11.7.17

Pengajian Keseimbilan-puluh Satu (91).






Pengajian Keseimbilan-puluh Satu (91).

Assalamu’alaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem.







“Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang  pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” : Albaqoroh : 66.

Pembahasan dari berbagai sudut pandang dilakukan secara ekektik untuk mencapai  perspektif yang holisitis dan hikmah pemahaman yang komprehensif dan lebih mendalam terhadap ayat diatas.

Pokok Bahasan.

Ayat diatas merupakan rangkaian yang utuh dengan ayat sebelumnya. Seperti telah diterangkan dalam pengajian ke 90, Allah telah menghukum orang-orang Yahudi penduduk desa pantai Ayilah karena melanggar ketentuan hari peribadatan-Sabbath. Ayat ini menjelaskan maksud dari hukuman itu untuk menjadi peringatan bagi Bani Israil dan penduduk negeri sekitar kawasan itu agar mereka tidak melakukan perbuatan semacam itu. Hal itu dimaksudkan pula sebagai pelajaran bagi orang yang bertakwa pada masa itu dan masa selanjutnya hingga hari kiamat, agar menjauhi perbuatan seperti kaum Ayilah itu, supaya tidak di adzab Allah SWT.
Peristiwa seperti diterangkan pada ayat 65 dan bersambung pada ayat ini, menurut catatan Ibnu Katsir terjadi pada masa Raja Daud a.s. Allah Ta’aala berfirman, “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya sangat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” (Al-Maa’idah : 78-79).

Seperti diterangkan pada Pengajian ke-90 orang-orang penduduk pantai Ayilah memasang alat-alat penangkap ikan pada Jum’at malam, karena larangan bekerja pada hari Sabtu (hari Sabbath) yang merupakan hari peribadatan Yahudi. Padahal ikan-ikan pantai Ayilah hanya ramai bermunculan pada hari Sabtu. Dengan cara itu penduduk Ayilah memenuhi dua hal prinsip, yaitu tidak melanggar ketentuan hari Sabbath karena secara fisik mereka tidak bekerja, namun mereka tetap memperolah mata-pencaharian mereka dengan daya intelektual mereka. Namun menurut jumhur mufassirin, mereka tetap dihukum menjadi kera dalam arti sebenarnya. Al-Manar dan Ibnu Katsir merujuk pada Hadits Riwayat Mujahid r.a. yang berpendapat hukuman itu bersifat kejiwaan  dimana jiwa mereka menjadi seperti kera yang tidak dapat memahami ajaran dan peringatan. Inilah yang saya sebut sebagai mentall-regresive, yaitu kemunduran mental pada tingkat das Es (intinktif belaka). Pada pengajian ke-90 saya berpendapat bahwa penduduk pantai Ayilah telah melakukan hal benar menurut logika dan Syari’at Islam yang mengkategorikan mencari nafkah yang halal sebagai ibadah. Mekanisme perintah dan hukuman yang primitive sebagaimana diterangkan jumhur mufassirin  dan diluar akal sehat itu menjadi sebab utama tidak berkembangnya agama Yahudi.
Ayat 65-66 Al-Baqoroh, memang tidak menjelaskan secara rinci peristiwa pelanggaran Sabbath itu, kecuali hanya moment historisnya saja, dan tidak ada kekeliruan didalamnya. Tetapi penjelasan jumhur mufassirin telah menimbulkan dekandensi akal pikiran. Dilihat dari substansi narasinya para jumhur mufassirin lebih banyak terpengaruh cerita-cerita Bibel. Maka motivasi peringatan ayat diatas dengan penafsiran yang dekaden tersebut menjadi tidak produktif karena tidak  sesuai dengan akal sehat. Diperlukan penafsiran yang lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan umat manusia yang terus berkembang dari zaman ke zaman.

Mayoritas Yahudi menganut Qabala.

Jauh sebelum Musa a.s. menyatakan diri sebagai Utusan Tuhan, mayoritas Bani Israil telah memeluk kepercayaan Qabala. Kasus Lembu Samiri adalah salah satu fakta. Dan kepercayaan itu benar-benar menjadi mainstream spiritualitas Yahudi sepanjang sejarahnya. Bahkan sejak zaman Ibrahiem yang berasal dari pengaruh rejim pagan Aur-Khaldan seperti dianut ayahnya Azar Tarih. Pada pengajian ke-90 y.l diungkapkan bahwa organizing Qabala mulai memperoleh bentuk modern pada masa pembuangan Bani Israil di Babilonia abad ke-6 SM, dan dalam masa 22 abad kemudian menjelma menjadi gerakan rahasia “Illuminati” yang berpengaruh di dunia modern dan menjadi peletak dasar peradaban Judeo-Griko yang merupakan fondasi peradaban Barat modern dewasa ini. Para rahib Yahudi  mencampurkan Taurat kedalam system Qabala, menghasilkan kitab sinkretis yang disebut Talmud yang juga sudah kita bahas dalam pengajian-pengajian terdahulu.

Nama Illuminati sendiri tidak berasal dari peradaban Qabala, namu berasal dari peradaban Kristen. Nama itu pertama kali diberikan oleh para rahib Gereje Nicene Awal  kepada mereka yang berserah diri untuk di baptis masuk Kristen. Illumnati sendiri bermakna “mereka yang menerima cahaya” atau “pencerahan”, karena diyakini telah menerima petunjuk nurani ketika di baptis kedalam iman Katolik.
Dalam perkembangannya pada abad ke-16 terdapat sebuah sekte Katolik bernama Illuminati yang mengembangkan ajaran mistik. Sekte inilah yang kemudian disusupi kaum Qabala yang waktu itu tengah dikejar-kejar kekuasaan gereja di zaman Inkuisisi Spanyol. Ordo Illuminati yang tersusupi itu kemudian berkembang dan muncul di Perancis dengan nama ‘Guirinets’  pada periode 1623-1635. Kemudian muncul di Spanyol dan Italia dengan nama ‘Alumbardo’ yang artinya telah dapat berkomunikasi langsung dengan Roh Kudus, karena itu tidak lagi diperlukan ritus gerejani. Sekte ini kemudian oleh Gereja Katolik dianggap bid’ah dan menjadi sasaran Inkuisisi. Ini membuat mereka bergerak dibawah tanah dan berdiam diri hampir dua abad. Baru pada th. 1771 nama Illuminati kembali terdengar sebagai sebuah organisasi yang didirikan Adam Weishaupt di Inglostadt, Bavaria, yang didirikan atas dasar Ordo Qabala Putih kuno (vide, Pengajian ke-90) dengan tujuan untuk merubah peradaban manusia kearah materialisme sepenuhnya. Adam Wieshaupt yang sudah banyak kita bahas pada pengajian-pengajian yang lalu adalah juga seorang pakar Okultisme, dan menamakan kelompok intinya dengan ‘Perfectibilisen’ yang diambilnya dari kaum Cathar cabang agama Qabala yang pernah berkembang di Eropa selama 4 abad. Sejarah gereja mencatat Paus Innocentius III telah mengerahkan angkatan perang dan berhasil menghancurkan gerakan kaum Cathar di medan-perang Albigensia pada awal abad ke-13. Pemakaian nama itu oleh Adam Weishaupt menunjukkan kesinambungan dan konsistensi gerakan kaum Qabala yang tidak pernah padam hingga masa sekarang melalui gerakan Illuminati-Freemasonry dengan semua instrument dan atributnya. Bahkan Illuminati-Freemasonry telah berhasil mendorong perubahan-perubahan besar di dunia hingga mencapai bentuknya seperti yang sekarang ini, a.l. melalui Revolusi Perancis, Revolusi Jerman, Revolusi Bolshevik, Perang Dunia I dan II.

Peperangan sepanjang masa.

Perang antara bangsa Israel dan bangsa Palestina sudah terjadi sejak 3000 th yang lalu. Perang besar pertama terjadi pada th. 1010 SM yang menewaskan Saul, Raja Israel pertama. Perang besar kedua terjadi pada th. 1000 SM, ketika Raja Israel Daud menyerbu lembah Edom, mengkhianati persahabatan dengan bangsa Palestina yang memberinya vassal Hebron dan mendukungnya merebut Jerusalem. Sejak itu, maka sejarah Israel dan Palestina adalah sejarah peperangan tanpa akhir hingga di masa sekarang. Artinya peperangan itu tidak ada sangkut pautnya dengan agama Islam. Kecuali menyangkut Masjidil-Aqsha. Kita mendukung perjuangan nasional bangsa Palestina untuk merdeka, dan kita semua berjuang untuk kebebasan Masjidil-Aqsha dari kekuasaan Israel.
Ajakan sementara partai politik agar Kaum Muslimin Indonesia memberikan 1 dolar untuk Palestina adalah hal yang baik-baik saja, tapi sesungguhnya format penyelesaian sengketa Palestina sudah tertuang dalam Resolusi PBB No. 181, tgl. 19 Nopember 1947 yang dijiwai Kesepakatan Yalta 1945, yang menentukan berdirinya dua negara di bumi Palestina, Yaitu Palestina dan Israel. Yang menjadi persoalan adalah batas-batas territorial yang selalu didominasi Israel yang didukung Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Dalam pengajian-pengajian yang lalu saya ingatkan bahwa perjuangan untuk Negara Israel yang hanya merupakan entitas kecil merupakan sebuah kamuflase dari tujuan besar Illuminati-Freemasonry, yaitu menaklukkan dunia kedalam Novus Ordo Seclorum dan E Pluribus Unum yang menjadi platform perjuangan sejati mereka. Untuk mencapai itu, kalau perlu mereka akan mengobarkan Perang Dunia ke-III seperti rencana Albert Pike, yang disulut dari perang Israel-Palestina yang akan dikembangkan menjadi perang Barat melawan Islam yang akan berpuncak dengan Perang Dunia Ke-III.
Sikap Pemerintah Hamas di Jalur Gaza yang menolak mengakui keberadaan Israel, akan menjadi kunci pecahnya perang Israel-Palestina yang dalam perkembangan selanjutnya akan melibatkan Iran dan kekuatan-kekuatan militant Arab, sementara negara-negara Barat akan berdiri di belakang Israel. Ketika 3 bulan yang lalu kita membahas kemungkinan ini, dunia terasa masih damai. Tiba-tiba sekarang kita semua telah berada di tepi gejala-gejala Perang Dunia ke-III.

Pertanyaannya kemudian, jika kita berikan  1 dolar untuk Palestina, lalu berapa dolar untuk busung lapar, gizi buruk, para pengungsi yang kelaparan, dan anak-anak  tak mampu sekolah di negeri kita sendiri. Ingat di negara kita sudah banyak orang bunuh diri karena miskin.

Sekian, terima kasih, Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.

Jakarta, 12 Mei 2006,

Pengasuh,



HAJI AGUS MIFTACH

Ketua Umum Front Persatuan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar