7.7.17

Pengajian Kelimapuluh Tujuh.-TWU

Pengajian Kelimapuluh Tujuh.

Assalamu’alaikum War. Wab.

“Qooluu subchaanaka laa ‘ilma lanaa illaa maa ‘allamtanaa innaka antal-‘aliiemul-chakiem(u)” : “Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnyalah Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’”; (Al-Baqoroh : 32).

Sebagaimana lazimnya pengajian kita, pembahasan akan kita lakukan secara eklektik dari berbagai perspektif untuk mencapai pemahaman yang holistis dan hikmah yang setinggi-tingginya dari ayat ini.

Pokok Bahasan.

Ayat ini masih merupakan rangkaian dengan dua ayat sebelumnya (Al-Baqoroh : 30-31), yang berisi tentang penciptaan Adam dan fungsinya sebagai khalifah di bumi.
Pada ayat ini para malaikat bertobat mengakui kelemahan dan kekurangan mereka. Tafsir Jalalain menerangkan, bahwa para malaikat telah menyadari sepenuhnya tentang pengangkatan Adam a.s. (species homo sapiens) sebagai khalifah di bumi didasarkan pada Ilmu dan Hikmah Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, jauh diluar jangkauan ilmu-pengetahuan yang diberikan Allah kepada mereka yang bersifat terbatas. Dengan pernyataan ini maka jelaslah apa yang telah diterangkan oleh Tafsir Ibnu Katsir pada Pengajian ke-55 dan ke-56, tentang pertanyaan para malaikat, mengapa Allah menjadikan Adam khalifah di bumi sedangkan dari ras Adam akan berbuat kekacauan dan menumpahkan darah di bumi ? (Al-Baqoroh : 30). Pertanyaan itu bukan suatu sanggahan atau menentang, melainkan semata-mata “mohon penjelasan”. Karena sesungguhnya malaikat tidak akan mampu bersikap, berucap dan bertindak kecuali yang disifatkan dan dijinkan Allah baginya. Dan, demikianlah kenyataannya setelah Allah memberikan penjelasan ihwal dimaksud, para malaikat menerimanya dengan penuh ketaatan, seperti tercermin pada ayat didepan.
Sabda Rasulullah SAW : “….Faya’tuuna adama fayaquuluuna anta abunnaas(i); kholaqokallaahu biyadihi, wa-asjada laka malaaikatahu, wa’allamaka asmaa-a kulli syai(in)” : “….Lalu mereka datang kepada Adam seraya berkata : Engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan kekuasaan-Nya. Dia membuat para malaikat bersujud kepadamu, dan Dia mengajarimu nama-nama seluruh perkara (HR. Bukhari dalam Tafsir Ibnu Katsir).

Namun demikian, bagi species manusia yang telah ditinggikan ilmu dan daya akal pikirannya diatas species malaikat, Allah SWT memperingatkan dengan Firman-Nya : “wa maa uu-tie-tum-minal’ilmi illaa qoliela(n)” : “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (tentang ruh) melainkan hanya sedikit” ; (Al-Isra’ : 85). Maksudnya agar manusia tidak lupa akan asal-usulnya dan perjanjiannya dengan Allah ketika di alam ruh (Al-A’rof 172, vide Pengajian ke-55 dan ke-56).. Agar manusia senantiasa menyadari bahwa kekuatan daya akal pikiran dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya bersumber dari qodrat Allah yang menciptakan dasar-dasar kemampuan origin-species Adam sejak rencana penciptaannya di al-Mala’ul ‘A’la (vide Pengajian ke-55). Dan karunia yang diberikan Allah kepada species manusia itu sangat sedikit dibanding dengan seluruh Ilmu dan Karunia Allah Yang Maha Luas, meliputi seluruh alam agnostic dan transenden, dan lebih luas lagi diluar jangkauan daya akal dan ilmu manusia untuk mengetahui dan menghitungnya.

Ulasan


Dalam Pengajian ke-55 dan ke-56, telah kita ungkapkan kesamaan pandangan Judaism, Nasrani dan Islam dalam visi penciptaan Adam a.s. sebagai “the supreme of the species” (At-Tien : 4  dan Kejadian 1 : 26), bahwa manusia dengan segala kelebihannya dari species dan varietas lainnya adalah mutlak ciptaan Allah dan bertanggung-jawab kepada Allah dalam semua amal perbuatannya.. Kesamaan yang azasi ini saya sebut sebagai prinsip “the United of God and the United of Books” (kesamaan Tuhan dan kesamaan Kitab Suci). Dan prinsip ciptaan itu selanjutnya membentuk disposition of rigidity (watak asli) agama-agama samawi yang menempatkan nilai-nilai transcendental sebagai capaian tertinggi. Sejalan dengan itu ketiga agama samawi mempercayai adanya Hari Kiamat dan Alam Akhirat yang merupakan bagian dari struktur nilai transcendental.
Namun, pada kenyataannya kesamaan “world-view” tidak menjamin kedamaian abadi. Perbedaan peradaban dan budaya antara Muslimin dan Kristian, antara Timur dan Barat ternyata memberikan celah terjadinya konflik. Tetapi jika dicermati konflik antara Islam dengan Kristen terdapat unsur rekayasa dari pihak Qabbalist yang tidak ingin melihat kedamaian diantara para penyembah Allah.

Pada lintasan abad 12-14, muncul satu figure yang menamakan diri sebagai Ksatria Kristus dengan nama “Templars “(The Poor Fellow Soldier  of Jesus Christ and the Temple of  Solomon : Sahabat Miskin, Tentara Jesus Kristus dan Kuil Solomon), yang muncul sesudah tahun 1118. Kuil Solomon di masa silam disebut juga Qubbet as Sakhrah atau Dome of the Rock (Kubah Karang) yang diakui oleh kaum qabbalist sebagai bagian dari kepercayaan mereka. Islam menolak klaim ini, dan tetap mempercayai Solomon sebagai Nabi Sulaiman a.s. yang tetap berkhidmat kepada Allah di Jalan Tauchid bukan qabbalist.
Templars melegenda di Eropa sebagai Ksatria Suci  pengobar semangat Perang Salib, dan bahkan menyatakan diri sebagai “Penanggungjawab Suci Perang Salib” untuk menghancurkan muslimin,  yang berhasil mendorong seluruh Eropa dan Timur Tengah terjun kedalam kancah Perang Salib, sebuah perang agama terbesar sepanjang sejarah dunia yang menggambarkan perpecahan sesama penganut agama samawi, sesama ummat Allah yang menorehkan luka terdalam yang berbekas pada peradaban umat manusia hingga hari ini.

Benarkah Ummat Nasrani dan Ummat Islam memerlukan Perang Salib ? Dan siapakah sesungguhnya Templars ? Kisah ini sebenarnya sudah pernah kita bahas pada Pengajian ke-51, sengaja kita angkat kembali untuk bahan renungan ditengah situasi adu domba antar agama atau antar aliran yang  sengaja ditimbulkan pihak tertentu dewasa ini.

Dalam “Histoire Le la Magie” (Sejarah Sihir) penulis masyhur Perancis Eliphas Levi  mengungkapkan jati diri Templars yang jauh dari pengertian Kristiani. Dalam suatu kuil rahasia di Yerussalem Templars menjalankan praktek upacara sihir penyembahan berhala Qabbala yang ia pelajari dari seorang rabbi qabbalist-Israili di Palestina yang bersumber dari system sihir Pharao’s Mesir abad 15 SM. Sumber ini diperkuat oleh Novelis masyhur Italia Umberto Eco dan penulis masyhur Spanyol Zorah.
Meskipun menyebut dirinya Tentara Miskin, Templars pertama kali muncul sebagai peziarah Eropa ke Palestina yang sangat kaya raya. Templars dan 9 pengikut utamanya adalah pihak yang pertama kali di dunia membuat system cek dan kredit perbankan.

Th. 1187 Panglima Besar Islam Salahuddin al Ayyubi berhasil membebaskan Yerussalem setelah memenangkan medan Perang Hattin yang bersejarah.  Utusan qabbalist yang mengaku sebagai “Ksatria Kristus”  Templars lolos ke Eropa dalam keadaan sekarat. Ia dan para pengikutya bersembunyi di sebuah kuil rahasia di Provence, Perancis yang sekaligus menjadi pusat gerakan rahasianya. Dari tempat rahasinya itu Templars menyatakan tidak mengakui otoritas Paus, dan dalam praktek ritualnya semakin nyata ia mengadopsi doktrin “qabbalist-Egyptian” yang sengaja dimasukkan kedalam system Kristen yang mendominasi Eropa. Inilah misi yang sebenarnya, menyesatkan Ummat Kristen Eropa kedalam system qabbalist-Israili.
Pengaruh Templars pertama kali meluas di Scotlandia, terutama di kalangan Serikat Buruh dimana dibentuk organisasi rahasia yang menjadi cikal-bakal organisasi rahasia “freemasonry” di seluruh Eropa dan Amerika, yang resminya berdiri pada th. 1717. Menurut faham “freemasonry” yang tidak lain adalah “neo-Zionist”, ras mereka berasal dari origin species yang disebut “Adam-Kadmon” suatu ras dewa manusia. Menurut mereka hanya ras mereka-lah yang sebenarnya ras-manusia yang berasal dari Sefiroth (rejim dewa-dewa) yang bersumber dari Ein-Sof sang penguasa kegelapan yang tunggal, suatu bentuk monotheisme qabbalist dengan lambang “bintang”, yang dewasa ini disebut “Power of Evolution” yang dalam system sentral-nya disebut “The Great Archittec Of The Universe” (Arsitek Agung Semesta Alam). Itulah tuhan berhala mereka, totalitas evolusi materi dan energi yang mencerminkan hakekat tertinggi materialisme. Menurut mereka hanya ras merekalah yang memiliki derajat manusia dan berhak memimpin dunia dan semesta. Manusia diluar ras mereka disamakan dengan binatang dan disebut “ghoyyin” (Harun Yahya, Global-Freemasonry, Istanbul 2003).

Templars, reformer agung Masonic itu ditangkap pada th.1307 atas perintah Raja Perancis dan Sri Paus. Ia di penjara di bawah tanah, tetapi tidak pernah dijelaskan akhir ajalnya. Namun demikian, pengaruhnya terus berlanjut dan berkembang radikal di seluruh Eropa pada abad-abad berikutnya, dan setelah berdirinya negara Amerika Serikat memperoleh kemajuan pesat di dunia. Templars adalah peletak dasar organisasi neo-Zionist “global-freemasonry” yang tersebar diseluruh dunia dewasa ini, tidak terkecuali di Indonesia, baik dalam bentuknya yang tampak maupun yang tidak tampak.

Siapakah Templars zaman ini ?

Nah, siapakah Templars di zaman yang dekaden ini ? Yang selalu mendorong-dorong permusuhan antar ummat beragama dengan berbagai dalih ? Peradaban materialisme yang berakar pada neo-Zionist telah menjadi mainstream peradaban dunia. Sepertinya qabbalist-materialism telah menguasai dunia. Namun kenyataannya nilai-nilai agama tetap merupakan factor dominan budaya manusia di dunia hingga dewasa ini, inherrent dalam ketidaksadaran kolekif ras manusia. Inilah yang membuat “global-freemasonry” tidak berhenti bekerja untuk menghancurkan agama-agama dengan cara mengadu domba, menyesatkan dan menghancurkan dari dalam. Inilah yang disinyalir para malaikat dalam Al-Baqoroh : 30 : “Qooluu, ataj’alu fieha mayyufsidu fieha wa-yasfikuddimaa’(u) ?” : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” ?

Tetapi ras manusia bukan hanya terdiri kaum qabbalist-materialis yang senantiasa membuat kerusakan dan menumpahkan darah seperti yang terjadi pada “Revolusi Perancis, Revolusi Komunis, Perang Dunia I dan II”; tetapi juga terdapat kaum beriman yang senantiasa berkhidmat di Jalan Tauchid sejak Adam, Nuch, Ibrahim, Musa, Isa hingga Muhammad SAW. Semoga kita termasuk dalam golongan mereka, yang tak henti-hentinya melakukan ‘amar ma’ruf nahi mungkar’ dan selalu mengajak manusia hanya menyembah kepada Allah semata; “Laa ilaaha illallaah” (Tidak ada ada tuhan selain Allah). Mengajarkan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Inilah yang dimaksud dalam Firman Allah (lanjutan ayat diatas) : “Qoola innie a’lamu maa laa ta’lamuun(a)” : “Tuhan berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” ; (Al-Baqoroh : 30).

Sekian, terima kasih.
Birrachmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih.
Wassalamu’al;aikum War. Wab.

Jakarta,  26 Agustus 2005,
Pengasuh,




HAJI AGUS MIFTACH


Ketua Umum Front Persatuan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar