Syubah Asa Tutup Usia
JAKARTA -- Sastrawan
dan wartawan senior Syubah Asa tutup usia pada pukul 17.00 WIB di sebuah rumah
sakit di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Ahad, 24 Juli 2011. Syubah sebelumnya
telah lama terserang stroke dan sudah beberapa kali menjalani pengobatan.
Syubah, lelaki yang terlahir di Pekalongan, 21 Desember 1941, ini juga dikenal sebagai seniman. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana muda di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia menjadi redaktur Tempo sejak 1971 hingga 1987 sebelum hijrah ke Editor pada 1987 dan 1988 dan Panji Masyarakat. Dia dikenal sebagai seniman dan aktif di Teater Muslim dan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1950 - 1969. Pada era 1970-an. Dia juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.
Aktingnya pernah menghiasi layar kaca saat ia diminta Arifin C Noer menjadi pemeran tokoh PKI Aidit dalam film kolosal Pengkhianatan G-30 S PKI, pada 1982. Syubah juga menulis sejumlah novel, di antaranya Cerita di Pagi Cerah tahun 1960. Selain itu, ia juga banyak menulis kolom, termasuk juga puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan karya klasik Arab ke bahasa Indonesia, di antaranya Asraful Anam dan Qasidah Barzanji.
Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, mengatakan Syubah kala itu dikenal sebagai wartawan yang dekat dengan dua organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdathul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. "Beliau itu dikenal dekat dengan kedua ormas tersebut," ujar pria yang seringkali dipanggil Abah Alwi ini.
Hanya saja, lanjut Abah, Syubah Asa juga dikenal menulis berbagai hal bernuansa Islam dan juga seni. Dalam dunia seni dan Islam, ia pernah membuat puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan Qasidah Barzanji. Republika sendiri pernah memiliki kesan mendalam soal Islam dan seni di mata Syubah Asa. Hal ini ketika Syubah diwawancara wartawan Republika, Fery Kisihandi, beberapa tahun silam.
Syubah kala itu mengatakan agama dan seni akan bersilangan dalam sebuah kata yang disebut religiositas. Bagi Muslim menurutnya ketika pertemuan keduanya, agama dan seni, akan memiliki nilai estetika tersendiri seperti halnya bagi seseorang dalam berkesenian. Ia pun menyatakan bahwa berkesenian itu harus ada nilai religiositas di dalamnya. Meski bukan berarti harus selalu mengeluarkan ayat-ayat dalam kitab suci dalam karya seni.
Wartawan Senior Tempo, Amarzan Lubis, memiliki kesan tersendiri tentang Syubah Asa. Dia menilai Syubah sebagai editor terbaik, karena mampu mengubah tulisan yang bagus gagasannya, namun buruk penulisannya. Di tangan Syubah, tulisan itu menjadi enak dibaca. "Bahkan, dialah editor terbaik se-Indonesia," ungkap Amarzan. Tak terhitung berapa banyak tulisan yang dieditnya.
Amarzan juga menilai Syubah sebagai penulis resensi terbaik, terutama untuk karya seni, karena bukan hanya bermain perasaan, melainkan juga seni. Padahal, Syubah berlatar belakang pendidikan agama, bukan seni. Dia menguasai musik klasik Barat dan mampu menuangkannya dalam tulisan yang mampu dipahami pembaca dengan mudah. ed: joko sadewo
Sumber: Republika, Senin, 25 Juli 2011
Syubah, lelaki yang terlahir di Pekalongan, 21 Desember 1941, ini juga dikenal sebagai seniman. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana muda di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia menjadi redaktur Tempo sejak 1971 hingga 1987 sebelum hijrah ke Editor pada 1987 dan 1988 dan Panji Masyarakat. Dia dikenal sebagai seniman dan aktif di Teater Muslim dan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1950 - 1969. Pada era 1970-an. Dia juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.
Aktingnya pernah menghiasi layar kaca saat ia diminta Arifin C Noer menjadi pemeran tokoh PKI Aidit dalam film kolosal Pengkhianatan G-30 S PKI, pada 1982. Syubah juga menulis sejumlah novel, di antaranya Cerita di Pagi Cerah tahun 1960. Selain itu, ia juga banyak menulis kolom, termasuk juga puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan karya klasik Arab ke bahasa Indonesia, di antaranya Asraful Anam dan Qasidah Barzanji.
Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, mengatakan Syubah kala itu dikenal sebagai wartawan yang dekat dengan dua organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdathul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. "Beliau itu dikenal dekat dengan kedua ormas tersebut," ujar pria yang seringkali dipanggil Abah Alwi ini.
Hanya saja, lanjut Abah, Syubah Asa juga dikenal menulis berbagai hal bernuansa Islam dan juga seni. Dalam dunia seni dan Islam, ia pernah membuat puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan Qasidah Barzanji. Republika sendiri pernah memiliki kesan mendalam soal Islam dan seni di mata Syubah Asa. Hal ini ketika Syubah diwawancara wartawan Republika, Fery Kisihandi, beberapa tahun silam.
Syubah kala itu mengatakan agama dan seni akan bersilangan dalam sebuah kata yang disebut religiositas. Bagi Muslim menurutnya ketika pertemuan keduanya, agama dan seni, akan memiliki nilai estetika tersendiri seperti halnya bagi seseorang dalam berkesenian. Ia pun menyatakan bahwa berkesenian itu harus ada nilai religiositas di dalamnya. Meski bukan berarti harus selalu mengeluarkan ayat-ayat dalam kitab suci dalam karya seni.
Wartawan Senior Tempo, Amarzan Lubis, memiliki kesan tersendiri tentang Syubah Asa. Dia menilai Syubah sebagai editor terbaik, karena mampu mengubah tulisan yang bagus gagasannya, namun buruk penulisannya. Di tangan Syubah, tulisan itu menjadi enak dibaca. "Bahkan, dialah editor terbaik se-Indonesia," ungkap Amarzan. Tak terhitung berapa banyak tulisan yang dieditnya.
Amarzan juga menilai Syubah sebagai penulis resensi terbaik, terutama untuk karya seni, karena bukan hanya bermain perasaan, melainkan juga seni. Padahal, Syubah berlatar belakang pendidikan agama, bukan seni. Dia menguasai musik klasik Barat dan mampu menuangkannya dalam tulisan yang mampu dipahami pembaca dengan mudah. ed: joko sadewo
Sumber: Republika, Senin, 25 Juli 2011
Erdy Nasrul, Ichsan
Emrald
Qoyum dan Apace 2007-pro nks
Selasa 25 Desember (natalan)2007,
jam.08.30 s/d menjelang jam12.00 siang, tim 5 Apace – Parja+Kukuh+
Aadp+Tata+Daus ketemu Pak Qoyum(PQ) di rumah Patra Kuningan.
Mengendarai panter hijau ,
kendaraan keluarga Engkong Neman Gondrong itu -parkir persis didepan rumah
keluarga PQ ,yang sedang berantakan, karena dalam proses renovasi. PQ
menjelaskan, niatnya renovasi rumah, agar diatas lantai dua tersedia dua kamar
tamu , menyiapkan jika ada tamu luar Negeri. “Masa, diinapkan di Masjid Hidayat
terus”, ungkap PQ tersenyum.
Mengenakan Tshert putih, dengan
motip lengan dan kerah warna kuning, dipadu dengan celana panjang abu-2
mendekati krem, PQ nampak rapi. Dengan
raut wajah yang nampak lelah, mungkin sisa dampak operasi kesehatannya di
Singapore- beberapa waktu sebelumnya, PQ mencoba rileks- menerima Apace,
diruang sempit berbaur dengan rak buku, dan sejumlah peralatan kantor yang
numpuk agak berantakan. Maklum, renovasi rumahnya memang belum selesai.
Dalam usianya yang 70 tahunan, PQ
tidak terlalu nampak sebagai pria tua yang miskin energi. Vitalitasnya masih
terpancar dari sisa keperkasaannya sebagai lelaki yang gemar bermain tenis dan
golf.
Anak lelaki tertua Mln. Abdul
Wahid HA- Mubaligh JAI awal dari Aceh- itu, pantas memiliki pengalaman panjang sebagai pejabat tinggi Negara, bersama para
Menteri sekelas Ginanjar Kartasasmita, Siswono YH, Aburizal Bakri dll.
Namun melihat gelagat gerak tubuh
PQ yang masih lamban, nks berpikir , dan memberi kode ke Aadp, agar temu Apace
dgn PQ.jangan terlalu lama. Eh, setelah suasana makin cair, tau-tau pertemuan Apace& PQ sudah berlangsung tiga jam! Nks. Langsung
memberi kode ke Aadp yang harus tinggal sendirian melanjutkan loby empat mata
dengan PQ. Sementara empat personil Apace lainnya bergerak pamit dari rumah PQ.
Celoteh GM-Senyum PQ
Dua keping vcd rekaman Mabes
Polri 19des2007,yang berisi dialog delegasi JAI, Amir, PQ,Anis,Soma dan drh
A.Saleh- dengan Mabes Polri, Kejagung, GM , DEPAG dll, diterimakan ke PQ. Sementara
rekaman Pengajian TWU -Vcd Tomy Soeharto& Gus Miftach(GM) di ph-AA3 yang
membahas Capres Independent, 21/12/07, diputar 3 menit didepan Qoyum.
PQ tertawa lucu saat melihat dan
mendengar ungkapan GM di VCD yang mengatakan, “di Penjara hampir tidak ada orang
Ahmadiyah dan Qiyadah. Tapi yang banyak di penjara adalah orang NU, orang
Muhamadiyah nomer dua- sudah pasti! Jadi, kata GM, kalau dilihat dari kelakuan,
orang yang menyesatkan itu sebenarnya kelakuanya benar- benar sesat! Tapi
yang disesatkan malah baik kelakuannya”!- dan disambut tawa hadirin
yang terekam jelas dalam vcd tersebut. PQ faham, itulah gaya khas tokoh
yang mulai mendekati Ahmadiyah.
Niat format yang diusung 5Apace
ke PQ, untuk mencari kedekatan hati, kesepahaman laku, menyikapi sikon Internal maupun
Exsternal JAI.
Aadp+ Kukuh+Tata aktip menanggapi
PQ. Sementara Parja aktip berdoa, dan Daus dokumentasi , sambil ngatur teknis
laptop.
Misi itu nampaknya membuahkan
hasil. PQ yang awalnya masih belum tune
in ke Apace, namun setelah basa- basi , PQ bahkan menyiapkan laptop untuk
memutar vcd yang dibawa Apace. Lalu teh
botol dingin dihidangkan, dengan berbagai makanan kecil , lemper dan kue-2.
Gusdur Jambrong
PQ cerita banyak tentang hubungannya dengan
Gusdur, termasuk soal setoran Jambrong
yang digambarkan oleh PQ- bagaimana Gusdur sambil meraba raba – karena buta-
menerima setoran PQ.
PQ ikut menegaskan kembali
falsafah dasar didunia Politik, bahwa tidak ada Teman abadi, yang ada ialah
Kepentingan Abadi. Tetapi, kalau belum bisa jadi teman, juga jangan memusuhi tokoh yang manapun.
PQ juga menceritakan, bahwa
dirinya pernah jadi anggota MPR dua pereode
jaman Pak Harto, yang tentu juga dekat dengan banyak kalangan Politikus.
PQ mengungkapkan, bahwa baru-
baru ini di Jemaat Purwokerto ada aspirasi yang berkembang, para Ahmadi setempat diminta mendukung salah
satu calon Bupati/ Walikota, yang menurut PQ-
calon tersebut orangnya baik pada
Jemaat. Jadi PQ mempersilahkan kontak ke
PB, dan kalau perlu ya mohon doa ke Huzur untuk hal tersebut.
Ketika Apace , menyela dengan
mengungkapkan , bahwa Ahmadi Tangerang juga ada yang nyalon Bupati, dan Ketua
JAI Malang nyalon Gubernur Jatim, PQ setuju, teruskan dan tingkatkan.
PQ mengaku ketemu Ulil AA ,
mantunya Mustafa Bisri, sebelum berangkat ke USA. PQ juga mengaku dekat dengan
Gus Mus- dalam pengertian sering PQ ngasih duit ke Gus Mus.
Huzur Ahli Politik
PQ sepakat dengat Apace, bahwa
Huzur ke 2 juga Ahli Politik dan dekat dengan kalangan Politik. Begitu juga
Huzur ke 4. Berdirinya Pakistan jelas ada keterlibatan besar Khalifah Ahmadiyah,
juga Pemilihan Kepala Negara Pakistan
Pertama. PQ juga bilang, baca Man of God! Sama dengan sikap Apace.
PQ cerita, bahwa ada beberapa
Ahmadi yang tidak setuju kita meniru cara Huzur ke 2. Dalilnya,kata Ahmadi itu,
Huzur kan dapat Wahyu untuk melakukan itu, sementara kita kan tidak. PQ balik bertanya , lha kalau tidak boleh
nyontoh Khalifah , kita disuruh nyontoh siapa? Ujar PQ. Ditimpali celetuk
Apace,bukankah semua yang disabdakan Rassullullah, dan kini kita tiru kerjakan,
juga berasal dari Wahyu yang diterima
Muhammad saw.?
PQ menggambarkan di Jemaat memang
banyak macam orang dengan karakter yang berbeda- beda. Tidak ada yang sempurna.
Salah satu yang dicontohkan PQ adalah almarhum Abdul Somad – yang selalu tidak
setuju Ahmadi berpolitik. Jadi PQ , katanya, sering kalau ketemu Somad di
Masjid selalu menegur setengah menyindir: “ Gimana? Jadi Ahmadi tetap tidak
boleh berpolitik -ya?”, ujar PQ sambil tersenyum.
PQ menceritakan beberapa orang Pimpinan
JAI ada yang tidak menyukai Aadp, Tata, nks, Daus, karena gerakannya di sekitar
tokoh Politik Nasional.
Jangan Musuhi, Dekati Para Tokoh
PQ menggambarkan bagaimana Gusdur
adalah orang / Presiden yang tidak konsisten. PQ mengaku orang diluar tim resmi
Kabinet yang pertama kali diajak Gusdur ,sebagai Presiden, melawat ke Luar
Negeri. GD menjanjikan, dalam suatu pertemuan ke PQ, bahwa PQ akan memegang
seluruh BUMN dalam masa Pemerintahan Gusdur. Tapi dalam waktu singkat akhirnya
PQ Cuma diberi jabatan Dirut PGN. Masih banyak janji-2 lain yang diingkari
Gusdur.
PQ berdasarkan asumsinya dengan
Gusdur, menganggap GM juga sama saja dengan Gusdur, beda-beda tipis. Tapi
prinsipnya kalau ada tokoh yang hanya memanfaatkan JAI, atau pribadi Ahmadi ,
jangan di musuhi- karena kita akan repot kalau
menghadapi musuh semacam itu, apalagi kalau banyak. Kita harus tetap
kontak dan mendekati-siapapun yang pernah membela Jemaat. Satu ketika pasti ada
gunanya.
Contohnya , kata PQ, dulu walau
PQ sudah setor ke Gusdur, toh masih diingkari janji. Tapi saat sekarang ini,
nyatanya Gusdur , walaupun hanya dengan cuap- cuap, tetap membela Ahmadiyah.
Jadi mungkin setoran duit yang dulu itu baru berbuah sekarang, ujar PQ dgn
senyum .
PQ mengemukakan niatnya untuk
hadir di Pengajian GM, tapi, katanya, beberapa Pimpinan JAI melarang, dengan pemahaman
agar PQ tidak terkena dampak negatip GM.
Karena ingin menjaga sikon
internal JAI, PQ tidak memaksakan hadir di Pengajian GM. Prinsipnya, kerjakan
dengan niat baik, apa yang bisa kita lakukan, demi Jemaat dan Bangsa.
Biarkanlah mereka yang belum bisa memahami dan menangkap fenomena zaman. Satu
ketika kita akan ketemu pada kesamaan potensi positip yang dimiliki oleh
berbagai pribadi dalam Jemaat.
Warnai Dengan Ahlak Positip
Tapi PQ setuju dengan tim Apace,
bahwa kita harus berteman dengan siapapun. Karena PQ telah mendapat penjelasan
bahwa tim Apace tetap komitmen, dalam
berteman dengan tokoh yang manapun, termasuk dgn GM. Yang penting , seperti
yang dinasehatkan Hazrat Masih Mau’ud as., bahwa kita jangan terbawa pada
pengaruh Negatip teman-2 kita. Tapi sedapat mungkin kitalah yang mewarnai dengan ahlak positip terhadap semua tokoh yang jadi teman-2 kita.
Apace menjawab dengan memberi
contoh, bahwa dalam tulisan di naskah Pengajian GM yang semula terlalu banyak menyitir Jalalain melulu,
setelah TTS sering menyodorkan tafsir Qur’an versi JAI, naskah Pengajian GM
yang di uplode ke website pun banyak perbaikan.
Contoh lain, karena GM sering
berkomunikasi dgn sms, para Ahmadi selalu membalas dengan menyertakan doa-doa.
Hasilnya, meskipun sebelumnya GM terlalu vulgar sering mempergunakan kata-kata
slengekan, bahkan didepan forum resmi sekalipun, kini mulai ada perbaikan.
Yang tidak kalah penting, Apace juga mengemukakan bukti bahwa GM selama
ini lebih banyak membela Ahmadiyah di forum-2 resmi, dan juga di Pengajian TWU
–PH AA-3 – dihadapan tokoh-2 yang semula anti dan menyerang Ahmadiyah, atas
debatan GM- akhirnya mereka bisa akrab dgn para Ahmadi, atau sekurangnya tidak
lagi menyerang JAI.
PQ setuju dengan langkah yang
dikemukakan Apace, dengan analogi PQ atas kasus Ali Butho dan Zia Ul Haq. Awalnya para pemimpin Pakistan itu kan
bersikap baik pada Ahmadiyah sebelum mereka berkuasa. Tapi setelah berkuasa
mengkhianati Ahmadiyah.
Toh- Huzur tetap mendukung dan
bersahabat dengan mereka ketika sikapnya baik. Karena yang dipegang adalah
kata-katanya. Orang kan tidak berhak menghakimi hatinya. Kalau toh nanti mereka
berbuat buruk pada Jemaat, mereka akan berhadapan langsung dengan Allah swt.
Sang Pemilik Jemaat Ilahi. Itu pendapat PQ jika diringkaskan susunan katanya.
PQ Nabi dan Rasul
PQ bercerita tentang pengalamannya
dalam forum pengajian dikalangan elite , yang mempersoalkan tentang Nabi dan
Rasul. Ketika PQ hadir di pengajian itu, diminta untuk menjelaskan menjawab
pertanyaan-2 seputar itu.
Baiklah, ujar PQ kepada para
hadirin. Siapa Ulama Indonesia yang paling
anda anggap hebat dan ahli menafsirkan istilah-2 dalam Quran? Konon,
menurut PQ, hadirin kebanyakan menyebut nama Alwi Shihab atau Quraisy Syihab.
Maka PQ pun mengutip pernyataan Qurays
Syihab, begini; Ulama besar itu mengartikan Rasul Adalah Orang yang menerima
Wahyu- lalu menyampaikan atau mengajarkan kepada Umat. Sementara Nabi, menurut Ulama itu, katanya orang yang
menerima Wahyu- tapi tidak menyampaikan kepada Umat.
Jadi, kata PQ, kalau Rasul jelas
juga sebagai Nabi- menurut Ulama besar itu. Tapi Kalau Nabi belum tentu Rasul-
karena tidak menyampaikan kepada Umat.
Nah, lanjut PQ, kalau ada seorang Nabi ditanya oleh orang lain dengan ungkapan seperti ini; “ Anda benar seorang
Nabi? , Jawab si Nabi tentu- Ya saya Nabi!” Sambil tersenyum PQ melanjutkan; “
Kalau anda Nabi tentu terima Wahyu, bagaimana isi Wahyu itu?” Maka , masih kata
PQ, si Nabi akan menjawab; “ Oh jangan, tidak boleh tahu, ini wahyu hanya untuk
saya , tidak boleh disampaikan”! Lha, apa begitu tafsir Nabi dan Rasul menurut Ulama Besar itu? Tanya
PQ sambil tertawa. Dan akhirnya, kata PQ, hadirin tidak ada lagi yang bisa
menjawab.
Cerita Tanah Ciseeng
PQ juga cerita, bagaimana setelah
loby dgn Huzur ke 4 ,sejak dari German ke UK, diputuskan membeli tanah Ciseeng
yang sekitar 50 hektar.PQ bilang, jika Jemaat membeli 50 hektar, sesuai
keinginan Huzur, maka PQ akan nambahi 50 hektar, jadi seratus hektar. Harga
tanah Ciseeng waktu itu sekitar 10 ribu rp per meter, kata PQ- saat ini harganya
mendekati 30ribu rp per meter.
Prediksi PQ, kelak daerah itu,
harga tanah akan ratusan ribu rp per meter. Jadi, kata PQ, kalau mau gampang,
sekarang tanah yang saya beli itu saya jual, sekarang saya sudah milyarder,
ujarnya tetap sambil senyum.
Walaupun setelah itu, PQ mengaku,
merasakan didalam JAI banyak tentangan terhadap PQ soal tanah Ciseeng. Yang
paling repot PQ harus bertentangan dengan Pak Syarif Lubis, bekas atasannya di LeMigas-
yang juga manta Amir JAI. Ketika mau menindak lanjuti pengelolaan Ciseeng pun,
PQ harus berhadapan dengan adiknya- Ir Kafi- Jaidad? Yang beda pendapat dengan
PQ. Dasar gebleg, ujar PQ sambil tersenyum.
PQ punya obsesi, di tanah Ciseeng
itu, kita kelak ingin memiliki Universitas, Rumahsakit, Berbagai Badan
Usaha, Sekolah-2 untuk umum dll. Karena,
menurut PQ, saat ini kita -JAI kalau ditanya pengkhidmatan kepada Rakyat dan
Bangsa Indonesia -hampir belum ada.
Karena kita memang punya sekolah, seperti Al Wahid di Wanasigra dll, tapi itu
kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh Jemaat
sendiri.
Tidak Cukup Satu PQ
PQ juga cerita hubungannya dengan Hatta Rajasa(HR)
yang bekas anak buah PQ di Pertamina. Via HR –PQ minta agar disampaikan
Presiden SBY untuk membantu Ahmadiyah yang teraniaya. Menurut PQ, berkat kontak
dgn HR itulah maka DEPAG mau memanggil JAI untuk dialog. Menurut PQ pula , loby
via HR yang menyebabkan POLRI mau memanggil JAI.
Pertanyaannya kemudian, Dialog
JAI dgn DEPAG berlangsung sejak September 2007, ketika anarki terhadap JAI
sedang mereda. Undangan Mabes Polri November 2007- jika itu hasil loby PQ via
HR- kenapa mesti ditolak oleh PB JAI?
Faktanya, ketika dialog JAI
–DEPAG dalam Stagnasi menunggu poin Kenabian dari petunjuk London (dari 12
poin hasil dialog 4 kali JAI DEPAG) ,
dan JAI juga menolak Undangan Mabes
Polri , terjadilah tragedi Manislor Selasa 11 Des 2007. Juga ancaman asegaf cs
ke Masjid Hidayat Jakpus, Masjid JAI Bogor dll.
Itu artinya , ada kekuatan anti
Ahmadiyah yang tidak cukup hanya dengan diantisipasi seorang PQ sendirian.
Kebetulan PQ pernah menjadi Pejabat tinggi Negara, punya uang banyak, luas loby
dan kenalanya. Tapi PQ saat ini sudah berusia 70 tahun. Pertanyaan Apace,
bagaimana menyebarkan pemahaman seperti PQ dalam menyikapi exsternal diluar
JAI- kepada komponen JAI yang belum sependapat
dgn cara PQ? Juga penjelasan kepada Generasi muda JAI? PQ setuju, mengadakan
seminar-2 menyangkut kaderisasi hal- hal
semacam itu.
Bahkan ketika akhirnya JAI
bersedia hadir di Mabes Polri dgn tim lima orang: Amir+ PQ+ Ir.Anis+ DR Soma+
drh Anwar Saleh, pada 19 des 2007, yang diliput kukuh lengkap- dengan rekaman
audio visual, masih ada penyerangan
terhadap JAI di Sadasari dua hari sesudah Iedhul Adha. Walaupun benar,
kata Irjen Saleh Saaf, bahwa pertemuan
di Mabes Polri itu, disamping tidak untuk menghakimi JAI, tapi terutama untuk
mencegah agar Iedhul Adha 2007 tidak jadi medan Jihad Fi Sabilillah bagi orang-
orang/ kelompok yang anti Ahmadiyah. Karena, kata Saleh Saaf, ancaman yang juga
sudah disiarkan berbagai media dari kelompok-2 anti Ahmadiyah jelas ada, dan sudah diketahui umum. Itu memang
solusi jangka pendek. Dan sekurang kurang nya telah berhasil mencegah anarki di
Hari Iedhul Adha 2007. Solusi menengah dan jangka panjang harus terus
diupayakan bersama berbagai komponen bangsa, ujar Saleh Saaf- Jendral
berbintang dua yang mengepalai Badan Intelejen Mabes Polri.
Apakah hal itu terjadi karena
lambatnya komunikasi POLRI ke jajarannya sampai tingkat bawah se Indonesia,
yang dijanjikan oleh Irjen Saleh Saaf? Atau juga terkait lambatnya Penyebaran
Dokumen 7 poin kesepakatan AMIR yang ditandatangani bersama Prof Atho+GM+
Kejagung+ Irjen Saleh Saaf, yang hari itu(19/12) disanggupi Amir bisa di
distribusikan ke Cabang-2 JAI se Indonesia? Atau karena terbatasnya
pemberitaannya Media untuk mensosialisasikan Dokumen 7 poin Amir JAI di Mabes
itu? – karena memang hanya SCTV yang menyiarkan, dan itupun tidak lengkap hanya
sepotong, digabung dgn berita-2 lain?.
Harapan Amir di Mabes, yang
meminta agar wartawan SCTV menyiarkan lengkap Dokumen tsb tidak terjadi.
Sementara Penyebaran Dokumen 7 poin Amir +Polri
juga tidak dilakukan segera oleh PB JAI. Padahal kesepakatan yang
diminta Irjen Saleh Saaf hari itu (19/12) ,Mabes Polri akan instruksi
pengamanan dari Polri sampai ketingkat bawah se Ind. Amir JAI mensosialisasikan
ke Cabang-2 JAI se Ind. Media
memberitakan segera ke seluruh Indonesia. Nampaknya hal itu belum terlaksana dengan baik.
Qoyum dan Loby-2
Sabtu 28 Desember 2007, tiga hari
setelah pertemuan Apace dengan PQ, TTS mengaku
ke nks bahwa ditelepon PQ. Menurut TTs, PQ entah bagaimana ceritanya,
setelah ada jawaban Huzur5 soal 12 poin hasil Dialog DEPAG –JAI, yang intinya
Huzur tidak keberatan dengan poin yang tidak menyebut Nabi kepada Hz. Mirza
Ghulam Ahmad, mengharapkan agar orang-2 Ahmadi yang dekat dengan GM
mengkoordinasikan hal tersebut untuk mengetahui sikap GM, atau bahkan minta
tolong GM.
Nks. Jawab ke TTS, bahwa loby
semacam itu sudah, dan sering dilakukan oleh nks cs. Tetapi, jika yang
diharapkan PQ adalah bantuan GM untuk memberikan desakan pemahaman kepada DEPAG
atau MUI, soal Imam Mahdi atau Al Masih yang masih dipertahankan - menurut
petunjuk Huzur5, maka hal itu tentu harus dilakukan oleh Pejabat JAI yang punya
kapasitas untuk itu.
Nks siap memfasilitasi pertemuan
PQ dgn GM secara pribadi, atau PQ+ Anis dgn GM, terserah dimana saja tempatnya.
Bagaimanapun, JAI perlu membangun silaturahmi sebanyak- banyaknya dengan
berbagai tokoh dan kalangan.
Jika belum mungkin secara
institusi atau birokrasi JAI, maka bisa pribadi-2 seperti PQ atau Anis, yang
sudah agak nyambung komunikasinya dengan tokoh-2 semacam GM- Ulama NU mantan
Ketua KPU 1999, Irjen.Saleh Saaf-Kaba Intelkan Mabes Polri, Prof Atho- Ka
Litbang DEPAG RI dll.
Bukankah dalam pertemuan PQ
dengan Apace 25/12 , PQ juga menyatakan keinginannya bertemu dengan Yapto -
Ketua PP Pusat? Atau sebelumnya PQ juga bercerita , pernah meloby (maksutnya
loby dgn sering memberi upeti- kata PQ) Mustafa Bisri, Hatta Rajasa, Gus Dur ,
Ulil AA dll.
Dalam situasi apapun, JAI harus terus- menerus membangun
loby secara Vertikal dan Horisontal.
Horisontal, kepada sesama kelompok organisasi dan komponen masyarakat.
Vertikal , kepada Tokoh
masyarakat, Pejabat-2 Pemerintah, Pimpinan Lembaga semacam MUI dll diberbagai
tingkatan, mulai dari Pusat sampai daerah.
Candah Apace
Hal yang agak menggelitik
dikemukakan TTS yang mengaku atas info PQ , beberapa pejabat JAI meragukan
keAhmadiyahan TTS, dan kalau perlu
diperiksa candahnya.
Jika hal semacam itu dikemukakan
, maksutnya keraguan atas Kejemaatan seseorang- berdasarkan asumsi pembayaran
Candah, oleh Pimpinan JAI, maka sebaiknya kita menyimak kembali Petunjuk Huzur
ke IV- Hz Mirza Taher Ahmad ra tahun 1988-1989.
Petunjuk pendiri MTA International itu kepada JAI direkam kedalam pita
kaset audio khusus, di studio profesional, disuarakan oleh Mlv. Muhyidin Syah
Shd. Belakangan, tahun 2006- 2007, setelah hampir 20 tahun berlalu, barulah
Jemaat Cabang Tangerang mengungkapkan dalam Bulletin Lokal mereka, setiap Jumat secara bersambung.
Kita bisa memahami, banyak Pimpinan
JAI yang belum mengetahui petunjuk Huzur IV ra itu, karena waktu itu, sifatnya
agak rahasia. Mengingat , didalam petunjuk Huzur IV ra itu banyak disinggung
tentang keterlibatan sejumlah Perwira Tinggi TNI dalam berkonspirasi untuk “menghantam” Ahmadiyah.
Tahun-2 itu adalah jaman
jaya-2nya kekuasaan Presiden Soeharto yang terkenal represip. Penembakan
Misterius (Petrus) atas sejumlah orang
yang dianggap musuh Negara – merupakan kenyataan yang tidak boleh diberitakan
pers.
Sikon itu, mungkin, menyebabkan
Pimpinan JAI, dibawah Pimpinan Amir Mln. HMA Cheema HA Sy, mengambil kebijakan
untuk tidak menyebar luaskan petunjuk Huzur IV tersebut.
Salah satu poin yang layak
dicatat dan dipahami oleh Jemaat, bahwa Huzur IV ra bahkan menjadikan orang
Ahmadi- yang seolah olah sudah murtad- dan masuk Agama Kristen dibawah sekte
kelompoknya Mantan Presiden AS Ronald Reagan, sebagai sumber informasi penting
bagi Ahmadiyah International.
Murtadin, sebut saja begitu nama
informan Huzur IV ra itu, tidak tercatat lagi sebagai anggota Ahmadiyah manapun
diseluruh dunia. Jadi, logikanya, Murtadin itu juga tidak akan ditemukan
daftar pembayaran Candahnya di Jemaat Cabang
manapun.
Tapi benarkah Murtadin itu tidak
pernah membayar ”Candah” sama sekali dalam bentuk apapun? Bukankan kita
mendengar Huzur sering menerima bingkisan, atau sumbangan uang langsung
, yang tidak ditulis dengan kwitansi Candah, dari orang-2 Ahmadi yang tidak mau
disebut namanya?
Mahmud Hall disebelah Masjid Fadl
London, tidak diketahui siapa donatur yang
menyumbangkan uangnya untuk membangun
Gedung yang kemudian juga menjadi Pusat Kegiatan Jemaat UK itu. Sampai saat Sir
Zafrullah Khan wafat, barulah diketahui, bahwa mantan Menlu Pakistan itulah
donatur terbesar pembangunan Gedung di
Jantung kota Inggeris itu.
Di Indonesia, kita juga sering
menemukan fakta Pembangunan Masjid
maupun Rumah Misi, dan fasilitas kegiatan Jemaat, mendapat sumbangan besar dari
sejumlah Ahmadi yang tidak mau disebut namanya.
Dalam bentuk yang berbeda, ada
sejumlah keluarga Ahmadi yang tinggal di komplek pemukiman penduduk , sendirian
saja, tidak ada anggota Jemaat lainnya. Masjid JAI pun jauh. Karena tetangga
sekitarnya telah tahu bahwa mereka adalah orang-2 Ahmadiyah, maka aktivitasnya
dalam kegiatan sosial menjadi sorotan masyarakat. Untuk membangun citra,dan bertabligh dengan
ahlak terhadap masyarakat disekitarnya,
yang rata-2 golongan ekonomi lemah, keluarga Ahmadi ini sering menyalurkan
pengorbanannya untuk membantu lingkungannya.
Ahmadi semacam itu, mungkin
Catatan Candahnya tidak dawam. Kehadirannya ke Masjid JAI pun tidak routin-
mungkin uang transport untuk ojek maupun angkot tidak selalu punya. Karena
penghasilannya tidak tetap. Namun Ahmadi semacam itu sering dikenal sebagai
tokoh masyarakat dilingkungan yang kebanyakan bukan Ahmadi.
Ahmadi yang tidak kaya secara
ekonomi semacam itu, sering menjadi Ketua RT/RW, atau Ketua Organisasi
masyarakat yang dihormati, tanpa menyembunyikan Ke Ahmadiyahannya. Mereka
melakukan pengorbanan kepada masyarakat lingkungannya, yang jika diuangkan
-bisa jauh lebih besar dari pembayaran candah Jutawan Ahmadi sekalipun.
Secara administratip, beberapa Ahmadi mungkin
sulit dilacak pembayaran Candahnya di Jemaat Cabang manapun. Tapi dengan
caranya sendiri, Ahmadi semacam itu melakukan banyak pengorbanan yang belum
tentu bisa dilakukan para Pengurus JAI
sekalipun. Jika pengorbanan semacam itu
juga diniatkan atas kecintaanya terhadap Jemaat Masih Mau’ud as.,berhak-kah?
dan layakkah? seorang Pimpinan JAI meragukan keAhmadiyahannya? Hanya Allah yang
Maha Tahu!
Temu PQ GM
30 Desember 2007 –Minggu sore,
GM mengirimkan sms singkat ke nks,
isinya bahwa PQ sudah kontak GM. Nks. merespon dengan menjelaskan loby-2 yang
dibangun Apace ke PQ. Awalnya GM tidak begitu antusias atas kontak PQ. Namun
setelah melalui dialog panjang dengan nks. yang menjelaskan bagaimana dan siapa
Qoyum dimata Jemaat maupun perannya sebagai anak Bangsa, barulah GM mulai
tertarik.
Semula GM menganggap biasa-biasa
saja terhadap PQ, dengan mengatakan bahwa GM hanya sekedar ingin mendapatkan
lawan tanding yang cerdas dan realistis, terutama dalam mencari solusi JAI.
Kesan GM yang menganggap PQ
biasa-2 saja , itu juga tercermin dari cara GM menuliskan nama PQ di sms dengan
hanya menyebut “Qoyum”, tanpa embel-2
apapun. Ketika secara bertahap nks. menjelaskan pentingnya peran PQ, tidak saja
untuk urusan JAI, tapi juga bagi persoalan Bangsa dan Negara, barulah GM
merubah irama dialog memperbincangakan peran PQ dengan nks.
Ketika dialog GM dengan nks
berlangsung, tak lupa tim Apace dan Ahmadi diseputar pergerakan “Keprihatinan menuju Perbaikan” , dikirimi
sms yang menginformasikan bahwa sudah terjadi kontak langsung PQ dengan GM
dalam nuansa yang indah! Harapannya, tentu agar semua ikut berdo’a.
Koordinasi Kultural Khas Ahmady
SMS yang dikirim nks ke tim Apace
dan Ahmadi di lintas Pergerakan sejak
jam:21.09- Minggu 30 Desember 2007 itu bunyinya sebagai berikut: Sudah
terjadi kontak indah antara Qoyum dan GM – dilanjutkan dengan dialog adu
strategi antara kukuh dengan GM- yang endingnya- InsyaAllah- indah- mohon doa.
Yang paling cepat merespon dengan
mengirim sms do’a kembali ke nks, adalah
TTS dari pos Apace, Parja dari Trah Neman, serta A.Burhan-dari Bali.
TTS merespon dengan sms ke nks
begini: InsyaAllah Pak, semoga Allah taala selalu membimbing kita semua.amin.
Pejabat Permata Bank berdarah China itu, meluncurkan sms do’anya Minggu 30
Desember jam: 21.18, atau hanya berjarak sembilan menit sejak nks mengirim sms
berita kontak indahnya PQ dengan GM.
Parja Trah Neman membalas
sms dari nks, dengan istilah kata yang
agak vulgar namun segar, bunyinya begini: Mubarak untuk semua kreativitasnya dalam
mewujutkan karya yang gila, sekali lagi Mubarak untuk kegilaanya, sukses dan maju
terus! Balasan sms dari PTN itu diterima nks Minggu 30 Desember 2007
jam: 21.21- atau dua belas menit setelah terima
sms dari nks.
Sementara A.Burhan dari Bali
mengirim balasan sms ke nks tepat jam:21.53 masih dihari Minggu 30 Desember
2007, bunyinya begini : Amin. Doa kami menyertai perjuangan Bapak
selalu. Amien.
Doa-doa dari tim Ahmadi di lintas Pergerakan yang
belum bersedia disebut namanya , terus mengalir – dari bibir dan lubuk hati yang
paling dalam. Dengan harapan, semoga Allah swt meridhoi usaha para hamba yang
lemah itu.Amien.
Malam terus merangkak, seiring
dinginnya cuaca Jabotabek yang tak henti diguyur hujan akhir tahun 2007. Dari
Padepokan sederhana, tak jauh dari Pusdik Mubarak Parung, nks terus mencatatkan
semua proses loby dan dialog dengan
berbagai fihak, guna menyiasati sikon
JAI dan kebuntuan langkah ditengah problema krisis Bangsa dan Negara.
Dinginnya malam yang nyaris
membekukan hati, karena lama dan bertubi-tubi dihantam fitnah dari internal
maupun exsternal, tiba-tiba mulai terhangatkan dengan munculnya sms GM ke nks
yang mengabarkan bahwa, PQ bersepakat untuk mengadakan pertemuan dengan GM Rabu
2 Desember 2007 di Belezza PH Jakarta selatan jam 12.30 siang. Sms GM itu
bunyinya begini: Saya akan ketemu Pak Qoyum tanggal 2 Januari 2008, harap diatur dengan
Tata, tempatnya di Beleza jam 12.30 siang. Syukron.
Nks. segera menjawab begini: InsyaAllah
saya atur dengan Tata- temuan GM dan Mas Qoyum Rabu 2 Januari 2008 jam 12.30 di
Beleza, apa nama Restorannya siapa yang milih dan siapa yang traktir?
Nks.mulai merubah penyebutan PQ
dengan Mas Qoyum, untuk mengimbangi “bahasa budaya GM” yang mulai menuliskan
panggilan Pak Qoyum di sms-nya ke nks. Karena sebelumnya, setiap menulis nama
PQ, GM hanya menyebut “Qoyum” saja. Coba
kita simak salah satu sms GM yang masih agak bernada pesimis sampai Hari Minggu
30 Desember jam:19.48, yang bunyinya
begini: Qoyum sudah tua, sy hanya ingin dia jadi partner ship untuk selamatkan
Ahmady saja, kalau tidak bisa ya tidak apa-2, saya tidak rugi apa2 -Ahmady yang
rugi sendiri.Syukron.
Atau juga lihat contoh bahasa sms
GM ke nks yang masih bernada”Konformitas dogmatis” ini: Gm.30 des 2007 jam.17. 39: Saya
tidak dalam posisi merebut hati Qoyum segala, yang benar terbalik, yang
terancam Ahmady bukan saya, saya hanya mau lawan tanding yang cerdas dan
realistis.
Dinamika dialog sms GM dengan nks
dan berbagai nuansa sikonnya, insyaAllah sebagian besar terekam lengkap dengan
tanggal,bulan, tahun, jam dan menitnya.
Hikmah
Qoyum Sakit
1 Januari 2008, entah apa
sebabnya, PQ harus masuk Rumah Sakit MMC
Kuningan – Jakarta. Belakangan, baru diketahui, ada gangguan pencernaan di
perut beliau. Akibatnya, pertemuan PQ- GM
harus tertunda. Yang juga menarik dicermati, dari sumber terdekat kalangan JAI, sebelumnya PQ sempat menasehati J.Lamardy SH(JL).
Menurut sumber JAI, JL- yang
mulai aktip di Jemaat sejak usia Anshar, dan langsung menyodok lengket di
lingkar terdekat Amir JAI- diakhir Kepemimpinan
Kol.M.Lius Maala menjelang tahun
2000an-itu, merupakan orang yang banyak mempengaruhi kebijakan AB- Amir JAI 2007.
Masih menurut sumber dikalangan
JAI, PQ marah cukup keras saat menasehati JL. Intinya PQ menyalahkan JL yang
membawa situasi kepemimpinan JAI kurang
bisa berkoordinasi dengan berbagai kalangan komponen Bangsa, baik yang Pro maupun yang
kontra terhadap JAI.
Faktanya, entah dengan teori dan cara apa, situasi JAI yang sedang menghadapi tekanan exsternal, bisa melahirkan
seorang JL- yang bukan Sekretaris PB-
nempel ketat di tim inti Amir saat dialog di DEPAG RI- seri ke 4 dan ke 5, sambil tidak
mengikutkan Dr.Ir. Soekmana Soma(SS)- yang resmi terpilih di Majlis Syuro
Nasional JAI 2007- sebagai Sekr Kharijiah PB, dan sudah direstui Huzur ke V
aba.
Entah siapa unsur JAI yang telah
melanggar Nizam. SS tidak dipecat Amir,
juga tidak dilengserkan Huzur, tapi fungsi tugas Kharijiyah nyaris tidak melibatkan seorang SS, justru disaat
situasi JAI menghadapi banyak ancaman.
Bahwa sebagai Sekr Kharijiah SS
punya kekurangan, itu sangat manusiawi. Karena SS belum pernah aktip di PPMKAI,
PPMA- bahkan juga di JAI Cabang asalnya. Kedudukannya sebagai Ketua ICMA
(Ikatan Cendekiawan Muslim Ahmadiyah) tak serta merta memberi SS pengalaman
berharga dalam memimpin komunitas internal JAI.
Kurangnya modal pengalaman
organisasi di internal JAI, bukanlah sebuah alasan yang boleh untuk tidak
mengundang SS dalam setiap rapat
pimpinan JAI membahas sikon JAI yang
berhubungan dengan fihak luar. Karena , “itu
jelas bidang tugas Kharijiah”!, ujar Kol Shahbudin Burhan- mantan Sekr
Kharijiah PB- pereode tahun 2000an-
dalam sms nya kepada redaksi (
sms.Kol
Shahbudin B. Srby 16.des 2007-jam 12.33: Skr Umur kharijiyah Dr. Sukmana Soma
punya posisi = Skr PB lainnya, sm2 dipilih
oleh sidang paripurna MSN. Tdk ada yg 1 lbh tinggi dr lain atau yg 1 lbh
menekan yg lain. Sikon internal yg dihadapi JAI
sepenuhnya peran UMUR KHARIJIYAH).
Secara khusus, konon PQ
menasehatkan kepada JL, agar bisa
membawa kesejukan dilingkungan kepemimpinan JAI, supaya tidak lagi ada “nuansa permusuhan terhadap Tokoh-2
masyarakat” baik yang membela maupun
yang memusuhi JAI.
Karena, faktanya,diakhir tahun
2007, entah dari siapa sumbernya awalnya, telah beredar berita dikalangan JAI
sekitar Jabodetabek.Yang jelas beberapa orang menyatakan menerima perintah agar
menjauhi tokoh tertentu, yang selama ini justru dikenal dekat dengan banyak Ahmadi, mulai dari tingkat anggota
biasa, anggota PB maupun Mubaligh.
Redaksi sendiri memiliki banyak
bukti, terkait dengan sikon-2 psikologis
dikalangan JAI yang tidak kondusip itu. Banyak bukti dalam bentuk sms, catatan
negatip tertulis, tuduhan tanpa bukti
yang terekam secara audio maupun visual.
Jika oknum JAI yang merasa pernah
melemparkan sikap permusuhan, tuduhan negatip tanpa bukti, dan fitnah
terhadap Tokoh-2 Masyarakat yang pernah
membela Ahmadiyah, tidak segera kembali ke Prinsip Dasar Nasehat Huzur ke:III
ra- Love For All Hatred For None, maka oknum-2 semacam itu layak menerima
“Hukuman Sangsi Berat dari Jemaat.
Jika Jemaat tidak memberi sangsi
keras terhadap oknum-2 “pemfitnah” semacam itu, maka secara sengaja- sadar ataupun
tidak, mereka telah menjerumuskan JAI kedalam konflik internal maupun exsternal
yang sangat berbahaya. Tragedi Manislor akhir tahun 2007, dan berbagai ancaman
terhadap JAI diberbagai daerah, adalah bukti riil buah sikap yang kurang
bijaksana- dan kurang kooperatip- dari segelintir orang yang mampu mempengaruhi
kebijakan Pimpinan JAI.
Qoyum &
Managemen Positip
Dalam temu Apace dengan PQ
25/12/07, di Kuningan Jakarta, PQ menekankan pentingnya menyatukan segala
potensi positip, yang ada dalam JAI maupun diluar JAI. Didalam Jemaat sendiri,
demikian ujar PQ , isinya kan macam-2, tidak ada yang sempurna.
Artinya, tiap orang pasti punya
unsur Positip dan Negatip. Jika kita ingin
JAI terus berkembang makin baik dan maju, layaknya sebuah Perusahaan,
maka kita harus lebih banyak memadukan segala potensi positip, sambil
menyingkirkan , atau sekurangnya melupakan dulu potensi negatip seseorang.
Kalaupun oknum-2 yang merasa sok
suci, dan sok hebat, belum bisa bersahabat dengan tokoh-2 Masyarakat yang
dianggap punya banyak potensi Negatip,
sebaiknya janganlah memusuhi, atau menyebarkan permusuhan , secara lisan, sikap
maupun tulisan. Sebab, kata PQ lagi, kita akan repot menghadapi musuh-2 yang
punya pengaruh kuat diberbagai komponen Bangsa.
Disaat PQ masih dirawat di RS MMC
Kuningan Jakarta (2/1/2007), reporter lapangan melaporkan kepada Redaksi ,
bahwa sejumlah tokoh JAI melangsungkan pertemuan di GMHK dengan ABN- pengacara
kondang, yang sering disebut-sebut sebagai pembela JAI.
Semula , konon, JL tidak akan
diikutkan dalam pertemuan itu, namun
setelah tawar menawar yang agak alot,
akhirnya JL dibolehkan bergabung.
Intinya, pertemuan itu, JAI tidak ingin menuntut RISatu, dalam kasus
penganiaayaan yang menimpa JAI. Juga
dibahas kaitanya dengan rencana dialog lanjutan
bersama DEPAG, Kejagung, Mabes Polri dll.
Qoyum & GM di Patra Kuningan
Entah karena terlanjur rindu
ingin bertemu, atau karena hal lain, Kamis 3 Januari 2008 jam;07.22 GM sms ke nks untuk memastikan kondisi kesehatan PQ.
Bunyinya begini : Cek, apa Qoyum sudah sehat? Tiga menit kemudian nks telah
menjawab dengan singkat sms ke GM begini : Masih di RS- mohon doa.
Yang anehnya, sementara GM
terkesan ngebet pengin cepet ketemuan PQ padahal kondisi nya lagi sakit, dari
arah Kubu Apace, TTS, HW dan BR menginformasikan ide untuk merancang agar GM bisa menengok PQ di RS.
Nks. Tak buru-buru merespon
niatan itu. Karena menyadari sikon
Pimpinan JAI yang merasa dekat dengan PQ, kurang suka atas kontak pribadi GM dgn PQ, maka nks minta dikonfirmasi ke BR,
agar bisa memastikan bahwa sikon di sekitar RS tempat PQ dirawat cukup kondusip
untuk menerima kunjungan GM.
Entah bagaimana jalan ceritanya, setelah TTS mengabarkan jaminan BR
bahwa sudah beres soal sikon sekitar PQ,
tiba-2 WSJ telah memastikan adanya kendaraan yang siap menjemput GM bersama
Apace.
Kepastian tersedianya kendaraan
yang siap jemput GM dan tim Apace, tak serta merta membuat nks brani memastikan kontak ke
GM. Baru setelah ada kepastian jam 15.00
untuk jemput GM, nks mulai loby GM.
Kamis 3 Januari 2008 jam: 10.30
nks segera kirim sms ke GM dengan bahasa budaya khas gabungan Jawa dan Jemaat
bunyinya begini: Mohon GM berkenan menjenguk Qoyum dengan do’a dan cinta, jika
berkenan- insyaAllah kami akan atur jemput GM, mohon konfirmasi dan mohon do’a.
Selang dua menit kemudian, GM
telah menjawab dengan sms singkat: “Setuju”!
Nks setelah koordinasi dengan tim Apace melanjutkan informasi ke GM
tentang jam kunjungan ke RS tempat PQ di rawat, sekaligus info agar siap pada jam tersebut. Kurang dari
lima menit, GM telah menjawab singkat lagi dengan sms :”InsyaAllah”!
Penyakit BR
Waktu terus bergulir. Persiapan
masing-2 tim Apace dengan tugas masing-2
pun makin mengkristal. Tiba-2 menjelang jam 15.00 BR kontak ke nks, mengatakan
bahwa PQ telah pulang dari RS MMC Kuningan, dan kembali kerumah. Tentu saja nks
terkejut. Karena ide awal GM kunjungan ke RS tempat PQ dirawat itu justru
rancangan BR yang dikomunikasikan ke HW dan AADP.
Setelah semua Ok- kontak ke GM
pun mulus, eh, BR sambil mengemukakan berbagai alasan berniat membatalkan temu
PQ & GM. “Kayaknya PQ keberatan menerima GM dirumah Patra Kuningan yang
masih berantakan”, ujar BR cengengesan.
Dengan menahan jengkel dihati,
nks minta agar BR dan keluarga datang langsung ker Patra Kuningan, untuk
memastikan sikon setelah PQ pulang dari RS.
Singkat cerita, walaupun masih
belum pasti betul, nks langsung meluncur ke PH-AA/3 , rumah GM, dimana AADP,TTS
dan PK telah menunggu dengan kendaraan yang telah disiapkan WSJ.
Sebelum memastikan bagaimana cara
ngomong ke GM tentang perubahan jadwal kunjungan, nks memperbincangkan agak
njlimet dengan AADP, TTS dan PK. Sementara HW juga mendapat berita dari BR yang
masih belum jelas sampai menit-menit akhir menjelang malam itu. AADP yang sudah
lebih mendongkol dengan ulah BR, yang sudah puluhan kali bikin “stori kekacauan”, kontak ke WSJ dan berbagai jurusan ikutannya sambil uring- uringan.
Nks, untuk menurunkan tensi
kejengkelan, menyikapi sikon itu sambil tertawa-tawa kecut. Persoalanya, kali
ini kita bikin janji dengan pihal luar, tokoh yang sudah berkali- kali
dikhianati janji pejabat JAI. BR yang sudah berkali-kali bikin ulah ,sebelumnya
masih termaafkan , karena belum fatal menyangkut pihak luar JAI. Tapi sekarang
ini agak serius.
Ya, karena sebagai Ahmadi kita
masih punya serep do’a, dengan sisa-2 potensi
do’a itu, akhirnya kita jalani semua sikon sambil mengalir saja.
Pertemuan PQ dengan GM akhirnya
terlaksana juga. PQ yang masih nampak lemes, menerima dengan gaya keramahan
yang maksimal untuk ukuran orang yang baru sembuh dari sakit.
Dialog PQ –GM berlangsung hangat, diselingi humor-2 segar
khas Kyai NU, yang dibawakan GM agak kelewat vulgar. Tapi nampaknya PQ bisa
menikmati candatawa dan humor GM dengan ceria pula. Berkali kali PQ tertawa
terpingkal pingkal saat GM mengungkapkan berbagai prinsip dan cerita seputar cara Manusia
seperti GusDur dalam beragama.
Menurut PQ, sepanjang
pengalamannya dekat dengan Gusdur, saat PQ berkunjung kerumah Presiden RI ke IV itu, ternyata mantan Ketua Umum
PB NU itu tak pernah sholat. Pernyataan PQ itu dibenarkan GM, karena menurut
pengalaman persahabatanya selama puluhan tahun dengan Ketua Yayasan Simon Peres
itu memang sangat liberal.
Bahkan menurut GM, Gusdur sering
menyatakan bahwa, yang penting setiap manusia percaya kepada Tuhan. Soal Tuhannya apa, jangan
dipermasalahkan. Kalau perlu Tuhannya tiyang listrik juga boleh, ujar GM- konon
menirukan Gusdur. Jadi kalau kita keluar rumah , dan didepan halaman ada tiyang
listrik, tiap saat kita memberi salam
sama Tuhan kita, ujar GM yang masih dibawakan sambil canda tawa.
Dibalik semua basa- basi berbalur
sendau gurau itu, terselip pula pesan-2 dan strategi yang ditawarkan GM, untuk
menghadapi sikon JAI yang terjebak dalam dilema pertarungan politik dari
berbagai konponen Bangsa Indonesia.
PQ nampak sependapat dan
menyetujui konsep-2 GM. Karena pada dasarnya PQ punya latar belakang pergaulan
didunia politik yang tidak jauh berbeda dengan GM. PQ juga mengungkapkan bahwa semasa masih kuliah di ITB, dengan
teman-2 pergerakan diera pemerintahan Presiden Sukarno, PQ juga pernah ditahan
3bulan. Sementara GM berulangkali mengisahkan, bahwa di era Pemerintahan Suharto,
sekurangnya juga sudah delapan kali ditangkap dan ditahan.
GM juga menyodorkan, hasil lobynya
dengan KH Ma’ruf Amin, Ketua MUI, yang menyetujui 12 butir kesepakatan JAI
dengan Pemerintah didrop satu butir,
sehinga sisa sebelas item saja. Butir yang dihapus adalah poin yang menyangkut
Kenabian Hz Mirza Ghulam Ahmad as. Karena menurut GM , MUI sudah setuju, maka
PQ berjanji untuk menyampaikan ke AB,
agar JAI juga setuju saja.
Yang kembali menggelitik angan ,
kali ini kembali PQ menanyakan tentang Candah nks, setelah sebelumnya
mempersoalkan pembayaran candah TTS. Begitu getolnya para Pimpinan JAI
menyelidiki data pribadi para aktivis Ahmadi yang bergerak dilingkar terdekat para politikus Nasional, khususnya
yang dekat dengan GM.
Pertanyaannya, kenapa dulu
sebelum ada gerakan para aktivis, tak ada yang mempersoalkan ketika nks, dalam
kurun waktu yang bersamaan , membayar Candah di beberapa Cabang pada bulan dan tahun yang tidak berbeda?
Dialog ke 7 di DEPAG
Senin,14 januari 2008 kembali
digelar dialog mencari Solusi Permasalahan Ahmadiyah di Litbang Depag RI
Komplek Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Prof Atho didampingi GM dan
IrjenPol Saleh Saaf duduk di satu deret depan. Dari JAI hadir Amir AB, Anis,AS,
PQ, AR dan BR, duduk didepan sayap kanan bersama beberapa peneliti Depag dll. Sementara beberapa
anggota PB GAI duduk di depan sayap kiri bersama para pejabat Depdagri dan Prof
Azyumardi Azra cs- yang mewakili kantor Wapres. Nks berbaur dikelompok Depdagri
, Wapres dan Mabes Polri itu.
Jam 09.00 GM , Prof Atho, nks dan
Irjen Saleh Saaf ngobrol dulu di ruang kantor
Kepala Litbang Depag.
Jam.09.43, empat orang itu
memasuki ruang rapat lantai 4, dimana semua tamu undangan telah hadir menunggu.
Rapat segera dimulai, dipimpin
langsung Prof Atho. Dialog ke 1 sd ke 5 di Depag sebelumnya biasanya berakhir
sekitar jam 12.00 atau usai shalat Dzuhur dan makan siang. Tapi pada dialog ke
7 kali ini, karena pembahasan agak alot, sampai jam 14.00 belum ada titik temu
dari semua pihak.
Rapat ditunda. Semua hadirin
dipersilahkan makan nasi kardus yang telah disiapkan di meja
masing-masing. Usai makan siang, pembahasan dilanjutkan. Poin dua dan empat yang jadi pembahasan alot
berhasil disepakati. Menjelang jam 15.35 penandatanganan kesepakatan 12 butir
dilakukan oleh 10 tokoh penting dalam Dialog ke 7 itu.
Konferensi
Pers 12 Butir
Selasa 15 Januari 2008, untuk
mensosialisasikan kesepakatan 12 butir JAI yang ditandatangani 10 tokoh itu,
digelar Konferensi Pers di Litbang Depag TMII.Lebih sepuluh wartawan Media
Elektronik dan Media Cetak hadir.
Prof Atho memberi pengantar pada
Konferensi Pers yang dimulai jam 09.lewat beberapa menit itu. Amir JAI –AB
membacakan Penjelasan PB JAI yang 12 butir itu didampingi para penandatangan
yang ikut dalam dialog sehari sebelumnya ditempat yang sama.
Usai Konferensi Pers, beberapa wartawan memburu Prof Atho dengan sejumlah
rentetan pertanyaan, namun sayang Amir
JAI- AB keburu pergi bersama Sekum AS. Kesempatan untuk memberikan penjelasan
lebih lanjut kepada Media yang datang atas Undangan Mabes Polri justru tak
dimanfaatkan oleh Pimpinan JAI, yang sebenarnya sedang perlu menjalin
komunikasi aktip dengan Media.
Kharijiah
Program
Format/ Agenda Pertemuan Dengan Dr.KH. Muhammad Al Qatat
(MAQ)PB Hisbut Tahrir Indonesia.
Prologue:
- Penjelasan
MAQ tentang HTI di PH Jkt. Jumat 31/8/07. Menurut MAQ, HTI selalu
menyampaikan program dengan damai, demo tidak bawa pentungan tapi bawa
permen. Dan sempat dinobatkan sebagai “Demo terbaik Andalan Wisata Jakarta
2002” oleh Kapolda DKI.
- Pendapat
MAQ bahwa sesungguhnya yang diperlukan Rakyat adalah hanya cukup sandang
pangan , damai dan makmur, tidak peduli siapapun dan dengan system apapun
Pemimpinnya memerintah. Mau Raja kek, Komunis kek, Demokrasi, atau apapun
yang penting kebutuhan Rakyat terpenuhi.
- MAQ
juga menyatakan bahwa selalu siap untuk berdialog untuk menemukan
kesepakatan pendapat. Ketika MUI menyindir isu kesetiaan pada NKRI- usai HTI
menyelenggarakan pertemuan Internasional di GELORA SENAYAN yang
menghadirkan hampair seratus ribu orang, MAQ langsung datang ke MUI dan
menjelaskan bahwa HTI sepenuhnya mendukung NKRI. HTI ingin tidak
sejengkalpun wilayah NKRI berkurang kalau nambah boleh. Kalau perlu kita
satukan dari MAROKO sampai MERAUKE. Ketika Timor Timur lepas dari NKRI,
HTI berujar akan merebutnya kembali walau 25 tahun yad.Keutuhan NKRI harga
mati bagi HTI.
- Berkaitan
dengan kesiapan dialog, MAQ mengaku tidak tahu kalau MUI belum ngajak
dialog JAI, tapi sudah mengeluarkan FATWA mengkafirkan dan menyatakan
sesat terhadap Ahmadiyah. Yang difahami MAQ, MUI menyerukan agar Ahmadiyah
kembali kejalan yang benar, kembali ke Islam. Tapi kalau memang Ahmadiyah
punya Hujah yang kuat dan
meyakinkan sebaiknya datangi MUI , ajak dialog. Jangan hanya ngadu ke DPR.
Karena DPR juga malah makin nggak ngerti. MAQ juga menyatakan siap
menyampaikan ke MUI agar Ahmadiyah di panggil untuk berdialog. Mungkin
saja MAQ juga belum tahu, bahwa di tahun 80 an JAI telah beberapa kali
mengajukan permohonan untuk mengadakan dialog dengan MUI , namun dijaman
HAMKA itu menolak dengan tanpa memberikan alasan yang memadai.
- Ketika
ditanya ASEP bagaimana HTI akan menyatukan umat Islam yang aneka akidah itu dalam wadah Khilafah dan
Syariah? MAQ menjelaskan , walaupun kondisi umat Islam di Indonesia masih
mayoritas Islam KTP , ide Khilafah harus mulai diwacanakan, kalau tidak ,
kapan? Karena sesungguhnya problem
kelemahan menyatukan Umat Islam hanya karena ketiadaan IMAM yang diakui
secara International. Kalau kita mau menerapkan Hukum Islam di Indonesia
saat ini jelas nggak mungkin, tapi kalau memrosesnya kearah itu mungkin.
Karena kalau tidak diproses dari sekarang, kapan?
- Pertanyaannya,
bagaimana konsep HTI untuk menghadirkan IMAM yang bisa diterima secara
International?
- Andai
konsep dan akidah kita berbeda, dan tidak bisa dipersatukan, bisakan
secara pribadi hubungan antar sesama umat Manusia, dan sesama Warga Bangsa
Indonesia kita menjalin kerjasama dalam meraih kemajuan keadilan ,
kedamaian dan kemakmuran Indonesia , bahkan juga bagi umat manusia
sedunia?
- MAQ
tertarik pada Fidel Castro Cuba yang menggratiskan Pendidikan ser Layanan
Kesehatan bagi Rakyatnya, dan dijadikan cor Obyek Wisata andalan Cuba.
- Siapa
tahu ,kata MAQ, GM diberi amanat Allah untuk memimpim Indonesia 2009.
Karena sudah biasa ngaji dengan tafsir-2 Islam tentu mudah kita menerapkan
Khilafah Syariah. Bali mungkin jika tidak perlu Merdeka, karena bisa
dirunding dengan Dr. Anak Agung.
- System
Hukum dan Konstitusi Indonesia belum final, karena sejak Merdeka sudah berganti ganti
berkali kali. Tapi belum pernah pakai sistem Islam sudah ditolak!
- MAQ
walaupun di MUI tidak seperti yang suka main sikat-sikat, namun terus
mengembangkan wacana.
- Kebutuan
Dasar Rakyat Sandang,pangan Papan. Lalu meningkat ke Pendidikan, Kesehatan
dan Keamanan.
- MAQ,
APBN Pendidikan 25T, Kesehatan 13 T, padahal ada Pos Mubazir di APBN yakni
pos Pembayaran Bunga Utang = 85 T
- MAQ:
Islam bukan buatan Qutub, Mirza maupun Muhammad. Tapi buatan Allah untuk
semua Manusia.
- Islam
jika berkuasa mlindungi penganut Agama lain. Contoh Khalifah Umar yang
menjatuhkan hukum cambuk pada anak Gubernur Mesir yg Islam, karena mendholimi anak Kristen, soal balap
unta/kuda?.
Catatan : Abu Hafaseham
Didepan Hotel Ashok Palace, New Delhi- India, Bajaj yang kami tumpangi berhenti. Dengan Bahasa Urdu- Hindi bercampur Inggeris logat India si Sopir menunjuk kearah Hotel Berbintang lima itu, meminta kami turun dan segera membayar 85 rupees. Sadar bahwa bukan Hotel itu tempat kami menginap, saya menjelaskan pada si Sopir Bajaj bahwa kami menginap di Asok Plaza, bukan di Asok Palace.
Ashok Hotel
Ashok Palace adalah Hotel Bintang Lima, tempat Pak Pipip Sumantri Cs
menginap, sementara saya dan Pak Ukun Cs menginap di Asok Plaza, yang mungkin
hanya berbintang Tiga. Begitu mendengar penjelasan saya, sambil mengamati kartu
nama Hotel yang saya sodorkan, si Sopir Bajaj minta tambahan ongkos 85 rupees
lagi. Jadi total 170 rupees, atau setara dengan 17 ribu rupiah. Bayaran Bajaj
itu lebih mahal dari beaya naik taxi, yang hanya 150 rupees,atau setara dengan
15 ribu rupiah, dengan jarak yang sama ketika kami berangkat dari Hotel Asok
Plaza menuju Masjid Ahmadi New Delhi- dekat Batra Hospital.Tipu-tipu berlagu gaya Sopir Bajaj India yang menimpa kami itu berawal dari “Jasa Baik” Tuan Shamsir Ali. Ketika saya dan Pak Musa tiba di Masjid Ahmadi New Delhi, Pak Basyith, Pak Shamsir dan beberapa orang lainnya bertanya, menginap dimana? Kesini naik apa? dan sebagainya. Saat saya jelaskan bahwa saya nginap di Asok Plaza dan naik taxi menuju Masjid ini, dengan ongkos 150 rupees, beliau-beliau berkomentar: Kemahalan! Perbandingannya, Pak Basyith yang letak Hotelnya lebih jauh hanya membayar ongkos taxi sekitar 90 rupees. Jadi, Pak Shamsir menawarkan jasa baik , “nanti kalau mau kembali ke Hotel bilang saya , biar saya yang tawarkan taxi” , janji Pak Shamsir.
Setelah seharian kami mengambil gambar dan wawancara dengan sejumlah besar anggota Delegasi dari berbagai Negara yang singgah di Masjid New Delhi, kami bergegas kembali ke Hotel. Diantar Pak Shamsir yang segera menawar Bajaj dengan Bahasa Urdu yang medhok. Maklum Pak Shamsir sudah lebiih lima tahun study di Pakistan, sehingga sopir Bajaj menyerah dengan ongkos 85 rupees dengan janji mengantar kami sampai di Hotel Asok Plaza. Dari sinilah tipu Lagu Gaya Bajaj India dimulai.
Dari depan Akademi Publisistik Indira Ghandi, tak jauh dari Mesjid Ahmadi New Delhi , saya dan Pak Musa mulai melangkah memasuki Bajaj. Supir Bajaj yang berkumis tebal itu segera menstater kendaraan roda tiganya, dan melesat kencang menyusuri jalanan Ibu Kota India. Seingat saya, tak ada kendaraan roda empat, seperti taxi dan mobil penumpang pribadi lainnya yang mampu mendahului Bajaj yang kami tumpangi.
Saya bisa memaklumi kecepatan Bajaj yang kami tumpangi, karena saya pikir, mungkin, kendaraan itu terawat dengan baik karena selalu memakai suku cadang asli buatan India. Tempat kendaraan itu “dilahirkan” dan kini beroperasi! Hanya saja , yang membuat saya mulai curiga, adalah kelakuan si Sopir Bajaj, yang sejak start dan sepanjang perjalanan terus melantunkan lagu berbahasa Hindi campur Urdu, dengan irama yang agak menghentak- hentak. Irama lagu itu seakan mengiringi goyang roda dan kemudi Bajaj yang terus meliuk-liuk menyalip bermacam kendaraan, tanpa kendaraan lain bisa menyalip Bajaj kami.
Tiba-tiba dengan memiringkan badan, si Sopir memotong arus lalulintas , dan dengan sedikit menimbulkan kejengkelan para pengemudi yang berlawanan arah, Bajaj kami merapat kearah pompa bensin.Ya, Bajaj kami menambah bahan bakar.Usai isi bensin, Bajaj kami segera tancap gas kencang-kencang lagi. Kurang dari setengah jam Bajaj kami sudah sampai didepan Hotel Asok Palace.
Didepan Hotel Bintang lima itu terjadi adegan seperti yang dituturkan diawal cerita ini. Tapi tidak cuma itu. Ketika kami belum mau membayar, dan belum juga turun dari Bajaj, sopir berkumis tebal itu dengan kasar membuka pintu Bajaj dan membentak kami agar segera turun dan membayar ongkos. Dan tangannya menadah ,dengan gaya agak mengancam!
Sebagai orang yang pernah besar dan hidup di jalanan kota Metropolitan, emosi saya mulai terpancing oleh ulah sopir India yang berangasan itu. Dalam hitungan saya, tidak terlalu sulit untuk membuat sopir pemarah itu bungkam, bahkan pingsan beberapa puluh menit , sehingga kami bisa ganti kendaraan menuju Hotel Asok Plaza tempat kami menginap.
Pak Musa yang anak tentara ternyata lebih sabar dari saya. Dengan cekatan , pemuda Jangkung yang dikemudian hari menjadi Sadr MKAI itu, segera menyatakan setuju membayar 85 rupees lagi kepada sopir Bajaj, dan perjalanan pun dilanjutkan tanpa ada keributan yang berarti. Artinya, ya tadi, kami jadi terpaksa “setengah tertipu” , membayar Bajaj lebih mahal dari naik taxi di India!
Sejak saat itu, jika saya pergi bersama rombongan yang lain, saya selalu menjadi “juru tawar” jika naik kendaraan atau membeli sesuatu barang apapun di India. Padahal Bahasa Inggeris saya patah-patah, dan sayapun tak begitu faham bahasa Hindi maupun Urdu. Caranya , saya selalu bawa kertas dan pulpen, dan menuliskan dengan huruf-2 isyarat kepada sopir atau pedagang India.
Jika saya menawar seratus rupees misalnya, maka saya tulis di kertas angka 100 dengan tanda tanya seperti ini:100? Kemudian dibawah tulisan itu saya minta sopir atau pedagang menuliskan angka harga yang disetujuinya. Jika belum cocok, kami akan bergantian menulis dikertas yang saya pegang, hingga tawar menawar itu mencapai kesepakatan. Hasilnya, sejak kasus “Bajaj Berlagu” itu, saya tak pernah lagi tertipu di India.
Konon , menurut Ir. Syarif Lubis Msc., jika belum pernah ditipu, maka kita dianggap belum sampai di India. Padahal, sesungguhnya, kenapa kami sampai bisa kena tipu-tipu Bajaj Berlagu India itu, karena kami tidak mempergunakan bahasa yang dimemengerti oleh kedua belah fihak. Yakni: antara Penumpang dan Sopir Bajaj.
Jika Ketika menawar taxi dari Ashok Plaza ke Masjid Ahmadi kami pakai bahasa Inggeris, walaupun bayar 150 rupees kami tak ada masalah. Tapi ketika menawar Bajaj, Pak Shamsir yang “membantu” kami memakai bahasa Urdu, padahal beliau tidak ikut naik Bajaj, dan kami yang jadi penumpang tak faham bahasa Urdu. Akibat komunikasi yang tidak nyambung antara penumpang dan sopir Bajaj itulah, maka tipu-tipu Bajaj Berlagu Gaya India bisa terjadi…..
Catatan Kontemplasi: Kukuh –jkt 2007
Mas Syukur adalah Pria sederhana
Pengusaha Hotel dengan ciri khas Pemandian dan Kolam Renang Air Panas terbaik
di Asia Tenggara, pinjam istilah Gus Miftach. Dari keuletannya menekuni dunia
Pariwisata, Lelaki kelahiran Garut Jawa Barat ini beberapa kali harus ketemu
beberapa Presiden RI, sejak Soeharto sampai kini, hanya untuk menerima
Penghargaan Pemerintah.
Kampung Sumber Alam -
Cipanas, Garut
Jauh sebelum Mas Syukur terjun sebagai Pengusaha dibidang Pariwisata,
pemilik suara Tenor ini memang sejak muda telah gemar melanglang buana. Dari
Bermuda sampai Negeri Sakura, mulai Singapura sampai Singaparna, bahkan mungkin
juga menyeberangi Laut Merah sampai laut Hitam, sudah dilakoninya.Kini, ketika status Pengusaha disandangnya,setiap tahun Mas Syukur punya jadwal menghadiri Konferensi Komunitas Agama Internasional di Inggeris, Jerman, Jepang, Australia, Kanada, Amerika dan sebagainya. Uniknya, walaupun disediakan Penginapan sekelas Hotel Bintang Lima diberbagai Negera itu, jika Konferensi berlangsung, Mas Syukur lebih memilih tidur menginap di Masjid atau di tenda-tenda lapangan terbuka yang juga disiapkan Panitia.
Salah satu fasilitas Panitia yang tak ditolak Mas Syukur adalah sarana transportasi Gratis untuk berkeliling dibeberapa kota besar Eropa seperti London tersebut. Yang tidak kalah menarik, sopir mobil yang mengantar Syukur juga tidak dibayar Panitia, karena para sopir itu juga berstatus Peserta Konferensi yang datang lebih duluan, dengan niat sengaja ingin jadi sukarelawan untuk mengkhidmati para tamu Masih Mau’ud as.
Sambil berkeliling kota menikmati pemandangan Eropa, Mas Syukur mulai membuka dialog dengan Sopir yang dengan takzim setia mengantar kemanapun tujuan sang Tamu. “Sudah lama tiba di London”?, tanya Mas Syukur. “Jauh Sebelum Konferensi dimulai , saya sudah datang dan langsung mendaftar ke Panitia sebagai tenaga Sukarelawan Wakaf Arzi”, jawab sang sopir.
London
Mendengar jawaban sopir, Mas Syukur berfikir, tentulah sopir
ini termasuk orang kaya. Soalnya, bagi orang Indonesia, untuk bisa datang ke
London- UK dan nginap tiga hari saja, sudah lumayan menguras kantong. Itu
karena tingginya harga kebutuhan hidup sehari-hari di London. Mulai makan,
transportasi, dan penginapan. Dan sopir ini sudah datang ke London jauh sebelum
Konferensi dimulai. Padahal Mas Syukur saja, bisa agak mengatur isi kantong
karena mendapat hak Gratis Tiga Hari Tiga malam, mulai Akomodasi, Konsumsi
maupun Transportasi, sesuai tradisi dalam Islam yang diterapkan Panitia.
Bendera negara-negara
dikibarkan dalam sebuah pertemuan agama di Inggris.
Setelah ngobrol lama barulah Mas Syukur tahu, rupanya sopir itu memang
datang dari salah satu Negara Asia Selatan yang bukan termasuk negara Kaya.
Hanya sopir muda ini berani mengadu nasib berwirausaha di London, dengan
tingkat usaha sekelas maklar kendaraan bermotor.Mas Syukur tambah ingin tahu keadaan si sopir, dengan asumsi perbandingan, jika Pengusaha Hotel seperti dirinya saja harus mengirit membelanjakan duitnya di London, kira-kira berapa penghasilan sopir yang sekelas maklar motor itu? Kembali Mas Syukur mengejar tanya : “Apakah Tuan tidak merasa cukup berat bersaing usaha dengan para wiraswastawan London yang juga datang dari berbagai belahan Dunia lainnya itu”? Dengan tenang sopir muda itu menjawab :”Semua tergantung niatnya”!
Jawaban si sopir tentu membuat Mas Syukur makin penasaran, apa hubungannya antara niat dengan persaingan usaha di kota sebesar London? “Tuan bisa menjelaskan tentang istilah tergantung niat tadi”? desak Mas Sykur lagi. “Ya, tentu saja bisa”! jawab sopir muda tadi tetap dengan mimik yang tenang, sambil melanjutkan bicara. “Ketika saya meninggalkan Negeri saya datang ke London ini untuk bekerja , niat saya agar saya tetap bisa ikut mensyiarkan Agama Allah”!
Dari kanan ke kiri KH.Agus
Miftach, R.Syukur Maskawan dan Kukuh.
Dari kanan ke kiri KH.Agus
Miftach, R.Syukur Maskawan dan Kukuh.
Wah, itu sih jawaban yang terlalu Filosofis, pikir Mas Syukur. Bahkan kalau
didengar Gus Dur atau Gus Miftach, bisa dianggap jawaban berbau Mitos yang agak
jauh dari Logos. Tapi seakan memahami pola pikir Mas Syukur, dan kebanyakan
orang Indonesia, si sopir segera melanjutkan penjelasannya. “Teman-teman saya
sesama pengusaha yang datang dari berbagai Negara ke London, untuk ukuran
perolehan materi atau penghasilan , dalam kurun waktu yang sama tidak jauh beda
dengan yang saya peroleh. Ada yang lebih kaya sedikit, ada pula yang dibawah
saya”.Kali ini Mas Syukur makin penasaran memandangi bahasa tubuh dan lisan sang sopir , ketika anak muda itu merajut kalimatnya dengan tenang dan tekanan nada penuh makna. “Ya , kami para pengusaha sama-sama datang ke London, kemudian sama-sama berhasil menjadi kaya. Bedanya, teman-teman saya ,ya niatnya dari awal memang hanya mencari kekayaan itu. Sedangkan saya berniat berwira usaha agar bisa ikut ambil bagian dalam Syiar Agama Allah. Kini hasilnya, ketika saya bisa dengan tenang, santai , mengobrol dengan para tamu Konferensi,dari berbagai Negara, Order tetap datang , yang artinya uang juga datang. Sementara teman-teman saya pengusaha lainnya, mereka terus tanpa henti mengejar “dunia” itu, dan belum tentu tiap hari berhasil”!
“Jadi, ketika niat teman-teman saya hanya mencari Dunia, sehari hari mereka hanya Mengejar Dunia, dan belum tentu dapat. Tapi kami yang dari awal , mencari Dunia dengan niat mengkhidmati Agama, sehari hari kami Dikejar Dunia , namun tetap bisa dengan tenang menikmati KaruniaNYA”!
Sunting Edit: Kukuh-2007
Foto atas: Arena Pertemuan
Tahunan 2006 (Jalsah Salanah) kaum Ahmadi di London-UK. Tempat seperti itu
biasa mereka bangun di Pakistan, India, Canada,German, Indonesia, Australia dan
berbagai negara lainnya, yang semula kawasan tandus menjadi bak tanah “Syurga”.
Rencana-rencana untuk kota baru itu disetujui, dan orang-orang Ahmadi awal sampai dilokasi tersebut tanggal 19 September 1948. Mereka harus menegakan tenda-tenda yang akan memberikan akomodasi sementara bagi para sukarelawan yang akan mendirikan kota baru itu. Diantara mereka terdapat pemuda belasan tahun - Mirza Tahir Ahmad, yang dikemudian hari menjadi Khalifatul Masih ke IV Ahmadiyah, dan mengunjungi Indonesia tahun 2000, diterima Gus Dur selaku Presiden RI dan Amin Rais sebagai Ketua MPR ketika itu.
Bangunan-bangunan pertama didirikan dari batu-batu bata yang dibuat sendiri serta pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibeli dari bekas lokasi yang ditinggalkan.Bangunan-bangunan kecil tak mencolok dari batu bata segera memenuhi lokasi 3000 rumah tinggal yang dirancang dalam rencana kota.
Kehidupan tidak mudah. Setiap keluarga diberi dua tempat tidur, satu lampu, dan sebuah ember untuk keperluan rumah tangga. Suplai air sangat sedikit. Ahli-ahli geologi mengatakan ada air dibawah tanah, tetapi tidak dapat ditemukan. Barulah tujuh bulan kemudian, dalam April 1949, ditemukan sumur pertama yang berair.
Hampir empat puluh tahun kemudian, 1982- disana tumbuh rerumputan dan pohon – pohon serta terdapat jalan- jalan lebar dan rumah-rumah bagus. Kota ini mempunyai 40 masjid dan berpenduduk 45 ribu jiwa karena sudah menjadi pusat Jemaat Ahmadiyah.Salah satu bangunan megah ditengah kota, bernama Masjid Aqsa, dapat memuat lima belas ribu jemaah, tetapi tetap saja tak cukup tempat bagi seluruh hadirin yang ingin mendengarkan khutbah. Pengeras suara meneruskan khutbah pada ribuan orang yang menunggu diluar mesjid.
Yang menarik, sejak awal tahun 2000, kota Rabwah juga memiliki Rumah sakit dengan fasilitas termodern didunia, dengan paramedis dan Dokter terbaik lulusan Amerika dan berbagai Negara Eropa lainya. Dari kota itu pula, para sukarelawan Ahmadi menyebarkan misi Islam ke lebih 180 Negara di dunia, melalui koordinasi dengan pusat siaran Televisi Muslim Ahmadiyah , yang mengudara nonstop 24 jam tiap hari , dan dipancarkan langsung dari London UK.
Foto atas: Berbagai kesibukan
liputan Televisi Dakwah Islam dikumandangkan Ahmadiyah dari Rabwah- Pakistan
berkoordinasi dengan studio Pusat Muslim TV Ahmadiyah International (MTA)
London -UK yang mengudara 24 jam nonstop tiap hari.
Namun cerita panjang Mengubah Neraka menjadi Syurga itu, bisa pula kita
simak agak rinci seperti yang dituturkan Ian Adamson, penulis Besar beragama
Katolik berkebangsaani Inggeris, dalam bukunya Man Of God. Buku yang bahannya
dikumpulkan selama belasan tahun, melalui survei dan pergaulan langsung Sang
Penulis dengan berbagai kelompok dalam komunitas Muslim Ahmadiyah diberbagai
Negara itu, nukilan gaya sentimentalnya bisa kita ikuti seperti berikut ini:Pada tanggal 15 Agustus 1945 Raja George VI, yang memerintah India, berkendaraan resmi menuju Istana Westminter untuk membuka babak baru Dewan Rakyat. Partai Buruh yang sosialis telah memperoleh kekuasaan dengan suara mayoritas dan membentuk pemerintahan baru. Pidato dari singgasana yang disampaikannya kepada hadirin yang terdiri dari para anggota House of Lords dan house of Commons merupakan pernyataan mengenai pemerintah yang baru karena raja secara konstitusi berkedudukan diatas politik dan tidak mempunyai hak pendapat. Kebijaksanaan partai buruh adalah agar seluruh rakyat didalam kemaharajaan mengatur diri mereka sendiri didalam Negara-negara yang merdeka.
“Sesuai dengan janji-janji yang telah diberikan kepada rakyat India saya, Pemerintah saya akan melakukan hal yang terbaik untuk mengadakan, dengan kerjasama bersama para pemimpin opini India, realisasi dari pemerintah mandiri India yang sepenuhnya,â€kata raja.
“Janji itu menjadi kenyataan pada tanggal 15 Agustus 1947 : kenyataan yang tragis,†tulis Zafrullah Khan kemudian hari.
Earl Mountbatten, Gubernur Jendral India terakhir, harus berjuang untuk tetap mempersatukan anak benua ini sebagai satu kesatuan politik, tetapi sejarah menentangnya. Kedua kebudayaan utama di anak benua itu, Islam dan Hindu , sudah hidup berdampingan selama 8 abad.
Tentunya mereka telah melakukan aksi dan reaksi terhadap satu dengan yang lain tetapi tidak ada percampuran dalam skala besar dan tentunya tidak ada peleburan membentuk satu amalgam. Salah satu sebabnya adalah setiap kebudayaan itu berasal dari agama dan diantara keduanya tidak ada titik temu. Hasilnya adalah orang-orang Islam dan Hindu membangun dua Negara dan bukannya membangun dua masyarakat, demikian kata para pengamat. Kaum minoritas Islam yakin bahwa dalam India yang bersatu mereka tidak hanya akan menjadi sebuah angka minoritas tetapi juga satu masyarakat minoritas yang tertekan.
Pembagian India dimulai. Orang-orang yang telah hidup bertahun-tahun sebagai tetangga tanpa niat buruk tiba-tiba saling membenci satu sama lain. Tak seorangpun aman.
Dimana-mana penduduk mulai mempersenjatai diri mereka. Tahir saat itu merupakan anggota perkumpulan pemuda Ahmadiyah, Khuddamul Ahmadiyah, dan mereka dibentuk menjadi kelompok atau betalyon untuk mempertahankan Qadian. Tujuh puluh ribu orang Islam membanjiri Qadian masuk dari desa-desa didekatnya. Disekitar mereka tinggal orang-orang Sikh dan hindu yang kejam.
QADIAN- India, puluhan ribu
orang membanjiri kota Kecil tempat kelahiran Ahmadiyah itu sebelum terjadi
pemisahan Pakistan dari negara induknya India 1947.
Kami telah tahu bagaimana cara menembak sejak masa kanak-kanak dan kami terbiasa
bekerja dalam organisasi serta menerima perintah-perintah jadi kami mampu
mengatur diri kami dengan segera,kenang Tahir.Tidak ada kepangkatan tetapi kami diberi tahu orang ini adalah ketua kalianâ.
Dengan segera sejumlah tentara biasa dikirim kedaerah kami dan setiap orang dari mereka diberi tugas mengkomando suatu distrik tertentu. Ia menunjuk berbagai petugas dan kami disuruh mematuhi perintah-perintah orang tertentu. Orang-orang itu telah kami kenal sebelumnya.
Sisanya tidak kami kenal. System itu begitu terjaga sehingga jika seseorang tertangkap dan ditanyai ia tidak akan tahu siapa yang bertugas mengkomando daerah itu bagaimana perintah-perintah lain diatur.
Tidak ada tingkatan. Kami hanya tahu siapa yang harus kami patuhiâ. Kegemaran Tahir dalam berolahraga dan menembak membuatnya bisa dimaklumi ditunjuk sebagai penanggungjawab salah satu unit luar biasa ini. Ia diberi tahu bahwa tugasnyalah mengatur pertahanan pusat Qadian dari serangan apapun.
Penunjukan itu sangatlah penting tetapi tidak menyenangkan bagi saya. Saya curiga “ dan saya masih percaya – hal itu disengaja untuk menjauhkan saya dari bahaya. Bukan bahaya dalam arti bahaya pribadi, tetapi karena saya masih muda dan mungkin mencari keributan dan bukannya menghindarinya. Jadi mereka mengangkat orang-orang lain yang usianya lebih tua “ pada daerah-daerah pinggiran dimana kemungkinan kericuhan lebih besar terjadi dan menyuruh saya ditengah.
Hal itu tidak menyenangkan saya sama sekali. Jadi saya tidak pernah terlibat dalam aksi apapun.
Tetapi ia terlibat dalam persenjataan dan ekskursi militer. Hal itu menyangkut persenjataan kaum Muslim yang dikumpulkannya di Qadian.
Semuanya terdaftar secara satuan jadi itu merupakan sedikit penyimpangan dari hukum yang ketat. Namun hal itu berarti jika ada bahaya serangan, senjata dapat langsung disiapkan serta langsung dapat disembunyikan lagi. Hanya sedikit orang yang tahu dimana senjata-senjata itu disimpan.
Jadi itulah tugas saya. Sekali, ketika sejumlah besar senjata tambahan datang, digali lubang dilantai rumah saya dan persenjataan itu dimasukan lalu tanah diisi dan diratakan kembali. Saya diperintahkan untuk tidak menyentuhnya dan harus melupakannya sampai saya diberi perintah. Ruangan itu dikunci dan mereka yang hadir berpencar.
Ketika saya mulai berpikir tentang tempat persembunyian saya bertanya pada orang-orang yang bersama saya untuk mengusulkan suatu tempat dimana senjata-senjata itu dapat disembunyikan tanpa dapat diketahui.
Mereka mengusulkan berbagai jenis tempat dan setelah mereka selesai dan saya berkata, ˜Baiklah, mari lihat suatu tempat yang belum disebutkan.
œtempat yang belum disebutkan adalah lubang asap !
Jadi saya perintahkan agar api kecil dihidupkan dan dinyalakan siang dan malam. Tapi pertama-tama kami membuka lubang asap dan meletakan rak-rak didalamnya sehingga senjata-senjata dapat ditempatkan disana dengan mudah.
Tak lama kemudian terlihat seperti hujan akan turun jadi saya meminta seorang sukarelawan naik kea tap dan menutup mulut lubang asap agar hujan tidak merusak senapan-senapan. Ketika ia sedang diatap saya melihat seorang wanita Sikh memperhatikannya dan hal ini mengganggu saya. Segera saja semua senapan saya turunkan. Saya bawa semuanya kerumah calon mertua saya. Karena saya harus kembali ke pos saya secepat mungkin, saya tinggalkan senjata-senjata itu diatas sebuah tempat tidur secara terbuka.
Pagi berikutnya saya keluar pagi-pagi dan melihat tentara-tentara India dimana-mana. Mereka berasal dari dua kesatuan tangguh “ Marhati dan Dogra “ dan sayangnya mereka terdiri atas banyak tentara yang anti-Muslim. Segera diumumkan bahwa mereka akan memeriksa semua rumah untuk mencari senjata. Rumah kami tentunya salah satu yang pertama diperiksa.
œSaya merasakan tiga kecemasan mendadak “ ada senapan-senapan dibawah lantai, ada rak-rak senjata dilubang asap “ dan saya khawatir karena tergesa-gesa mungkin kami telah meninggalkan sesuatu disana “ sementara dikamar tidur saya sejumlah besar peluru yang sedang saya ganti dari kecil ke besar.
Para serdadu langsung menuju keruangan dimana senjata-senjata sudah dikuburkan dan mulai menggali. Tetapi senjata-senjata itu sudah hilang !
Belakangan saya diberitahukan bahwa senjata-senjata itu sudah diperlukan cepat-cepat ditempat lain jadi mereka sudah datang dan menggalinya ketika saya sedang keluar dengan senjata-senjata yang lain.
Ada seorang tetangga Hindu yang mendengar suara penggalian ketika senjata-senjata itu pertama kali disimpan dan ia telah memperingatkan tentara. Setelah itu para tentara langsung pergi kelubang asap. Wanita Sikh tadi telah memberitahu mereka bahwa kami melakukan sesuatu terhadap lubang asap. Mereka membiarkan seorang tentara turun dari atas, tetapi tidak ada apa-apa disana “ hanya sekotak peluru ukuran 0,25. karena kami mempunyai lisensi kami dibolehkan mempunyainya meskipun saya akui bahwa itu tempat yang sangat aneh untuk menyimpannya.
Kemudian mereka masuk kekamar saya dimana peluru-peluru itu terdapat dalam kotak-kotak dilaci saya. Seorang tentara mengangkat sebuah kotak dan menggoyangnya.
Kacang,katanya. Hanya kacang. Ia kembali menutup laci.
Itu merupakan satu-satunya krisis serius yang saya hadapi secara pribadi di Qadian dan kota ini, meskipun dikepung oleh tentara-tentara Sikh, tidak pernah diserang.
Tetapi pada bulan Agustus 1947 Jemaat ini menghadapi krisis yang tak terduga keseluruhan wilayah telah jatuh kebagian Negara yang diperuntukan bagi India. Setelah banyak berdoa Khalifah memerintahkan pengosongan. Qadian, tempat dimana Ahmad telah dilahirkan, hidup, dan dikebumikan sudah tentu merupakan kota suci bagi semua orang Ahmadi, tetapi masa depan mereka terletak di Pakistan, Negara yang telah mereka Bantu ciptakan.
Namun suatu hari kelak, Khalifah berjanji, Jemaat akan kembali ke Qadian.
Pada tanggal 31 Agustus mesjid-mesjid, sekolah-sekolah, gedung perkantoran, dan rumah-rumah pribadi dikunci dan ditinggalkan, dan sekonvoi truk yang dilindungi kesatuan-kesatuan tentara bergerak keluar Qadian. Diatas truk-truk adalah segala yang dapat mereka bawa. Konvoi itu, diancam selalu oleh orang-orang Sikh, membawa mereka ke Lahore dan kenegara baru Pakistan.
Hz.Mirza Taher Ahmad (berkalung selendang) penggubah Puisi
yang menyemangati para relawan pembangun kota Baru- Rabwah. Dalam foto Mirza
Taher dikawal relawan bersenapan mesin, saat mengunjungi Qadian- India 1991 -
setelah sekitar 47 tahun ditinggalkan pindah ke Rabwah Pakistan. Tahun 2000,
dalam kapasitas sebagai Imam Ahmadiyah Internasional- Mirza Taher Ahmad juga
mengunjungi Indonesia diterima Presiden KH Abdurahman Wahid dan Dr. Amin Rais-
Ketua MPR RI ketika itu.
Tiga ratus tiga belas orang Ahmadi tinggal dibelakang untuk menjaga harta
milik Jemaat sampai mereka dapat kembali lagi. Angka ini sama dengan jumlah
orang yang bersama Muhammad, Rasulullah, pada perang Badr. Di Pakistan para
anggota Jemaat berpencar untuk memulai suatu hidup baru. Keahlian dan
pendidikan mereka sangat dibutuhkan ditanah air mereka yang baru.Khalifah telah menububuwatkan bahwa mereka akan terpaksa meninggalkan Qadian. Wahyu tersebut diterbitkan pada surat-kabar Jemaat Al-Fazal bulan Desember 1941. Tetapi ia juga sangat yakin bahwa mereka akan kembali. Sementara itu mereka akan mendirikan sebuah kota baru “ yang akan bertempat diwilayah hijau dan menyenangkan dengan banyak pohon dan mata-air mata-air jernih. Tanah itu dikelilingi oleh bukit.
Wilayah seluas 1034 hektar ditepi barat sungai Cenab yang dibeli Jemaat dari Pemerintah tidak sesuai dengan wahyu Khalifah Kedua. Tidak-ada pohon-pohon. Tidak ada air. Tanahnya bergaram. Penghuni-penghuninya hanya ular dan kalajengking, serigala dan anjing hutan. Seorang Penulis Ahmadi menggambarkan kondidi aslinya sebagai œalam buas lepasâ. Lembah itu terletak enam mil dari kota Chiniot pada jalan dari Lahore ke Sarghodha, kira-kira mempunyai panjang tiga mil dan lebar satu mil. Disebelah utaranya terbentang pegunungan batu hitam.
Tetapi tempat itu mempunyai keunggula-keunggulan tertentu. Sungai Chenab yang mengalir melalui lembah dan jalan kereta api dari Lahore ke Sarghodha, yang membelah tanah yang mereka beli, menjanjikan komunikasi mudah dimasa mendatang. Tapi yang paling penting adalah fakta bahwa disana mereka akan ditinggalkan sendiri.
Kami lebih menyukai alam lepas ini daripada kota-kota untuk membuat orang-orang ingat pada tugas-tugas mereka, untuk mengatur mereka, dan memberi mereka pendidikan serta latihan moral,kata Khalifah.
Lembah ini, yang tingginya sekitar 600 kaki dari permukaan laut dan sekitar 20 kaki diatas dataran sekitarnya, akan menjadi tempat penyelamatan mereka sama seperti gambaran Al-Quran tentang tempat penyelamatan Maria dan Yesus oleh Tuhan.
Dan kami jadikan anak Maria serta ibunya sebagai tanda dan kami beri mereka tempat berlindung pada sebuah tanah yang terangkat dengan lembah-lembah hijau dan mata-air mata-air yang mengalir.â€(QS,23:51)
Dalam bahasa Arab kata untuk sebidang tanah yang terangkat demikian adalah Rabwah. Jadi itulah seharusnya nama kota baru mereka, Khalifah memutuskan.
Sebelumnya, ketika beliau pertama kali melihat lembah itu, beliau menyatakan, “Tempat berlindung yang saya lihat dalam wahyu menyerupai ini dalam banyak segi. Misalnya tempat ini dikelilingi bukit. Tetapi tempat ini kosong sementara tempat yang saya lihat sangat subur hijau. Mungkin tempat ini akan menjadi demikian melalui usaha kita
Rencana-rencana untuk kota baru itu disetujui dan orang-orang Ahmadi awal sampai dilokasi tersebut tanggal 19 September 1948. Mereka harus menegakan tenda-tenda yang akan memberikan akomodasi sementara bagi para sukarelawan yang akan mendirikan kota baru itu. Diantara mereka terdapat Tahir.
Bangunan-bangunan pertama didirikan dari batu-batu bata yang dibuat sendiri serta pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibeli dari bekas lokasi yang ditinggalkan.
Bangunan-bangunan kecil tak mencolok dari batu bata segera memenuhi lokasi 3000 rumah tinggal yang dirancang dalam rencana kota.
Kehidupan tidak mudah. Setiap keluarga diberi dua tempat tidur, satu lampu, dan sebuah ember untuk keperluan rumah tangga. Suplai air sangat sedikit. Ahli-ahli geologi mengatakan ada air dibawah tanah, tetapi tidak dapat ditemukan. Barulah tujuh bulan kemudian, dalam April 1949, ditemukan sumur pertama yang berair.
Untuk menjaga semangat Jemaat, sebuah system pengeras suara dipasang agar pesan-pesan dapat disiarkan dan didengar oleh setiap orang yang bekerja di Rabwah. Suatu malam Khalifah sedang berada dirumah beliau ketika pengeras suara berderak dan hidup kemudian beliau mendengar suara seorang pemuda membacakan puisi yang menyentuh hati.
Kerja keras mereka mendapat penghargaan, kata pemuda itu. Sukses hampir diraih. Puisi itu mendorong setiap Ahmadi untuk berusaha lebih giat.
Khalifah keluar dari rumah beliau untuk mendengarkan dengan lebih baik, beliau berdiri dipagar yang melingkari taman.
Itu adalah jenis puisi yang kita butuhkan pada masa seperti ini,kata beliau,Saya bertanya-tanya siapa gerangan dia
Istri beliau memandang tercengang.tidaklah engkau mengenali suaranya,katanya.Itu Tahir.
Khalifah mendehem dan masuk ke rumah tanpa berkata apa-apa lagi. Bagi orang biasa mungkin terlihat bahwa beliau agak kecewa karena telah memuji Tahir secara tak sengaja.
Dari suatu segi hal itu benar. Beliau mengetahui suatu rahasia yang pernah disampaikan ibu Tahir kepada seorang temannya dan disuruhnya bersumpah untuk merahasiakannya.
Tahir sendiri tidak ragu pada kecintaan ayahnya yang besar terhadap seluruh putra-putri beliau, termasuk dirinya.
Tetapi beliau selalu mencoba menyimpan emosi beliau tetap terjaga,katanya. Bagaimanapun,puisi-puisi Mirza Tahir Ahmad ikut menjadi saksi keberhasilan para Ahmadi mengubah Padang Neraka menjadi Lembah Syurga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar