Pengajian Ketujuhpuluh
Satu (71).
Assalamu’alaikum
War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,
“Yaitu
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepadaNya” ; (Al-Baqoroh : 46).
Eklektik pembahasan secara multiperspektif dan holistis akan
kita lakukan dalam rangka menggapai hikmah yang setinggi-tingginya dari setiap
bahasan ayat Al-Qur’anul Kariem.
Pokok Bahasan.
Ayat ini masih merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari
ayat sebelumnya, bahkan merupakan penyempurnaan penjelasan tentang solat, yang
sungguh berat kecuali bagi orang-orang khusyu’. Dalam kaitan dengan ayat ini,
maka pengertian khusyu’ disempurnakan dengan keyakinan bahwa mereka akan
menemui Tuhannya. Artinya mereka mengetahui bahwa dirinya akan dikumpulkan
kepadaNya di Hari Kiamat. Segala amal perbuatan mereka akan ditampilkan dan
dihadapkan kepada Allah SWT. Segala persoalan mereka akan dikembalikan kepada
kehendak Allah SWT yang akan menghukumi berdasarkan ke MahaadilanNya. Maka
sesungguhnya persyaratan untuk khusyu’ adalah ketaatan, dan persyaratan untuk
ketaatan adalah pengetahuan tentang Hari Pembalasan. Jika orang mengetahui
hakekat Hari Pembalasan, maka ia tidak akan sempat berpikir tentang
kemungkaran. Inilah kunci kekhusyu’an.
Dalam kaitan dengan hal ini Tafsir Ibnu Katsir menuturkan,
bahwa Allah SWT telah banyak memberikan kenikmatan hidup bagi manusia dalam
kodratnya masing-masing, tetapi kebanyakan manusia melupakannya dan mengira
tidak akan bertemu dengan Tuhannya. Maka pada Hari Pembalasan itu Allah akan
melupakannya seperti ia dahulu melupakan Allah Ta’aala. Secara redaksional ayat
ini berkaitan pula dengan sifat-sifat Bani Israil yang sering melupakan nikmat
Allah yang banyak yang telah dianugerahkan kepada mereka pada zaman-zaman
mereka terpilih sebagai pengemban wahyu Allah. Tetapi mereka kemudian
mengingkari perintah Allah dan bahkan mendustakannya.
Ulasan,
Dalam buku ketiga dan keempat telah diungkapkan adanya
gerakan neo-Zionist dengan nama Global
Freemasonry
yang bahkan menyangkal keberadaan Hari Kiamat, Alam Akhirat, bahkan menyangkal
keberadaan Tuhan yang Ghoib sebagaimana diajarkan agama-agama samawi, Islam,
Masehi dan Taurat. Mereka membakukan doktrin-doktrin Qabbala baru dalam
naturalism, materialism dan humanism.
Selain Global-Freemasonry terdapat satu organisasi
neo-Zionist yang berpengaruh kuat dikalangan masyarakat Zionist bahkan didalam
Global-Freemasonry itu sendiri dan menjadi inti dari gerakan Masonry, yaitu “Illuminati”. Didirikan oleh Adam Weishaupt seorang Yahudi Bavaria, Jerman. Adam sendiri lahir pada
tgl. 6 Februari 1748 di Ingolstadt, Bavaria, Jerman dari pasangan Yahudi
Orthodoks. Ketika ayahnya beralih ke agama Katholik, Adam disekolahkan ke
sekolah dasar Katholik kemudian hoschule
(sekolah
menengah umum) Ordo Jesuit. Dengan bantuan ayahnya ia menguasai bahasa Ibrani
membuatnya mampu mendalami naskah-naskah kuno agama Yahudi. Adam Weishaupt
diakui oleh para pendeta dan guru besar pada masanya sebagai seorang yang
memiliki kecerdasan tinggi. Ia kemudian menjadi professor bidang hukum gereja
di Universitaet Inglostadt.
Setelah mendalami manuskrip kuno tentang Qabbala sepanjang
1768-1770, pada th. 1771 Adam Weishaupt memulai gebrakan besarnya dengan
mendirikan ordo rahasia yang diberi nama “Perfectibilisen”,yang merupakan cikal
bakal Illuminati, yang bentuknya
disesuaikan dengan misi “Ordo Qabbala Putih” kuno yang bertujuan mengubah arah
peradaban umat manusia. Struktur organisasi itu disusun sesuai lambang resmi
Qabbala, piramida.
Adam Weishaupt berpendapat masyarakat hanya bisa
diselamatkan melalui “Novus
Ordo Seclorum” (Tata
Dunia Baru). Untuk itu gerakan Illuminati
memiliki lima tujuan akhir, yaitu :
1. menumbangkan
kerajaan-kerajaan,
2. menghapuskan kepemilikan
pribadi dan warisan,
3. menghilangkan kecintaan kepada
tanah air,
4. meniadakan kehidupan
keluarga dan lembaga perkawinan serta membentuk pendidikan komunal bagi
anak-anak, dan
5. menghapuskan semua agama.
(Joseph Trainor : Adam
Weishaupt – The New World Order and Utopian Globalism; UFO Roundup, Vol 5, Num.
6,2001)
Inilah bukti nyata perilaku orang-orang yang melupakan
Allah, maka pada Hari Pembalasan mereka akan dilupakan oleh Allah SWT
sebagaimana dimaksud penjelasan ayat didepan.
Bani Israil.
Kembali kepada penelusuran sejarah Bani Israil. Seperti
telah diterangkan pada pengajian terdahulu bahwa Ishak memiliki dua orang
putra, yaitu Esau dan Ya’kub yang bergelar Israil. Ya’kub a.s. menikahi dua
orang sepupunya dari kerabat ibu,yaitu Liah dan Rahil, kemudian menikah lagi
dengan dua orang jariyah kedua istrinya, yaitu Zilfah dan Bilhah. Dari keempat
istrinya itu lahirlah 12 anak laki-laki yang menjadi cikal bakal 12 suku Bani
Israil yang menjadi akar ras Bani Israil atau Yahudi, yaitu :
-
Dari Liah lahir : Raubin, Syam’un, Lawi (dari keturunan Lawi
lahir Nabi Musa a.s), Yahuza/Yehuda (dari namanya lahir
kalimat Yahudi), Yassakir dan Zabulun,
-
Dari Rahil lahir : Yusuf dan Benyamin,
-
Dari Zilfah lahir :Jad dan Asyir,
-
Dari Bilhah lahir : Dan
dan Naftali.
Dari keempat istrinya Rahil adalah yang paling dikasihi
Ya’kub, demikian pula kedua anak Rahil, Yusuf dan Benyamin. Karena iri ke-10
saudaranya bermaksud membinasakan Yusuf dengan melemparkannya kedalam telaga
dangkal yang gelap. Mereka menipu ayahnya dengan mengarang cerita bahwa Yusuf
mati dimakan Srigala. Merekapun melumuri baju Yusuf dengan darah binatang.
Tetapi Allah SWT memiliki skenarioNya sendiri. Serombongan kafilah yang lewat
mengambil air di telaga itu, dan Yusuf bergantung ditimba airnya. Yusuf yang
tampan itu lalu dijual kepada Kepala Polisi Mesir. Semula ia menikmati
kehidupan pelayan pembesar yang cukup baik, kemudian ia dijebloskan ke penjara
karena difitnah menggoda istri pembesar itu, Zulaicha. Di penjara ia berkenalan
dengan sorang kepala pelayan minuman raja yang tengah dihukum. Atas pertolongannya
beberapa tahun kemudian Yusuf dibebaskan, bahkan dikemudian hari Yusuf menjadi
orang kepercayaan Fir’aun Futi
Faragh atau Futifar yang memerintah sekitar abad 18-17 SM. Yusuf
kemudian diangkat menjadi Pembesar bidang Perbekalan dan Makanan Kerajaan Mesir.
Ini membuka jalan bagi ayahnya Ya’kub dan saudara-saudaranya eksodus ke Mesir
berkaitan dengan bala kelaparan yag melanda Kana’an sebagaimana yang pernah
terjadi pada masa Ibrahim a.s (vide, Buku kedua : Pengajian ke-22).
Penguasa Mesir pada masa itu adalah Dinasti Amalik atau
disebut juga Kaum Hyksos yang menjalankan politik penindasan terhadap pribumi
Mesir yang selalu ingin menggulingkan dinasti penjajah itu. Dalam Muqaranatul
Adyan : Al-Yahudiyah (1961) Ahmad Shalaby mengemukakan bahwa pemerintahan kaum
Hyksos ini merupakan persekongkolan dinasti Amalik dengan kalangan orang-orang
asing yang ada di Mesir. Fakta ini diungkapkan dengan jelas di dalam Taurat
dimana Fir’aun Futipar mendesak Yusuf agar mengundang saudara-saudaranya untuk
berimigrasi ke Mesir dimana dijanjikan jaminan material.
Berkata Fir’aun Futipar kepada Yusuf : “Bawalah sekalian
bapak dan keluargamu untuk menemuiku, akan kuberikan segala kemewahan negeri
Mesir kepada kamu sekalian, agar kalian semua benar-benar dapat menikmati
kemakmurannya. Ambillah kereta-kereta dorong dari Mesir ini, bawalah anak-anak
dan istri kamu, sekalian bawalah bapak kamu kemari. Janganlah kamu bimbang dan
ragu meninggalkan harta-harta kesayanganmu, karena semua kemewahan dan
kemakmuran di negeri Mesir ini adalah untuk kamu” (Sifir Takwin).
Sejarah mencatat Ya’kub dan anak-anaknya (Bani Israil)
menerima dengan hati terbuka tawaran konspirasi politik dengan penjajah Dinasti
Amalik ini.
Kemunduran Jerusalem.
Kita lanjutkan pembahasan parallel tentang khilafat di Jerusalem.
Th. 710 SM Emanu-El Hezekiah naik tahta menggantikan
ayahnya Raja Ahaz. Memenuhi visi nabi
Yesaya, Hezekiah menyerukan penegakan
ketauhidan Yahweh. Ia membersihkan Haekal Sulaiman dan Jerusalem dari
simbol-simbol penyembahan berhala. Membanjirnya pengungsi dari Israel,
menjadikan Jerusalem menjadi tiga atau empat kali lebih besar dari semula.
Muncul kota baru kedua diseberang Haekal yang disebut Mishneh, dan satu kota lagi di Tyropoeon yang disebut Makhtesh atau Lorong. Pada waktu itu yang berkuasa
di Asiria adalah Kaisar Sargon
II yang
memiliki kebijakan liberal dengan memberi kelonggaran vassal-vassalnya termasuk
Jerusalem untuk berkembang secara ekonomi. Ketika Sargon meninggal th 705 SM, Jerusalem yang merasa
kuat mencoba mengkonsolidasikan sejumlah vassal seperti Tirus, Askelon dan
Babilonia serta meminta dukungan Mesir untuk lepas dari Asiria. Tetapi Asiria
(Irak) dengan Kaisar barunya Sanherib masih terlalu kuat.
Dalam waktu singkat Sanherib berhasil memadamkan pemberontakan di Babilonia dan
seluruh Mesopotamia, dan mulai bergerak ke Barat menuju Jerusalem. Ternyata
Mesir tidak mengirim bantuan ke Jerusalem, sementara Transyordania dan Phunisia
jatuh dengan mudah dihadapan kekuatan Asiria. Maka akhirnya Sanherib dan pasukannya yang kuat itu tiba didepan
tembok Jerusalem. Usaha Hezekiah
untuk
mengirim hadiah guna mencegah niat Sanherib
menaklukkan
Jerusalem gagal. Adalah nabi Yesaya yang tetap berkeyakinan
bahwa Yahweh El-Sada’i tidak akan meninggalkan
sama sekali Yehuda. Haekal Sulaiman akan menjadi Benteng Zion yang akan
melindungi kota Yahwist. Keyakinan Yesaya tidak sia-sia, para penulis Kitab “Tawarikh “ menyebutkan bahwa Yahweh mengirim para
malaikatNya untuk menghancurkan dan mengusir pulang tentara Sanherib.
Antropolog Karen Arsmtrong (2005) bersikap skeptis
terhadap narasi Tawarikh itu. Faktanya tentara Asiria terserang wabah bukan
diserang malaikat, tetapi para Yahwist melihatnya sebagai mukjizat dari Devir
Haekal Yahweh di bukit Zion. Keyakinan magis-Zion itu membuat mereka lengah.Th.
700 SM Sanherib kembali ke wilayah Jerusalem dan berhasil merebut enampuluh kota kerajaan Yehuda dan
mendeportasi jumlah besar penduduknya. Hezekiah kehilangan hampir seluruh
wilayahnya, menjadikan Jerusalem sebuah negara kota yang kecil. Sekian, sampai
pengajian mendatang.
Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih, Selamat Natal 2005.
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 23 Desember 2005,
Pengasuh,
HAJI AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front Persatuan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar