11.7.17

Pengajian Kesembilanpuluh Tujuh (97),






Pengajian Kesembilanpuluh Tujuh (97),

Assalamu’alaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,












Dan mereka berkata,”Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya beberapa hari saja.”Katakanlah,”Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak memungkiri janjiNya, ataukah kamu hanya mnengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui ?” (80). (Bukanlah demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan dia telah diliputi oleh dosannya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya (81). Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah penghuni sorga. Mereka kekal didalamnya (82”); Al-Baqoroh : 80-82.

Seperti tradisi pengajian kita, ketiga ayat diatas akan kita bahas dengan pendekatan eklektik dari berbagai sudut pandang secara komprehensif dan holistis untuk mencapai hikmah pendalaman yang optimal.

Pokok Bahasan

Ibnu Katsir menerangkan bahwa yang dimaksud beberapa hari oleh kaum Yahudi dalam ayat ke-80 didepan adalah 40 hari, yaitu sebanyak waktu ketika mereka menyembah anak sapi betina di kaki Sinai. Artinya mereka (Bani Israil) hanya akan masuk neraka sebanyak waktu kesalahan mereka itu saja. Ayat ke-81 mengemukakan bantahan terhadap klaim sepihak Bani Israil tersebut, dengan kalimat,”Sudahkah kamu menerima janji dari Allah  mengenai hal itu ?” Jika sudah, maka Allah tidak akan mengingkari janji. Namun Allah tidak akan pernah membuat janji semacam itu. Dalam hal ini Bani Israil telah berbohong dengan atas nama-Nya.
Asbabun-nuzul ayat-ayat ini berkaitan dengan peristiwa penaklukan Khaibar. Pada kesempatan itu orang—orang Yahudi mengajukan sejumlah pertanyaan, antara lain  tentang siapakah penghuni neraka ? Dalam hal itu mereka menyatakan,”Kami di neraka hanya sebentar saja (40 hari), kemudian kalian akan menggantikan kami di sana. Maka Rasulullah SAW bersabda,”Enyahlah kalian ! Demi Allah, kami tidak akan pernah menggantikanmu di neraka”; (HR Abu Bakar bin Mardawih dari Abu Hurairah).
Kembali ke ayat 81, diterangkan bahwa siapa yang menjadi penghuni neraka atau sorga tidak sebagaimana klaim sepihak Bani Israil yang narsistis itu, melainkan kesemuanya didasarkan atas amal perbuatan masing-masing secara adil. Barangsiapa yang terus-menerus  berbuat kesalahan tanpa imbangan kebajikan, artinya seluruh amalnya bernilai buruk dan mati dalam keadaan demikian; Jalalain menyebutkan secara spesifik dalam keadaan musyrik, maka dia-lah penghuni neraka. Dan sebaliknya, mereka yang beriman kepada Allah dan Rasulullah serta beramal saleh, mereka itulah penghuni sorga, mereka kekal di dalamnya. Dalam kaitan dengan hal ini Rasulullah SAW memberikan nasihat yang penting : “Waspadalah terhadap dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu akan menumpuk pada seseorang sehingga membinasakannya”. (HR. Ahmad).

Sinkretisme  sejak awal

Seperti telah diterangkan dalam rangkaian pengajian terdahulu bahwa sejak awal, artinya sejak sebelum Taurat, konstitusi jiwa Bani Israil bercorak Sinkretis (Musyrik) yang sangat dipengaruhi system Qabala dari agama matahari Pharao’s Mesir (Sol-Invictus). Selama lebih dari 4 abad Bani Israil yang tumbuh di Mesir sejak zaman kolaborasi agresor Fir’aun Amalik dengan Yusuf a.s dan sesudahnya (abad 19-15 SM), Bani Israil telah mengadopsi system Qabala bercampur dengan ajaran Ya’qub dan Yusuf yang bersifat monotheis-ketauhidan. Kedua prinsip ajaran itu sesungguhnya bertentangan, namun ketertarikan Bani Israil terhadap keunggulan peradaban materialisme Mesir telah membawanya kesuatu sikap sipiritual yang menyimpang dari ketauhidan kepada suatu kompromi paganisme. Bahkan sikap kompromi spiritual itu telah membuat kalangan Bani Israil merubah Taurat mereka untuk memberikan warna ilahi yang lebih manusiawi. Sebagai contoh dalam buku pertama Taurat (Kitab Kejadian) disebutkan bahwa Tuhan menciptakan keseluruhan alam semesta dalam enam hari dari keadaan tidak ada apapun. Menurut Harun Yahya (Istanbul 2003), ini benar dari firman tentang rahasia awal kejadian yang sebenarnya. Tetapi adanya tulisan yang menerangkan bahwa Tuhan beristirahat pada hari yang ketujuh adalah kalimat sisipan dari para penyesat, tujuannya utuk menunjukkan kualitas manusia dalam diri Tuhan. Tentang hal ini Al-Qur’an menyatakan,”Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan” ; (Qaf : 38).
Perhatikan konsep Qabala tentang pembentukan semesta alam yang sangat bertentangan dengan thesis agama samawi. Menurut Qabala pada awal ciptaan semuanya berporos pada Sefiroth yang bermakna “lingkaran dan orbit”. Dari posisi hakiki inilah karakteristik rohani terbentuk, artinya jiwa kehidupan terbentuk dari proses ini. Unsur ciptaan yang pertama berjumlah sepuluh mewakili system matahari, sedangkan selebihnya yang bersifat acak dalam ruang bintang mewakili rakyat jelata. Ini berkaitan dengan kepercayaan kuno astrologi. Disamping itu system Qabala memuat pula okultisme yang menghubungkannya dengan agama-agama misteri yang banyak berkembang pada abad ke-30 SM.
Artinya jauh sebelum masa Rasulullah SAW bahkan sebelum Musa a.s, dimana Bani Israil telah mengadopsi paganis-materialisme Mesir-kuno dan doktrin rahasia tentang sihir, sesungguhnya mereka telah mengingkari ketauhidan terhadap Yahweh. Oleh karena itu pernyataan naïf mereka seperti diungkap jumhur mufassirin pada ayat ke-80 diatas bersifat memojokkan dan pelecehan intelektual belaka. Yang sebenarnya mereka tidak mempercayai transendensi sorga dan neraka menurut konsep Taurat dan Qur’an. Mereka lebih mempercayai sinkretisme materialis-paganis yang terasa lebih nyata dalam kehidupan. Namun demikian seperti diisyaratkan Al-Baqoroh 62 yang sudah  beberapa kali kita bahas, diantara kaum Yahudi terdapat pula sebagian kecil yang sungguh-sungguh beriman. Ini menjadi titik konflik yang penting diantara para nabi dan Yahudi yang  beriman berlawanan dengan Yahudi yang tidak beriman yang terus mengembangkan doktrin Qabalis-paganis.

Memimpin peradaban dunia

Adalah suatu kenyataan  bahwa peradaban paganis-materialis mampu tumbuh dan berkembang memimpin peradaban dunia dalam waktu yang panjang, sejak kebesaran Mesir-kuno, Babilonia, Yunani, Romawi hingga masa peradaban Barat modern dewasa ini. Diwaktu yang lalu kita telah pernah membahas gerakan Ordo Qabala Putih yang tumbuh secara modern sejak abad ke-6 SM oleh kalangan deportan Yahudi di Babilonia. Ordo Qabala Putih adalah pihak yang meletakkan dasar pemerintahan modern, polisi dan militer serta system hukum yang menjadi akar dari system modern Judeo-Griko yang berkembang dewasa ini. Dari arah itulah sebenarnya berbagai revolusi dunia bergerak kearah peradaban modern sekarang ini yang sesungguhnya berakar pada struktur nilai materialisme-paganisme.
Seperti telah banyak diungkapkan, Ordo Qabala Putih menjadi dasar lahirnya gerakan materialis-paganis Judeo-Griko dalam bentuknya yang lebih modern, yaitu “Illuminati-Freemasonry” dengan platform dunianya “Novus Ordo Seclorum” dan “E Pluribus Unum”. Dari posisi inilah digerakkan Revolusi Perancis, Perang Dunia Ke-I dan Ke-II, Revolusi Komunis-Sosialis di berbagai kawasan dunia. Belakangan revolusi Liberalisme yang telah mendominasi seluruh dunia. Inilah langkah-langkah kuat menuju Novus Ordo Seclorum (Tata Dunia Baru).
Bagi mereka tidak ada sorga dan neraka transenden di alam sesudah kematian. Itu hanya khayalan agama-agama yang merupakan idealisme-spekulatif. Sorga (dan neraka) ada di alam syahadah ini, dan dapat diciptakan secara nyata dengan kinerja akal dan ilmu. Bahkan imitatio-dei keadaan serupa sorga yang khayali sekalipun dapat diwujudkan melalui revolusi Novus Ordo Seclorum, suatu tatanan dunia baru yang selaras dan seimbang berdasarkan nilai-nilai humanisme, liberalisme dan demokrasi.

Reformasi spiritual

Sudah lama agama Nasrani dirasakan sebagai kepercayaan ortodox yang menghambat laju reformasi Novus Ordo Seclorum. Agama Nasrani telah membeku menjadi rejim dogma-dogma yang membunuh kreativitas secular dan menentang peradaban. Sudah lama kalangan Freemasonry ingin menata ulang tata-nilai agama Nasrani agar komplementer dengan perkembangan zaman. Langkah penting pertama adalah seperti yang tercermin dalam gerakan “The Davinci Code” (Dan Brown 2004/2005) yang berupaya mereformasi dasar-dasar kekristenan agar mampu berkembang dan memberikan daya dukung bagi peradaban Liberalisme-Sekular. The Davinci Code ingin meletakkan nilai-nilai realisme dalam kepercayaan Kristen agar berdayaguna sebagai instrument spiritual yang telah mereka miliki sejak Konsili Nicea th. 325. Ortodoxi dan fundamentalisme Kristen disadari pada gilirannya akan menjadi hambatan strategis bagi gerakan Novus Ordo Seclorum. Maka suatu realisme dan sekularisasi Kristen menjadi penting agar komplementer dengan materialisme-paganis modern. Suatu Konsili Nicea baru mungkin diperlukan untuk menempatkan agama sebagai subsistem peradaban. Sebuah posisi yang kalah. Seperti telah diprediksi oleh pengajian ini beberapa waktu yang lalu, maka gejala pergolakan pembaruan dilingkungan Nasrani terasa mulai menghangat. Kita berdo’a agar  Kaum Nasrani senantiasa selamat dalam ketauhidan Allah Yang Tunggal. Sekian, terima kasih,

Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.

Jakarta, 23 Juni 2006,
Pengasuh,




KH. AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front Persatuan Nasional.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar