11.7.17

Pengajian Kedelapanpuluh Sembilan (89),






Pengajian Kedelapanpuluh Sembilan (89), Jkt, 28/4/006

Assalamu’alaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,





“Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu termasuk orang-orang yang merugi.” ; Al-Baqoroh : 64.

Eklektik pembahasan akan meliputi persepektif teologi, antropologi, psikologi dan historiografi, secara holistis, dengan harapan dapat diperoleh pemahaman yang mendalam dan komprehensif.

Pokok Bahasan.
Pada ayat yang lalu diterangkan adanya perjanjian antara Bani Israil dengan Allah SWT, bahwasanya Bani Israil akan senantiasa mentaati hukum-hukum Taurat dan menegakkan Tauhid. Tetapi seperti diterangkan pada penafsiran ayat sebelumnya (vide, Pengajian Ke-88), bahwa perjanjian tsb dicapai setelah Allah SWT mengancam akan membinasakan mereka dengan menimpakan bukit Thursina, yang membuat Bani Israil ketakutan dan terpaksa menerima perjanjian tauhid. Ternyata perjanjian terpaksa dalam perspektif apapun tidak akan membawa hasil, kecuali kegagalan. Demikianlah yang terjadi, Bani Israil (Kaum Yahudi) ingkar terhadap perjanjian tsb.
Menurut Tafsir Jalalain sifat ingkar janji itu bahkan sudah dilakukan Bani Israil sejak sebelum zaman Musa, zaman Musa a.s., zaman Isa a.s. dan zaman Muhammad saw. Melihat besarnya dosa-dosa yang mereka lakukan, sepatutnyalah mereka mendapatkan adzab yang besar dan hilangnya seluruh nikmat Allah atas mereka, serta kerugian yang besar di dunia dan di akhirat. Tetapi Allah Yang Maha Pengasih, menerima tobat bagi mereka yang bertobat, dan tetap mengutus para nabi dan rasul kepada Bani Israil. Nabi Yahudi yang terakhir adalah Isabnu Maryam a.s. Dua orang nabi sebelum Isa, yaitu Zakaria a.s. dan Yahya a.s. mereka (Bani Israil) bunuh dengan kejam. Bahkan mereka nyaris membunuh Nabi Isa a.s. Dimasa Rasulullah SAW berkali-kali mereka berkhianat, sehingga sebagian dari pemimpin mereka dihukum mati Rasulullah SAW di Madinah.
Sebab pokok dari keingkaran Bani Israil seperti telah banyak diterangkan pada pengajian terdahulu lebih bersifat psiko-kognitif dimana mereka gagal mencapai ekuilibrium terhadap stimulus Allah Al-Ghoib Yang Maha Esa. Hal itu disebabkan karena ketidaksadaran kolektif mereka yang dipenuhi struktur nilai paganisme Mesir-Pharao’s  yang bersifat materialism yang sudah berurat akar dalam schemata. Itulah sebabnya maka dalam proses psiko-kognitif Bani Israel hanya mampu melintasi tahap asimilasi dan akomodasi, serta gagal mencapai tahap ekuilibrasi yang pada Bani Israil hanya berisi file index schemata materiil, dan tidak ada schemata Al-Ghoib yang bersifat transenden. Maka segala penjelasan para Rasul dan segala mukjizat untuk menyatakan keberadaan Allah Yang Ghoib tidak dapat mereka pahami, apalagi beriman. Struktur nilai paganisme dalam ketidaksadaran kolektif Bani Israil menjadi dasar bentuk kesadaran Bani Israil atau “basic personality structure”  (struktur kepribadian dasar) yang bersifat endogen dan terus mewaris dari generasi ke generasi hingga masa sekarang. Maka keingkaran Bani Israil (Kaum Yahudi) terhadap Kitab-kitab Allah bersifat permanent dan menjadi Konstitusi Jiwa. Kalaupun ada yang beriman (vide, Pengajian ke 87), jumlahnya kecil dan merupakan anomaly dari “modal personality” (kepribadian umum) Bani Israil.

Perang Salib
Perang Salib adalah perang agama dan perang peradaban terbesar yang menjadi latar belakang sejarah dunia selanjutnya. Bukti-bukti historiograf memberikan natijah (kesimpulan) bahwa Perang Salib direkayasa dan diorganisasikan oleh organisasi rahasia Qabala Eropa yang intinya terdiri orang-orang Yahudi. Pada akhir abad 11 kaum Qabalis melancarkan provokasi besar-besaran ke negara-negara yang mayoritas Kristen, a.l. menyesatkan bahwa Kaum Muslimin yang sejak akhir abad ke-6 menguasai Jerusalem sesungguhnya merupakan kaum penyembah berhala. Bukan penyembah Allah (Tuhan Bapa) kaum Kristen atau Yahweh El-Syadai’I (Allah Yang Maha Kuasa) kaum Yahudi. Sistem yang mengorganisasikan perang antar agama samawi yang terbesar ini disebut “Knight Templars” (Ksatria Templars) yang merupakan singkatan dari “The Poor Fellow Soldiers of Jesus Christ and The Temple of Solomon(Sahabat Miskin Tentara Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman). Penyebutan Temple of Solomon mengandung maksud-maksud qabalis. Dimasa lalu Kuil Sulaiman disebut juga
Qubbet as Shakhrah atau Dome of the Rock (Kubah Karang). Sulaiman dalam sejarah Bani Israil merupakan raja terbesar dengan status legendaris. Tetapi lebih dari itu Qabalis-Israili (penyembah berhala Israiliyah) telah menyesatkan posisi Nabi Sulaiman yang tauhid itu menjadi tokoh paganis yang menerima penyembahan berhala bersama peribadatan kepada Yahweh yang menjadikannya seorang musyrik. Padahal yang sebenarnya adalah toleransi Raja Sulaiman terhadap semua agama yang dianut rakyat-nya termasuk istri-istrinya yang jumlahnya massal. Islam tetap mengakui Sulaiman sebagai nabi yang tauhid yang bersih dari praktek-praktek Qabala. Ini merupakan bentuk-bentuk penyesatan qabalis yang banyak kita jumpai dalam sejarah Yahudi (vide, Pengajian ke-51; Buku ke-4).
Penyesatan Kaum Muslimin sebagai penyembah berhala yang menguasai Jerusalem telah membuat semangat negara-negara Kristen untuk membebaskan Jerusalem dari Kaum Muslimin. Inilah yang mendorong pecahnya “Perang Salib pertama” pada th. 1099 yang berlangsung sangat buas dan  keji terutama dilakukan oleh para Qabalis. Mereka bukan melakukan perang sewajarnya, melainkan pembunuhan, perkosaan, dan kekejaman-kekejaman diluar batas peri-kemanusiaan terhadap kalangan Muslimin dan Kristen Timur. Encyclopaedia Britanica, menyebutkan darah-Muslimin (dan Kristen Timur) menggenangi Mesjid Umar hingga setinggi mata kaki. Perang brutal ini telah berhasil menempatkan Knight Templars pertama Godefroi de-Buillar (dlm Da Vinci Code tertulis Godefroi de-Buillon) sebagai Raja Kristen Qabalis pertama di Jerusalem. Dan Brown bahkan menyebutnya sebagai keturunan Yesus-Magdalena yang selamat dan merupakan pendiri Priory of Sion (Biarawan Sion) yang memiliki tugas suci melindungi keturunan Yesus dan dokumen-dokumen ajaran aslinya spt Dead Sea Srolls dan Gulungan Koptik yang berasal dari abad ke 1 Masehi. Biarawan Sion adalah pemimpin spiritual organisasi neo-Qabala  (neo-Zionis), “Global Freemasonry” yang berpengaruh di dunia hingga masa sekarang (vide, Buku ke-4 dan ke-5).
Pada th. 1187 Panglima Besar Muslim Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin) membebaskan Jerusalem setelah mengalahkan pasukan Salib gabungan di medan perang  “Hattin” yang bersejarah. Knight Templars yang sebelum itu menyatakan diri sebagai penanggung-jawab suci Perang Salib dan tidak mengakui otoritas Paus melarikan diri ke Eropa dalam keadaan luka parah dan sekarat, namun membawa harta yang berlimpah dari hasil merampok harta negara Palestina. Ia dan sejumlah pengikutnya bersembunyi di sebuah kuil rahasia di Provence, Perancis yang kemudian menjadi pusat gerakan rahasianya yang segera menyebar keseluruh Eropa melalui infiltrasi politik dan penyusupan ke berbagai kekuatan sosial termasuk gereja-gereja.
Baru pada awal abad ke-13, para pemimpin bangsa-bangsa Eropa menyadari bahaya dari gerakan Qabalis-Zionis Ksatria Templars itu, dan memutuskan untuk menumpas mereka. Pada th. 1307 Kaisar Perancis Philipe IV dengan dukungan Paus Clementus V menangkap dan memenjarakan pemimpin tertinggi Ksatria Templars waktu itu, Jacques de Molay dan sejumlah besar anggotanya. Paus Clementus V kemudian mengeluarkan Dekrit yang  menyatakan Ksatria Templars sebagai gerakan Anti-Christ (Anti Kristus). Atas dasar dekrit itu, Molay dan para pengikutnya di hukum mati dengan dibakar pada th. 1307.
Dalam the Da Vinci Code (2004/2005) Dan Brown menyebut Templars sebagai pembela kebenaran sejati dari Jesus Kristus dan Maria Magdalena yang mengancam eksistensi Vatikan dan raja-raja pendukungnya, yang menjadi alasan yang sebenarnya mengapa Templars ditumpas. Sebagian yang berhasil lolos ke Scotlandia mendirikan organisasi Freemasonry dengan nama “the Scottish Rites”, sebagian lagi ke Jerman bergabung dengan ‘Illuminati” Bavaria  pimpinan Adam Weishaupt. Mereka bersumpah akan menghancurkan gereja, para raja Eropa dan para rahib yang memang berhasil mereka lakukan pada masa-masa berikutnya.

Perang Salib Modern
Negara Israel yang cuma secuil dan komunitas tradisional Yahudi yang juga kecil bukanlah mainstream tujuan Zionisme modern dengan organisasi neo-Zionis-Qabalis “Global Freemasonry” yang memiliki rentang pengaruh dunia. Negara Israel hanya tujuan kamuflatif dan merupakan bagian dari instrument untuk mencapai tujuan besar “Illuminati-Freemasonry” yaitu, Novus Ordo Seclorum (tata dunia baru) dan E Pluribus Unum (pemerintahan tunggal dunia). Untuk itu mereka memerlukan Perang Salib Modern untuk menghancurkan peradaban Barat dan Islam agar diatas puing-puing itu dapat dibangun tata dunia baru. Hasil Perang Salib pertama (abad 11-14), disempurnakan dengan Revolusi Perancis pada abad ke-18, kemudian Revolusi Bolsewijk pada abad ke-19 dan Perang Dunia I dan II yang terjadi pada abad ke-20 yang secara keseluruhan telah berhasil menggusur teokrasi dan agama-agama dari tatanan dunia lama yang kacau dan gagal, serta menjadikan demokrasi dan matarialisme-humanisme menjadi tatanan dunia baru yang  jauh lebih sukses. Memasuki abad 21 yang ditandai kebangkitan kembali semangat religius dikalangan Kristen dan Islam, kaum Illuminati-Freemasonry menganggap perlunya penataan kembali dunia yang sebenarnya sudah digariskan tokoh legendaries mereka Albert-Pike di AS akhir abad 19, melalui Perang Dunia III yg direncanakan awal abad 21 ini. Novel the Da Vinci Code dan karikatur Nabi Muhammad adalah sinyal bahwa proses menuju Perang Salib Modern yang merupakan Perang Dunia ke III itu tengah dimulai. Kini di negara-negara mayoritas Kristen disebar buku-buku yang membenci Islam, sebaliknya di negara-negara mayoritas Muslim disebar buku-buku yang membenci Kristen. Akibatnya terbentuklah mainset saling membenci. Maka seperti ramalan Samuel Huntington, hanya soal waktu ketika garis batas peradaban masing-masing berubah menjadi garis pertempuran. Kasus Iran, Irak dan situasi Palestina dewasa ini adalah sinyal yang semakin kuat. Demikian pula situasi konflik dan kekerasan antar agama dan aliran yang terjadi disejumlah negara besar termasuk Indonesia adalah bagian dari proses itu.
Ummat Islam, Kristen/Katolik dan semua ummat Tuhan agar bersatu, berdoa dan bekerja menyelamatkan dunia yang berada di tepi Perang Salib baru ini, agar perdamaian, kesejahteraan dan keimanan menerangi dunia. Sekian, terima kasih.Wassalamu’alaikum War. Wab.

Pengasuh,


KH. AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front Persatuan Nasional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar