bangsa-bangsa yang melaluinya mereka bisa menguasai dunia. Zionis berada di balik Perang Dunia ke-II yang darinya mereka mendapat keuntungan financial yang sangat besar dengan jual-beli peralatan perang, dan merintis jalan untuk pendirian negara mereka. Zionislah yang menghasut digantinya Liga Bangsa-bangsa dengan Perserikatan Bangsa-bangsa dan Dewan Keamanan; Tidak ada perang dimanapun tanpa adanya campur tangan Zionis.”

Prof. Michele Scott Doran dari Princeton University, tidak mempercayai pandangan HAMAS itu sebagai suatu kebenaran. Namun melihatnya sebagai suatu manipulasi politik untuk memperluas konflik dengan melibatkan seluruh komunitas Muslim. Maka musuh mereka harus lebih besar dari sekedar sekelompok Yahudi yang menguasai secuil wilayah Muslim. Musuh tsb harus  merupakan manifestasi Iblis yang mengatasi ruang dan waktu. Dengan platform itu HAMAS telah menarik garis perang antara peradaban Islam melawan Zionis.
Sementara itu seorang tokoh Yahudi Bernard Lewis menyatakan: “Kita menghadapi sebuah sentiment dan gerakan yang tingkatannya melebihi isyu, kebijakan serta pemerintahan yang membayangi mereka. Hal ini tak lain adalah benturan peradaban- satu reaksi yang mungkin tidak rasional namun histories dari seorang lawan purba (Arab-Muslim) terhadap warisan budaya Yahudi-Kristen kita, keadaan secular kita dan ekspansi keduanya”.
Itulah pandangan-pandangan fundamentalis yang sama sekali tidak benar, namun berhasil secara efektif mengeksploitasi konflik peradaban. Implementasinya menjadi kongkret ketika pemerintahan Ismail Haniya-Hamas menyatakan “tidak mengakui eksistensi negara Israel” dan dibalas oleh pemerintahan Ehud Olmert-Partai Kadima dengan ”perluasan perbatasan yang mencaplok sejumlah wilayah Palestina dan klaim sepihak terhadap Jerusalem Timur”. Perkembangan selanjutnya adalah perang Israel-Palestina/Arab yang kini meluas ke wilayah Lebanan. Hingga Minggu ketiga 23/7/06, korban tewas dipihak Lebanan mencapai 375 jiwa sedangkan dipihak Israel 36 orang tewas. Dipihak Lebanon 500.000 orang mengungsi, sementara dipihak Israel 300.000 orang mengungsi. Perang ini  kemungkinan tidak lama lagi akan melibatkan Syria dan Iran, sementara AS mendukung Israel. Inilah tahap-tahap penting menuju “Novus Ordo Seclorum”  dan E Pluribus Unum”. Ini sama sekali bukan perang agama, tetapi perang sekuler dengan alasan politik dan ekonomi strategis masing-masing pihak yang melihat tanda-tandanya telah masuk ke dalam agenda ‘Illuminati-Freemasonry’   untuk mewujudkan tata-dunia baru dan kekuasaan tunggal dunia baru. Ismail Haniya dan Ehud Olmert disadari atau tidak adalah instrument Illuminati-Freemasonry. Sekian, kita lanjutkan pengajian selanjutnya. Terima kasih.

Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 28 Juli 2006,
Pengasuh,


KH. AGUS MIFTACH.

Ketua Umum Front Persatuan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar