7.7.17

Pengajian Keenampuluh Dua (62).

Pengajian Keenampuluh Dua (62).


Assalamu’alaikum War. Wab.

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang” ; (Al-Baqoroh : 37).

Ayat ini masih dalam rangkaian proses penciptaan Adam sebagai origin species manusia dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Kita sudah membahasnya sejak Pengajian ke-55. Kita masih akan membahasnya dari perspektif teologis, historiografis, dan antropologis secara eklektik dan holistis untuk mencapai hikmah yang setinggi-tinggihya.

Pokok Bahasan.

Setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari sorga, mereka menyesal dan bertobat kepada Allah swt. Maka Allah Yang Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang, menolong mereka dengan mewahyukan kepada Adam a.s. kalimat pertobatan sbb :




“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rachmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” ;  (Al-A’rof : 23).  Maka Allah menerima pertobatan mereka.


Tafsir Ibnu Katsir menerangkan dari riwayat Mujahid dari Ubaid bin Amir, Rasulullah saw menuturkan : “Adam bertanya kepada Allah : ‘Tuhanku apakah kesalahan yang kulakukan itu merupakan kesalahan yang telah Egkau tetapkan bagiku sebelum Engkau menciptakanku, atau kesalahan yang disebabkan oleh diriku sendiri ?’ Allah berfirman : ‘Itu merupakan kesalahan yang telah Kutetapkan bagimu, sebelum Aku menciptakanmu’. Adam berkata :’Jika demikian, berikanlah suatu ketetapan dan hapuskanlah kesalahan itu dariku’. Maka turunlah wahyu Al-A’rof : 23 tsb.

Ulasan

Dalam Pengajian Ke – 62 diterangkan bahwa peristiwa “buah khuldi” sepenuhnya terkontrol dalam suatu mekanisme peristiwa yang memang telah dirancang dan dikontrol sepenuhnya oleh Allah Azza wa Jalla. Termasuk keberadaan Iblis yang ternyata tidak dibinasakan Allah, yang nampaknya berfungsi sebagai point of selection terhadap manusia agar mencapai kualitas “ruh” yang origin dan dapat kembali kepada Allah swt. Tentang hakikat ras-jin dengan origin species Iblis dan kehidupan mereka sesudah kematian, belum banyak yang dapat diungkapkan para ulama. Mungkin mereka memiliki rules sendiri yang telah ditetapkan Allah bagi sepecies jin. Wallahu a’lam.

Dapat ditarik suatu pengertian bahwa “peristiwa buah khuldi” merupakan bagian dari proses pemenuhan fungsi Adam dan ras keturunannya sebagai khalifah di bumi. Dan selanjutnya akan terus-menerus berhadapan dengan “ras Iblis” baik yang bersifat intra organis maupun ekstra organis, sebagai suatu “poinf of selection” untuk menghasilkan “ruh” yang sempurna yang “origin-tauchid” yang menjadi prasyarat manusia untuk dapat kembali kepada Allah Azza wa Jalla sesudah ajal.
Dalam hal ini makna pertobatan Adam secara substansial menjadi sangat penting bagi keberhasilan fungsi kekhalifahan manusia di bumi. Tafsir Jalalain menerangkan bahwa tobat yang dapat diterima Allah swt harus memenuhi syarat sbb. :

-          menyesali dan meninggalkan segala kesalahan yang telah dilakukan,
-          menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dilakukan,
-          mengiringi perbuatan dosa dengan perbuatan baik.

Sabda Rasulullah saw : “Iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu dapat menghapuskan dosanya” ; (HR. Tirmidzi dari Abi Dzar r.a)..

Khilafat di Jerusalem.

Zaman Adam a.s. diperkirakan 60 abad SM, sedangkan zaman Nuh a.s. diperkirakan 30 abad SM. Tetapi belum ada bukti-bukti arkeologis yang merujuk kepada keberadaan zaman mereka. Bukan berarti tidak ada atau hanya mitos belaka, hanya manusia dengan kemampuan akal pikirannya belum mampu menemukan.  Untuk sementara kita cukupkan dengan beriman tentang keberadaan kedua era origin species homo-sapiens itu. Semoga Allah swt membukakan pengetahuan kita untuk itu suatu saat nanti, Insya Allah.
Kita lanjutkan parallel pembahasan khilafat di Jerusalem sebagai masa awal peradaban agama samawi yang terbukti keberadaannya secara arkeologis. Dimulai dari zaman Saul, Esybaal dan yang tengah kita bahas Daud dan Sulaiman.
Para penulis Kitab Tawarikh (bagian dari Perjanjian Lama) menganggap tidak diberinya Daud penghormatan tinggi untuk membangun sebuah kuil/tempat ibadah bagi Yahweh di Jerusalem dikarenakan Daud terlalu banyak menumpahkan darah (dalam peperangan), terutama dalam peperangan di Edom dimana Daud membantai bangsa Fillistin dan bangsa-bangsa lain, termasuk suku-suku Israel yang dianggap murtad pada awal abad ke-10 SM, dan memperbudak kawasan itu dengan kejam.
Dalam masa kejayaannya di Jerusalem, Raja Daud memperluas kota itu dengan merobohkan tembok lama dan membangun tembok baru yang lebih ekspansif, diantaranya membangun menara Daud sebagai mercu suar sekaligus pusat pertahanan. Meski terkenal dengan kekejamannya di lembah Edom, Raja Daud berlaku kasih terhadap bangsa Yebus di Jerusalem, dan ingat permaisurinya Batsyeba adalah orang Yebus bekas istri perwira Uriah orang Het. Bahkan raja Yebus yang terakhir yang ditaklukkannya Araunah tetap dibenarkan memiliki estat-nya tersendiri di Jerusalem. Bahkan situs yang kelak dikenal sebagai situs Haekal Sulaiman, pada awalnya merupakan situs teofani (pemujaan) bangsa Yebus yang dibeli Daud dari Araunah. Secara istimewa Imam tinggi Yebus-Zadok diangkat menjadi Imam tinggi agama yahudi dan semua imam-imam Yahwis selanjutnya selalu dinisbatkan kepada Zadok.

Seperti bunyi ayat Al-Baqoroh 36 :”…sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain…”, keharmonisan di Kerajaan Daud tidak langgeng, putranya-Absalom memprolamirkan pemberontakan melawan Daud, ditandai dengan pendirian monumen atas nama dirinya sendiri di Mata Air En-Rogel, yaitu sebuah situs teofani (pemujaan) yang diasosiasikan dengan kerajaan Yebus masa silam. Absalom dengan dukungan rakyat menyatakan dirinya sebagai Raja Yehuda dan Israel yang berpusat di Hebron, ibukota lama Daud semasa menjadi Raja Yehuda. Situasi yang sangat serius itu memaksa Daud memimpin pasukan meninggalkan Jerusalem untuk menumpas pemberontakan Absalom putranya sendiri. Dengan kemampuan militernya yang tinggi Daud berhasil memadamkan pemberontakan itu. Tetapi setelah itu seluruh kerajaan Israel bergolak memberontak kepada kekuasaan Daud, dan lagi hanya dengan kemampuan militernya yang tinggi Daud berhasil mempertahankan keutuhan imperiumnya.

Pada akhir kehidupannya, Daud menyaksikan keadaan yang memilukan hatinya, yaitu perpecahan antara orang-orang Yebus dan orang-orang Israel di Jerusalem. Ketika Daud tengah terbaring sekarat, putra tertuanya yang masih hidup (adik Absalom), yaitu Adonia mengulangi pemberontakan kakaknya dengan menahbiskan dirinya sebagai Raja Israel dan Yehuda di Mata Air En-Rogel dengan dukungan garda tua Yebus termasuk komandan Yoab dan pendeta Abyatar yang memiliki reputasi tinggi di kerajaan Daud. Raja Daud tua yang tengah terbaring sakit dan sekarat tidak mungkin lagi memimpin pasukan menumpas pemberontakan putranya itu. Ia kemudian membangkitkan faksi Yebus dibawah pimpinan Nabi Nathan, Imam Zadok dan permaisuri Batsyeba dengan didampingi kereti dan peleti-tentara tua Yebus, menahbiskan dan memahkotai Sulaiman di tenda suci Yahweh disamping Mata Air Gihon sebagai Raja Kana’an bersatu menggantikan dirinya dengan publisitas besar-besaran. Peristiwa ini terjadi pada tahun 970 SM, dan disebut oleh para abtropolog sebagai kemenangan pribumi Yebus atas para pendatang Yehuda dan Israil. Inilah awal era-Sulaiman yang melanjutkan tradisi kebesaran Daud. Adonia dan Yoab segera menyerah dan tak lama kemudian di eksekusi. Sedangkan pendeta Abyatar diasingkan.
Dimasa pemerintahan Sulaiman, Jerusalem diperluas menjadi dua kali lipat dari masa ketika Daud berkuasa, dan memiliki status regional, sebagai pusat dari kerajaan-kerajaan di region itu (Timur Dekat). Sulaiman memiliki banyak sekali istri-istri yang berasal dari putri-putri raja sekutu atau bawahan. Bahkan salah satu istrinya dalah putri Fir’aun, satu prestasi yang tidak pernah dicapai Raja Kana’an yang lain. Kerajaan Sulaiman memiliki sepasukan kereta perang yang terkuat dengan teknologi mutakhir di masa itu. Bahkan Sulaiman memiliki armada yang kuat di Teluk Aqabah di Exion Geber. Sulaiman menjadi pedagang senjata dengan komoditas peralatan perang seperti kereta perang dan kuda perang dengan pasaran terpenting antara lain Mesir dan Kilikia. Bible menceritakan Ratu Syeba dari Kerajaan Yaman modern mengunjungi Sulaiman karena tertarik dengan kebijaksanaannya. Para antropolog menulis peristiwa ini mencerminkan meningkatnya nilai penting Kerajaan Sulaiman, terutama sejak meningkatnya peran dagangnya di Laut Merah yang mungkin bersinggungan dengan kepentingan dagang Negeri Syeba.
Raja Sulaiman memiliki status legendaries sebagi seorang raja yang kaya raya dan sukses dengan pembangunan besar-besaran, terutama dalam merestorasi kota-kota benteng lama seperti Hazor, Megiddo dan Arad.

Sekian, kita lanjutkan pada pengajian berikutnya. Dan dengan mengingat do’a-taubat bapak kita Adam a.s. kita masuki bulan suci Ramadhan dengan imanan wachtisaban, semoga kita menjadi muttaqien. Selamat berpuasa ! Terima Kasih.

Birrachmatillahi Wabi’unihi fi Sabilih.
Wassalamu’alaikum War. Wab.

Jakarta, 30 September 2005,
Pengasuh,




HAJI AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front Persatuan Nasional.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar