Pengajian Keseratus Dua (102)
Assalamu’alaikum
War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,
“Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an
dari sisi Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka. padahal sebelumnya
mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang
yang ingkar itu” : Al-Baqoroh : 89.
Seperti
tradisi Pengajian ini, ayat ini akan kita bahas dengan pendekatan eklektik
multiperspektif dari aspek teologis, antropologis, historiografis dan
psikologis dll secara holistis, dengan harapan akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif dan hikmah yang mendalam tentang kandungan makna ayat ini.
Pokok
Bahasan
Jumhur
mufassirin berpendapat, asbabun-nuzul ayat ini berkaitan dengan peperangan yang
terjadi antara suku Yahudi Khaibar dengan suku Gathafan yang selalu dimenangkan
oleh suku Gathafan. Maka kaum Yahudi berdo’a kepada Allah (Yahweh), dengan
kalimat seperti ini :”Ya Allah, kami mohon kepadamu, demi kebenaran Muhammad, nabi yang ummi yang Engkau
janjikan kepada kami, agar Engkau membangkitkannya bagi kami, tolonglah kami
agar menang atas mereka (suku Gathafan)”. Kalimat doa itu menurut jumhur
mufassirin di baca kaum Yahudi Khaibar setiap kali akan bertempur dengan suku
Gathafan, sehingga akhirnya dapat mengalahkan suku Gathafan..
Riwayat
diatas bersumber dari hadiest dengan sanad lemah, yaitu dari Hakim dalam
Mustadrak dan dari Baihaqi dalam Dalail dengan sanad dari Ibnu Abbas dengan
rangkaian yang tidak meyakinkan.
Sementara
itu Ibnu Abu Hatim juga Muhammad bin Ishak mengemukakan dari jalur Sa’id bin Jubeir atau Ikrimah dari
Ibnu Abas,”Kaum Yahudi senantiasa mengharapkan pertolongan seorang Nabi sebelum
dia diutus, untuk mengalahkan suku Aus dan suku Khazraj yang tengah terlibat
peperangan melawan mereka. Tetapi setelah Nabi yang diutus Allah itu ternyata
dari bangsa Arab bukan dari bangsa Yahudi, mereka kafir terhadapnya dan mengingkari
tanda-tanda yang dahulu mereka katakan. Maka Mu’adz bin Jabal, Basyar al-Barra
bin Ma’rur, dan Daud bin Salamah berkata:’Hai kaum Yahudi bertakwalah kepada
Allah dan masuklah Islam. Sesungguhnya kamu dulu mengharapkan pertolongan untuk
mengalahkan kami melalui kebesaran nama Muhammad
SAW, ketika kami masih musyrik, dan kamu-lah yang memberitakan kepada kami
bahwa Muhammad akan ditutus sebagai Nabi, lalu kamu menjelaskan
sifat-sifatnya’”.
Sudah
barangtentu klaim sepihak jumhur mufassirin itu ditolak oleh kaum Yahudi. Tokoh
Yahudi Bani Nadzhir, Salam bin Musykam menyatakan,’Ia (Muhammad) tidak membawa ciri-ciri yang kami
kenal dan tidak seperti yang kami sebutkan kepadamu dahulu’. Adalah fakta,
bahwa Bani Israil sepanjang sejarahnya hingga sekarang, dalam semua
kitab-kitabnya, tidak pernah menyebut apalagi mengakui kenabian Muhammad SAW. Menyebut
ciri-ciri Nabi Muhammad SAW dalam kitab-kitab suci mereka, sama sekali tidak
pernah mereka katakan. Itu hanya narasi jumhur mufassirin. Yang mereka katakan
ialah akan datangnya Juru Selamat Yahudi atau Mesiah di akhir zaman. Dia itu
putra Daud yang akan membangun kembali kejayaan kerajaan Kana’an seperti Daud
pernah membangunnya.. Ketika Nabi Isa
a.s yang keturunan Daud diutus kepada kaum Yahudi, mereka juga menolak, karena
Isa menyatakan akan membangun kerajaan sorgawi yang transenden, bukan membangun
kerajaan duniawi dalam arti fisik-materiil seperti yang di bangun Daud dan
Sulaiman yang selalu menjadi idola bagi Bani Israel.
Satu
catatan, bahwa Bani Israel menyebut tuhannya Yahweh bukan Allah. Jumhur mufassirin-lah yang selalu membahasakan
Yahweh dengan Allah. Apakah Yahweh sama
dengan Allah ? Terdapat persamaan dan terdapat perbedaan. Kita pernah membahas
ini pada pengajian terdahulu. Kelak akan kita bahas kembali agar kita memahami
betul perspektif ketuhanan Bani Israil.
Kebiasaan
berperang
Kita
telah membahas sejak pengajian ke-99-101 hingga pengajian ke 102 yang sekarang
ini tentang kebiasaan berperang bangsa Yahudi dan bangsa Arab yang sudah
berlangsung selama 3000 th terus menerus tanpa pernah ada penyelesaian. Artinya
perang dan kekerasan merupakan tradisi dan bagian dari perilaku mereka
sehari-hari. Di awal sejarah mereka sama-sama menyembah dewa-dewa perang
diantaranya Ba’al El-Elyon, dan
ketika memeluk agama yang lebih modern mereka mewarnainya dengan budaya perang
hingga di zaman modern sekarang ini. Demikian pula bangsa-bangsa Eropa memiliki
peradaban perang yang panjang. Sejak pengajian ke-99 hingga 102 ini saya selalu
menegaskan bahwa peperangan antara Israel-Arab, antara Barat-Arab tidak ada
kaitannya dengan agama. Ini peperangan dengan motif-motif sekuler, biasanya
berlatar belakang ekonomi praktis yang memang menjadi tradisi mereka sejak
zaman 3000 th yang lalu. Bahkan Perang Salib yang berlangsung tujuh kali selama
dua abad (1096-1291) menurut penulis katholik Maria Etty dkk dalam Opus Dei
dan Davinci Code (2006) bukan perang agama, melainkan perang ekonomi yang
memperebutkan jalur perdagangan rempah-rempah dan sutera. Pemicunya ialah,
ketika pada millennium I bangsa Seljuk menguasai Turki yang membuat jalur
perdagangan rempah-rempah, gula dan sutera dari India ke Eropa terpotong dimana
orang-orang India, Jawa, Melayu, Cina dan Arab mengalihkan alur komoditi Lada,
pala, cengkih, kayumanis, kapulaga, damar, cendana, gula dan sutera yang
merupakan komoditas strategis melalui Turki sebagai kekuatan terbesar yang
berpengaruh di belahan Timur masa itu. Tetapi kalau rakyat diajak berperang
demi produk dagang, tidak akan menimbulkan rangsangan heroik. Maka baik
penguasa Kristen (dan kalangan Yahudi) maupun penguasa Islam dengan tujuan
masing-masing telah membelokkan pokok masalah dagang yang sangat duniawi ini
menjadi isyu agama dengan menempatkan kota
suci Yerusalem sebagai pokok sengketa. Maka pecahlah Perang Salib yang dahsyat
itu yang memunculkan pahlawan besar Shalahuddin al-Ayyubi orang Kurdi dari
Tikrit, Irak itu (Gus Dur, 2006). Sungguh ironis perang yang terlanjur
menorehkan luka yang parah dalam hubungan keagamaan diantara Kristen, Yahudi
dan Islam itu sesungguhnya hanyalah sengketa dagang yang mutlak duniawi, dan
tidak ada sangkut pautnya dengan agama.
Demikian
pula perang Israel-Palestina/Arab dewasa ini, sama sekali tidak ada sangkut
pautnya dengan agama. Ini semata-mata perang duniawi menurut alasan
masing-masing. Disatu sisi terdapat nuansa perang kemerdekaan bagi bangsa
Palestina yang kita dukung sepenuhnya. Tapi Israel
juga bisa berdalih serupa, karena sikap Hamas yang tidak mengakui eksistensi
negara Israel .
Maka Israel dapat menganggap
Hamas sebagai ancaman bagi kemerdekaan Israel (vide, Resolusi PBB
No.181/1947).
Agenda
Freemasonry
Dalam
Pengajian ke-76 (Buku ke-5), diungkapkan, jika rencana-rencana Albert Pike
(tokoh puncak freemasonry AS abad ke-19)
berjalan, maka Perang Dunia ke III yang direncanakan terjadi awal abad ke-21
akan berawal dari masalah Israel
dengan Palestina. Arahnya menjadi semakin jelas ketika pada tgl. 25 Januari
2006 Partai HAMAS pimpinan Ismail Haniya memenangkan Pemilu Palestina, disusul
kemenangan Partai Kadima pimpinan Ehud Olmert pada Pemilu Israel tgl. 25 Maret 2006 (vide,
Pengajian ke-99).
Dalam
platform perjuangan HAMAS dikemukakan :”Zionis
berada di balik Revolusi Perancis, Revolusi Komunis; Mereka berada di balik
Perang Dunia ke I, ketika mereka mampu menghancurkan kekhalifahan Islam
(Kekaisaran Ottoman). Mereka mendapatkan Deklarasi Balfour (yang memihak
pendirian tanah air Yahudi di Palestina); dan membentuk Liga Bangsa-bangsa yang
melaluinya mereka bisa menguasai dunia. Zionis berada di balik Perang Dunia
ke-II yang darinya mereka mendapat keuntungan financial yang sangat besar
dengan jual-beli peralatan perang, dan merintis jalan untuk pendirian negara
mereka. Zionislah yang menghasut digantinya Liga Bangsa-bangsa dengan
Perserikatan Bangsa-bangsa dan Dewan Keamanan; Tidak ada perang dimanapun tanpa
adanya campur tangan Zionis.”
Prof.
Michele Scott Doran dari Princeton
University , tidak
mempercayai pandangan HAMAS itu sebagai suatu kebenaran. Namun melihatnya
sebagai suatu manipulasi politik untuk memperluas konflik dengan melibatkan
seluruh komunitas Muslim. Maka musuh mereka harus lebih besar dari sekedar
sekelompok Yahudi yang menguasai secuil wilayah Muslim. Musuh tsb harus merupakan manifestasi Iblis yang mengatasi
ruang dan waktu. Dengan platform itu HAMAS telah menarik garis perang antara
peradaban Islam melawan Zionis.
Sementara
itu seorang tokoh Yahudi Bernard Lewis menyatakan: “Kita menghadapi sebuah sentiment dan gerakan yang tingkatannya melebihi
isyu, kebijakan serta pemerintahan yang membayangi mereka. Hal ini tak lain
adalah benturan peradaban- satu reaksi yang mungkin tidak rasional namun
histories dari seorang lawan purba (Arab-Muslim) terhadap warisan budaya
Yahudi-Kristen kita, keadaan secular kita dan ekspansi keduanya”.
Itulah
pandangan-pandangan fundamentalis yang sama sekali tidak benar, namun berhasil
secara efektif mengeksploitasi konflik peradaban. Implementasinya menjadi
kongkret ketika pemerintahan Ismail Haniya-Hamas menyatakan “tidak mengakui
eksistensi negara Israel” dan dibalas oleh pemerintahan Ehud Olmert-Partai
Kadima dengan ”perluasan perbatasan yang mencaplok sejumlah wilayah Palestina
dan klaim sepihak terhadap Jerusalem Timur”. Perkembangan selanjutnya adalah
perang Israel-Palestina/Arab yang kini meluas ke wilayah Lebanan. Hingga Minggu
ketiga 23/7/06, korban tewas dipihak Lebanan mencapai 375 jiwa sedangkan
dipihak Israel
36 orang tewas. Dipihak Lebanon
500.000 orang mengungsi, sementara dipihak Israel 300.000 orang mengungsi.
Perang ini kemungkinan tidak lama lagi akan
melibatkan Syria dan Iran , sementara AS mendukung Israel . Inilah tahap-tahap penting
menuju “Novus Ordo Seclorum” dan “E Pluribus Unum”. Ini sama sekali bukan perang agama,
tetapi perang sekuler dengan alasan politik dan ekonomi strategis masing-masing
pihak yang melihat tanda-tandanya telah masuk ke dalam agenda ‘Illuminati-Freemasonry’ untuk mewujudkan tata-dunia baru dan
kekuasaan tunggal dunia baru. Ismail Haniya dan Ehud Olmert disadari atau tidak
adalah instrument Illuminati-Freemasonry. Sekian, kita lanjutkan pengajian
selanjutnya. Terima kasih.
Birrahmatillahi
Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum
War. Wab.
Pengasuh,
KH.
AGUS MIFTACH.
Ketua
Umum Front Persatuan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar