Pengajian Kedelapanpuluh Sembilan (89), Jkt, 28/4/006
Assalamu’alaikum
War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,
“Kemudian kamu berpaling
setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan
rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu termasuk orang-orang yang merugi.” ; Al-Baqoroh
: 64.
Eklektik
pembahasan akan meliputi persepektif teologi, antropologi, psikologi dan
historiografi, secara holistis, dengan harapan dapat diperoleh pemahaman yang
mendalam dan komprehensif.
Pokok
Bahasan.
Pada
ayat yang lalu diterangkan adanya perjanjian antara Bani Israil dengan Allah
SWT, bahwasanya Bani Israil akan senantiasa mentaati hukum-hukum Taurat dan
menegakkan Tauhid. Tetapi seperti diterangkan pada penafsiran ayat sebelumnya
(vide, Pengajian Ke-88), bahwa perjanjian tsb dicapai setelah Allah SWT
mengancam akan membinasakan mereka dengan menimpakan bukit Thursina, yang
membuat Bani Israil ketakutan dan terpaksa menerima perjanjian tauhid. Ternyata
perjanjian terpaksa dalam perspektif apapun tidak akan membawa hasil, kecuali
kegagalan. Demikianlah yang terjadi, Bani Israil (Kaum Yahudi) ingkar terhadap
perjanjian tsb.
Menurut
Tafsir Jalalain sifat ingkar janji itu bahkan sudah dilakukan Bani Israil sejak
sebelum zaman Musa, zaman Musa a.s., zaman Isa a.s. dan zaman Muhammad saw.
Melihat besarnya dosa-dosa yang mereka lakukan, sepatutnyalah mereka
mendapatkan adzab yang besar dan hilangnya seluruh nikmat Allah atas mereka,
serta kerugian yang besar di dunia dan di akhirat. Tetapi Allah Yang Maha
Pengasih, menerima tobat bagi mereka yang bertobat, dan tetap mengutus para
nabi dan rasul kepada Bani Israil. Nabi Yahudi yang terakhir adalah Isabnu
Maryam a.s. Dua orang nabi sebelum Isa, yaitu Zakaria a.s. dan Yahya a.s.
mereka (Bani Israil) bunuh dengan kejam. Bahkan mereka nyaris membunuh Nabi Isa
a.s. Dimasa Rasulullah SAW berkali-kali mereka berkhianat, sehingga sebagian
dari pemimpin mereka dihukum mati Rasulullah SAW di Madinah.
Sebab
pokok dari keingkaran Bani Israil seperti telah banyak diterangkan pada pengajian
terdahulu lebih bersifat psiko-kognitif dimana mereka gagal mencapai
ekuilibrium terhadap stimulus Allah Al-Ghoib Yang Maha Esa. Hal itu disebabkan
karena ketidaksadaran kolektif mereka yang dipenuhi struktur nilai paganisme Mesir-Pharao’s yang bersifat materialism yang sudah berurat
akar dalam schemata. Itulah sebabnya
maka dalam proses psiko-kognitif Bani Israel hanya mampu melintasi tahap asimilasi
dan akomodasi, serta gagal mencapai tahap ekuilibrasi yang pada Bani Israil hanya
berisi file index schemata materiil, dan tidak ada schemata Al-Ghoib yang
bersifat transenden. Maka segala penjelasan para Rasul dan segala mukjizat
untuk menyatakan keberadaan Allah Yang Ghoib tidak dapat mereka pahami, apalagi
beriman. Struktur nilai paganisme dalam ketidaksadaran kolektif Bani Israil
menjadi dasar bentuk kesadaran Bani Israil atau “basic personality structure”
(struktur kepribadian dasar) yang bersifat endogen dan terus mewaris
dari generasi ke generasi hingga masa sekarang. Maka keingkaran Bani Israil
(Kaum Yahudi) terhadap Kitab-kitab Allah bersifat permanent dan menjadi
Konstitusi Jiwa. Kalaupun ada yang beriman (vide, Pengajian ke 87), jumlahnya
kecil dan merupakan anomaly dari “modal
personality” (kepribadian umum) Bani Israil.
Perang
Salib
Perang
Salib adalah perang agama dan perang peradaban terbesar yang menjadi latar
belakang sejarah dunia selanjutnya. Bukti-bukti historiograf memberikan natijah
(kesimpulan) bahwa Perang Salib direkayasa dan diorganisasikan oleh organisasi
rahasia Qabala Eropa yang intinya terdiri orang-orang Yahudi. Pada akhir abad
11 kaum Qabalis melancarkan provokasi besar-besaran ke negara-negara yang
mayoritas Kristen, a.l. menyesatkan bahwa Kaum Muslimin yang sejak akhir abad
ke-6 menguasai Jerusalem sesungguhnya merupakan kaum penyembah berhala. Bukan
penyembah Allah (Tuhan Bapa) kaum Kristen atau Yahweh El-Syadai’I (Allah Yang
Maha Kuasa) kaum Yahudi. Sistem yang mengorganisasikan perang antar agama
samawi yang terbesar ini disebut “Knight
Templars” (Ksatria Templars) yang merupakan singkatan dari “The Poor Fellow Soldiers of Jesus Christ and
The Temple of Solomon ” (Sahabat Miskin Tentara
Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman). Penyebutan Temple of Solomon mengandung
maksud-maksud qabalis. Dimasa lalu Kuil Sulaiman disebut juga
Qubbet as Shakhrah atau Dome of the Rock (Kubah Karang). Sulaiman dalam sejarah Bani Israil merupakan raja terbesar dengan status legendaris. Tetapi lebih dari itu Qabalis-Israili (penyembah berhala Israiliyah) telah menyesatkan posisi Nabi Sulaiman yang tauhid itu menjadi tokoh paganis yang menerima penyembahan berhala bersama peribadatan kepada Yahweh yang menjadikannya seorang musyrik. Padahal yang sebenarnya adalah toleransi Raja Sulaiman terhadap semua agama yang dianut rakyat-nya termasuk istri-istrinya yang jumlahnya massal. Islam tetap mengakui Sulaiman sebagai nabi yang tauhid yang bersih dari praktek-praktek Qabala. Ini merupakan bentuk-bentuk penyesatan qabalis yang banyak kita jumpai dalam sejarah Yahudi (vide, Pengajian ke-51; Buku ke-4).
Qubbet as Shakhrah atau Dome of the Rock (Kubah Karang). Sulaiman dalam sejarah Bani Israil merupakan raja terbesar dengan status legendaris. Tetapi lebih dari itu Qabalis-Israili (penyembah berhala Israiliyah) telah menyesatkan posisi Nabi Sulaiman yang tauhid itu menjadi tokoh paganis yang menerima penyembahan berhala bersama peribadatan kepada Yahweh yang menjadikannya seorang musyrik. Padahal yang sebenarnya adalah toleransi Raja Sulaiman terhadap semua agama yang dianut rakyat-nya termasuk istri-istrinya yang jumlahnya massal. Islam tetap mengakui Sulaiman sebagai nabi yang tauhid yang bersih dari praktek-praktek Qabala. Ini merupakan bentuk-bentuk penyesatan qabalis yang banyak kita jumpai dalam sejarah Yahudi (vide, Pengajian ke-51; Buku ke-4).
Penyesatan
Kaum Muslimin sebagai penyembah berhala yang menguasai Jerusalem
telah membuat semangat negara-negara Kristen untuk membebaskan Jerusalem dari Kaum
Muslimin. Inilah yang mendorong pecahnya “Perang
Salib pertama” pada th. 1099 yang berlangsung sangat buas dan keji terutama dilakukan oleh para Qabalis.
Mereka bukan melakukan perang sewajarnya, melainkan pembunuhan, perkosaan, dan
kekejaman-kekejaman diluar batas peri-kemanusiaan terhadap kalangan Muslimin
dan Kristen Timur. Encyclopaedia
Britanica, menyebutkan darah-Muslimin (dan Kristen Timur) menggenangi
Mesjid Umar hingga setinggi mata kaki. Perang brutal ini telah berhasil
menempatkan Knight Templars pertama Godefroi
de-Buillar (dlm Da Vinci Code tertulis Godefroi
de-Buillon) sebagai Raja Kristen Qabalis pertama di Jerusalem . Dan Brown bahkan menyebutnya sebagai keturunan Yesus-Magdalena yang
selamat dan merupakan pendiri Priory of
Sion (Biarawan Sion) yang memiliki tugas suci melindungi keturunan Yesus
dan dokumen-dokumen ajaran aslinya spt Dead
Sea Srolls dan Gulungan Koptik yang
berasal dari abad ke 1 Masehi. Biarawan Sion adalah pemimpin spiritual
organisasi neo-Qabala (neo-Zionis), “Global Freemasonry” yang berpengaruh di
dunia hingga masa sekarang (vide, Buku ke-4 dan ke-5).
Pada
th. 1187 Panglima Besar Muslim Salahuddin
Al-Ayyubi (Saladin) membebaskan Jerusalem setelah mengalahkan pasukan Salib
gabungan di medan perang “Hattin” yang bersejarah. Knight
Templars yang sebelum itu menyatakan diri sebagai penanggung-jawab suci Perang
Salib dan tidak mengakui otoritas Paus melarikan diri ke Eropa dalam keadaan
luka parah dan sekarat, namun membawa harta yang berlimpah dari hasil merampok
harta negara Palestina. Ia dan sejumlah
pengikutnya bersembunyi di sebuah kuil rahasia di Provence ,
Perancis yang kemudian menjadi pusat gerakan rahasianya yang segera menyebar keseluruh
Eropa melalui infiltrasi politik dan penyusupan ke berbagai kekuatan sosial
termasuk gereja-gereja.
Baru
pada awal abad ke-13, para pemimpin bangsa-bangsa Eropa menyadari bahaya dari
gerakan Qabalis-Zionis Ksatria Templars itu, dan memutuskan untuk menumpas
mereka. Pada th. 1307 Kaisar Perancis Philipe
IV dengan dukungan Paus Clementus V
menangkap dan memenjarakan pemimpin tertinggi Ksatria Templars waktu itu, Jacques de Molay dan sejumlah besar
anggotanya. Paus Clementus V kemudian mengeluarkan Dekrit yang menyatakan Ksatria Templars sebagai gerakan Anti-Christ (Anti Kristus). Atas dasar
dekrit itu, Molay dan para pengikutnya di hukum mati dengan dibakar pada th.
1307.
Dalam
the Da Vinci Code (2004/2005) Dan Brown menyebut Templars sebagai
pembela kebenaran sejati dari Jesus Kristus dan Maria Magdalena yang mengancam
eksistensi Vatikan dan raja-raja pendukungnya, yang menjadi alasan yang
sebenarnya mengapa Templars ditumpas. Sebagian yang berhasil lolos ke
Scotlandia mendirikan organisasi Freemasonry
dengan nama “the Scottish Rites”, sebagian
lagi ke Jerman bergabung dengan ‘Illuminati”
Bavaria pimpinan Adam
Weishaupt. Mereka bersumpah akan menghancurkan gereja, para raja Eropa dan
para rahib yang memang berhasil mereka lakukan pada masa-masa berikutnya.
Perang
Salib Modern
Negara
Israel yang cuma secuil dan komunitas tradisional Yahudi yang juga kecil
bukanlah mainstream tujuan Zionisme modern dengan organisasi neo-Zionis-Qabalis
“Global Freemasonry” yang memiliki rentang pengaruh dunia. Negara Israel
hanya tujuan kamuflatif dan merupakan bagian dari instrument untuk mencapai
tujuan besar “Illuminati-Freemasonry” yaitu, Novus Ordo Seclorum (tata dunia baru) dan E Pluribus Unum (pemerintahan tunggal dunia). Untuk itu mereka
memerlukan Perang Salib Modern untuk menghancurkan peradaban Barat dan Islam
agar diatas puing-puing itu dapat dibangun tata dunia baru. Hasil Perang Salib
pertama (abad 11-14), disempurnakan dengan Revolusi Perancis pada abad ke-18,
kemudian Revolusi Bolsewijk pada abad ke-19 dan Perang Dunia I dan II yang
terjadi pada abad ke-20 yang secara keseluruhan telah berhasil menggusur
teokrasi dan agama-agama dari tatanan dunia lama yang kacau dan gagal, serta menjadikan
demokrasi dan matarialisme-humanisme menjadi tatanan dunia baru yang jauh lebih sukses. Memasuki abad 21 yang
ditandai kebangkitan kembali semangat religius dikalangan Kristen dan Islam,
kaum Illuminati-Freemasonry menganggap perlunya penataan kembali dunia yang
sebenarnya sudah digariskan tokoh legendaries mereka Albert-Pike di AS akhir
abad 19, melalui Perang Dunia III yg direncanakan awal abad 21 ini. Novel the
Da Vinci Code dan karikatur Nabi Muhammad adalah sinyal bahwa proses menuju
Perang Salib Modern yang merupakan Perang Dunia ke III itu tengah dimulai. Kini
di negara-negara mayoritas Kristen disebar buku-buku yang membenci Islam,
sebaliknya di negara-negara mayoritas Muslim disebar buku-buku yang membenci
Kristen. Akibatnya terbentuklah mainset saling membenci. Maka seperti ramalan Samuel Huntington, hanya soal waktu
ketika garis batas peradaban masing-masing berubah menjadi garis pertempuran.
Kasus Iran ,
Irak dan situasi Palestina dewasa ini adalah sinyal yang semakin kuat. Demikian
pula situasi konflik dan kekerasan antar agama dan aliran yang terjadi
disejumlah negara besar termasuk Indonesia adalah bagian dari proses
itu.
Ummat
Islam, Kristen/Katolik dan semua ummat Tuhan agar bersatu, berdoa dan bekerja
menyelamatkan dunia yang berada di tepi Perang Salib baru ini, agar perdamaian,
kesejahteraan dan keimanan menerangi dunia. Sekian, terima
kasih.Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pengasuh,
KH.
AGUS MIFTACH
Ketua
Umum Front Persatuan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar