Arsip

Syubah Asa Tutup Usia

JAKARTA -- Sastrawan dan wartawan senior Syubah Asa tutup usia pada pukul 17.00 WIB di sebuah rumah sakit di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Ahad, 24 Juli 2011. Syubah sebelumnya telah lama terserang stroke dan sudah beberapa kali menjalani pengobatan.

Syubah, lelaki yang terlahir di Pekalongan, 21 Desember 1941, ini juga dikenal sebagai seniman. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana muda di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia menjadi redaktur Tempo sejak 1971 hingga 1987 sebelum hijrah ke Editor pada 1987 dan 1988 dan Panji Masyarakat. Dia dikenal sebagai seniman dan aktif di Teater Muslim dan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1950 - 1969. Pada era 1970-an. Dia juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.

Aktingnya pernah menghiasi layar kaca saat ia diminta Arifin C Noer menjadi pemeran tokoh PKI Aidit dalam film kolosal Pengkhianatan G-30 S PKI, pada 1982. Syubah juga menulis sejumlah novel, di antaranya Cerita di Pagi Cerah tahun 1960. Selain itu, ia juga banyak menulis kolom, termasuk juga puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan karya klasik Arab ke bahasa Indonesia, di antaranya Asraful Anam dan Qasidah Barzanji.

Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, mengatakan Syubah kala itu dikenal sebagai wartawan yang dekat dengan dua organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdathul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. "Beliau itu dikenal dekat dengan kedua ormas tersebut," ujar pria yang seringkali dipanggil Abah Alwi ini.

Hanya saja, lanjut Abah, Syubah Asa juga dikenal menulis berbagai hal bernuansa Islam dan juga seni. Dalam dunia seni dan Islam, ia pernah membuat puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan Qasidah Barzanji. Republika sendiri pernah memiliki kesan mendalam soal Islam dan seni di mata Syubah Asa. Hal ini ketika Syubah diwawancara wartawan Republika, Fery Kisihandi, beberapa tahun silam.

Syubah kala itu mengatakan agama dan seni akan bersilangan dalam sebuah kata yang disebut religiositas. Bagi Muslim menurutnya ketika pertemuan keduanya, agama dan seni, akan memiliki nilai estetika tersendiri seperti halnya bagi seseorang dalam berkesenian. Ia pun menyatakan bahwa berkesenian itu harus ada nilai religiositas di dalamnya. Meski bukan berarti harus selalu mengeluarkan ayat-ayat dalam kitab suci dalam karya seni.

Wartawan Senior Tempo, Amarzan Lubis, memiliki kesan tersendiri tentang Syubah Asa. Dia menilai Syubah sebagai editor terbaik, karena mampu mengubah tulisan yang bagus gagasannya, namun buruk penulisannya. Di tangan Syubah, tulisan itu menjadi enak dibaca. "Bahkan, dialah editor terbaik se-Indonesia," ungkap Amarzan. Tak terhitung berapa banyak tulisan yang dieditnya.

Amarzan juga menilai Syubah sebagai penulis resensi terbaik, terutama untuk karya seni, karena bukan hanya bermain perasaan, melainkan juga seni. Padahal, Syubah berlatar belakang pendidikan agama, bukan seni. Dia menguasai musik klasik Barat dan mampu menuangkannya dalam tulisan yang mampu dipahami pembaca dengan mudah. ed: joko sadewo

Sumber: Republika, Senin, 25 Juli 2011
Erdy Nasrul, Ichsan Emrald



Qoyum dan Apace 2007-pro nks
Selasa 25 Desember (natalan)2007, jam.08.30 s/d menjelang jam12.00 siang, tim 5 Apace – Parja+Kukuh+ Aadp+Tata+Daus ketemu Pak Qoyum(PQ) di rumah Patra Kuningan.
Mengendarai panter hijau , kendaraan keluarga Engkong Neman Gondrong itu -parkir persis didepan rumah keluarga PQ ,yang sedang berantakan, karena dalam proses renovasi. PQ menjelaskan, niatnya renovasi rumah, agar diatas lantai dua tersedia dua kamar tamu , menyiapkan jika ada tamu luar Negeri. “Masa, diinapkan di Masjid Hidayat terus”, ungkap PQ tersenyum.
Mengenakan Tshert putih, dengan motip lengan dan kerah warna kuning, dipadu dengan celana panjang abu-2 mendekati krem, PQ  nampak rapi. Dengan raut wajah yang nampak lelah, mungkin sisa dampak operasi kesehatannya di Singapore- beberapa waktu sebelumnya, PQ mencoba rileks- menerima Apace, diruang sempit berbaur dengan rak buku, dan sejumlah peralatan kantor yang numpuk agak berantakan. Maklum, renovasi rumahnya memang belum selesai.
Dalam usianya yang 70 tahunan, PQ tidak terlalu nampak sebagai pria tua yang miskin energi. Vitalitasnya masih terpancar dari sisa keperkasaannya sebagai lelaki yang gemar bermain tenis dan golf.
Anak lelaki tertua Mln. Abdul Wahid HA- Mubaligh JAI awal dari Aceh- itu, pantas memiliki pengalaman panjang  sebagai pejabat tinggi Negara, bersama para Menteri sekelas Ginanjar Kartasasmita, Siswono YH, Aburizal Bakri dll.
Namun melihat gelagat gerak tubuh PQ yang masih lamban, nks berpikir , dan memberi kode ke Aadp, agar temu Apace dgn PQ.jangan terlalu lama. Eh, setelah suasana makin cair, tau-tau  pertemuan Apace& PQ  sudah berlangsung tiga jam! Nks. Langsung memberi kode ke Aadp yang harus tinggal sendirian melanjutkan loby empat mata dengan PQ. Sementara empat personil Apace lainnya bergerak pamit dari rumah PQ.
Celoteh GM-Senyum PQ
Dua keping vcd rekaman Mabes Polri 19des2007,yang berisi dialog delegasi JAI, Amir, PQ,Anis,Soma dan drh A.Saleh- dengan Mabes Polri, Kejagung, GM , DEPAG dll, diterimakan ke PQ. Sementara rekaman Pengajian TWU -Vcd Tomy Soeharto& Gus Miftach(GM) di ph-AA3 yang membahas  Capres Independent,  21/12/07, diputar 3 menit didepan Qoyum.
PQ tertawa lucu saat melihat dan mendengar ungkapan GM di VCD yang mengatakan, “di Penjara hampir tidak ada orang Ahmadiyah dan Qiyadah. Tapi yang banyak di penjara adalah orang NU, orang Muhamadiyah nomer dua- sudah pasti!  Jadi, kata GM, kalau dilihat dari kelakuan, orang yang menyesatkan itu sebenarnya kelakuanya  benar- benar sesat! Tapi yang disesatkan malah baik kelakuannya”!- dan disambut tawa hadirin yang terekam jelas dalam vcd tersebut. PQ faham, itulah gaya khas tokoh yang mulai mendekati Ahmadiyah.
Niat format yang diusung 5Apace ke PQ, untuk mencari kedekatan hati, kesepahaman  laku, menyikapi sikon Internal maupun Exsternal JAI.
Aadp+ Kukuh+Tata aktip menanggapi PQ. Sementara Parja aktip berdoa, dan Daus dokumentasi , sambil ngatur teknis laptop.
Misi itu nampaknya membuahkan hasil. PQ yang awalnya masih  belum tune in ke Apace, namun setelah basa- basi , PQ bahkan menyiapkan laptop untuk memutar vcd yang dibawa Apace.  Lalu teh botol dingin dihidangkan, dengan berbagai makanan kecil , lemper dan kue-2.
Gusdur Jambrong
PQ  cerita banyak tentang hubungannya dengan Gusdur, termasuk  soal setoran Jambrong yang digambarkan oleh PQ- bagaimana Gusdur sambil meraba raba – karena buta- menerima setoran PQ.
PQ ikut menegaskan kembali falsafah dasar didunia Politik, bahwa tidak ada Teman abadi, yang ada ialah Kepentingan Abadi. Tetapi, kalau belum bisa jadi teman,  juga jangan memusuhi tokoh yang manapun.
PQ juga menceritakan, bahwa dirinya pernah jadi anggota MPR dua pereode  jaman Pak Harto, yang tentu juga dekat dengan banyak kalangan Politikus.
PQ mengungkapkan, bahwa baru- baru ini di Jemaat Purwokerto ada aspirasi yang berkembang,  para Ahmadi setempat diminta mendukung salah satu calon Bupati/ Walikota, yang menurut PQ-  calon tersebut  orangnya baik pada Jemaat. Jadi PQ mempersilahkan  kontak ke PB, dan kalau perlu ya mohon doa ke Huzur untuk hal tersebut.
Ketika Apace , menyela dengan mengungkapkan , bahwa Ahmadi Tangerang juga ada yang nyalon Bupati, dan Ketua JAI Malang nyalon Gubernur Jatim, PQ setuju, teruskan dan tingkatkan.
PQ mengaku ketemu Ulil AA , mantunya Mustafa Bisri, sebelum berangkat ke USA. PQ juga mengaku dekat dengan Gus Mus- dalam pengertian sering PQ ngasih duit ke Gus Mus.
Huzur Ahli Politik
PQ sepakat dengat Apace, bahwa Huzur ke 2 juga Ahli Politik dan dekat dengan kalangan Politik. Begitu juga Huzur ke 4. Berdirinya Pakistan jelas ada keterlibatan besar Khalifah Ahmadiyah, juga  Pemilihan Kepala Negara Pakistan Pertama. PQ juga bilang, baca Man of God! Sama dengan sikap Apace.
PQ cerita, bahwa ada beberapa Ahmadi yang tidak setuju kita meniru cara Huzur ke 2. Dalilnya,kata Ahmadi itu, Huzur kan dapat Wahyu untuk melakukan itu, sementara kita kan tidak.  PQ balik bertanya , lha kalau tidak boleh nyontoh Khalifah , kita disuruh nyontoh siapa? Ujar PQ. Ditimpali celetuk Apace,bukankah semua yang disabdakan Rassullullah, dan kini kita tiru kerjakan, juga berasal dari  Wahyu yang diterima Muhammad saw.?
PQ menggambarkan di Jemaat memang banyak macam orang dengan karakter yang berbeda- beda. Tidak ada yang sempurna. Salah satu yang dicontohkan PQ adalah almarhum Abdul Somad – yang selalu tidak setuju Ahmadi berpolitik. Jadi PQ , katanya, sering kalau ketemu Somad di Masjid selalu menegur setengah menyindir: “ Gimana? Jadi Ahmadi tetap tidak boleh berpolitik -ya?”, ujar PQ sambil tersenyum.
PQ menceritakan beberapa orang Pimpinan JAI ada yang tidak menyukai Aadp, Tata, nks, Daus, karena gerakannya di sekitar tokoh Politik Nasional.
Jangan Musuhi, Dekati Para Tokoh
PQ menggambarkan bagaimana Gusdur adalah orang / Presiden yang tidak konsisten. PQ mengaku orang diluar tim resmi Kabinet yang pertama kali diajak Gusdur ,sebagai Presiden, melawat ke Luar Negeri. GD menjanjikan, dalam suatu pertemuan ke PQ, bahwa PQ akan memegang seluruh BUMN dalam masa Pemerintahan Gusdur. Tapi dalam waktu singkat akhirnya PQ Cuma diberi jabatan Dirut PGN. Masih banyak janji-2 lain yang diingkari Gusdur.
PQ berdasarkan asumsinya dengan Gusdur, menganggap GM juga sama saja dengan Gusdur, beda-beda tipis. Tapi prinsipnya kalau ada tokoh yang hanya memanfaatkan JAI, atau pribadi Ahmadi , jangan di musuhi- karena kita akan repot kalau  menghadapi musuh semacam itu, apalagi kalau banyak. Kita harus tetap kontak dan mendekati-siapapun yang pernah membela Jemaat. Satu ketika pasti ada gunanya.
Contohnya , kata PQ, dulu walau PQ sudah setor ke Gusdur, toh masih diingkari janji. Tapi saat sekarang ini, nyatanya Gusdur , walaupun hanya dengan cuap- cuap, tetap membela Ahmadiyah. Jadi mungkin setoran duit yang dulu itu baru berbuah sekarang, ujar PQ dgn senyum .
PQ mengemukakan niatnya untuk hadir di Pengajian GM, tapi, katanya, beberapa Pimpinan JAI melarang, dengan pemahaman agar PQ tidak terkena dampak negatip GM.
Karena ingin menjaga sikon internal JAI, PQ tidak memaksakan hadir di Pengajian GM. Prinsipnya, kerjakan dengan niat baik, apa yang bisa kita lakukan, demi Jemaat dan Bangsa. Biarkanlah mereka yang belum bisa memahami dan menangkap fenomena zaman. Satu ketika kita akan ketemu pada kesamaan potensi positip yang dimiliki oleh berbagai pribadi dalam Jemaat.
Warnai Dengan Ahlak Positip
Tapi PQ setuju dengan tim Apace, bahwa kita harus berteman dengan siapapun. Karena PQ telah mendapat penjelasan bahwa tim Apace  tetap komitmen, dalam berteman dengan tokoh yang manapun, termasuk dgn GM. Yang penting , seperti yang dinasehatkan Hazrat Masih Mau’ud as., bahwa kita jangan terbawa pada pengaruh Negatip teman-2 kita. Tapi sedapat mungkin kitalah yang mewarnai  dengan ahlak positip terhadap  semua tokoh yang jadi teman-2 kita.
Apace menjawab dengan memberi contoh, bahwa dalam tulisan di naskah Pengajian GM yang semula  terlalu banyak menyitir Jalalain melulu, setelah TTS sering menyodorkan tafsir Qur’an versi JAI, naskah Pengajian GM yang di uplode ke website pun banyak perbaikan.
Contoh lain, karena GM sering berkomunikasi dgn sms, para Ahmadi selalu membalas dengan menyertakan doa-doa. Hasilnya, meskipun sebelumnya GM terlalu vulgar sering mempergunakan kata-kata slengekan, bahkan didepan forum resmi sekalipun, kini mulai  ada perbaikan.
Yang tidak kalah penting,  Apace juga mengemukakan bukti bahwa GM selama ini lebih banyak membela Ahmadiyah di forum-2 resmi, dan juga di Pengajian TWU –PH AA-3 – dihadapan tokoh-2 yang semula anti dan menyerang Ahmadiyah, atas debatan GM- akhirnya mereka bisa akrab dgn para Ahmadi, atau sekurangnya tidak lagi menyerang JAI.
PQ setuju dengan langkah yang dikemukakan Apace, dengan analogi PQ atas kasus Ali Butho dan Zia Ul Haq.  Awalnya para pemimpin Pakistan itu kan bersikap baik pada Ahmadiyah sebelum mereka berkuasa. Tapi setelah berkuasa mengkhianati Ahmadiyah.
Toh- Huzur tetap mendukung dan bersahabat dengan mereka ketika sikapnya baik. Karena yang dipegang adalah kata-katanya. Orang kan tidak berhak menghakimi hatinya. Kalau toh nanti mereka berbuat buruk pada Jemaat, mereka akan berhadapan langsung dengan Allah swt. Sang Pemilik Jemaat Ilahi. Itu pendapat PQ jika diringkaskan susunan katanya.

PQ Nabi dan Rasul
PQ bercerita tentang pengalamannya dalam forum pengajian dikalangan elite , yang mempersoalkan tentang Nabi dan Rasul. Ketika PQ hadir di pengajian itu, diminta untuk menjelaskan menjawab pertanyaan-2 seputar itu.
Baiklah, ujar PQ kepada para hadirin. Siapa Ulama Indonesia yang paling  anda anggap hebat dan ahli menafsirkan istilah-2 dalam Quran? Konon, menurut PQ, hadirin kebanyakan menyebut nama Alwi Shihab atau Quraisy Syihab. Maka PQ pun  mengutip pernyataan Qurays Syihab, begini; Ulama besar itu mengartikan Rasul Adalah Orang yang menerima Wahyu- lalu menyampaikan atau mengajarkan kepada Umat. Sementara  Nabi, menurut Ulama itu, katanya orang yang menerima Wahyu- tapi tidak menyampaikan kepada Umat.
Jadi, kata PQ, kalau Rasul jelas juga sebagai Nabi- menurut Ulama besar itu. Tapi Kalau Nabi belum tentu Rasul- karena tidak menyampaikan kepada Umat.  Nah, lanjut PQ, kalau ada seorang Nabi ditanya oleh orang lain dengan  ungkapan seperti ini; “ Anda benar seorang Nabi? , Jawab si Nabi tentu- Ya saya Nabi!” Sambil tersenyum PQ melanjutkan; “ Kalau anda Nabi tentu terima Wahyu, bagaimana isi Wahyu itu?” Maka , masih kata PQ, si Nabi akan menjawab; “ Oh jangan, tidak boleh tahu, ini wahyu hanya untuk saya , tidak boleh disampaikan”! Lha, apa begitu tafsir  Nabi dan Rasul menurut Ulama Besar itu? Tanya PQ sambil tertawa. Dan akhirnya, kata PQ, hadirin tidak ada lagi yang bisa menjawab.
Cerita Tanah Ciseeng
PQ juga cerita, bagaimana setelah loby dgn Huzur ke 4 ,sejak dari German ke UK, diputuskan membeli tanah Ciseeng yang sekitar 50 hektar.PQ bilang, jika Jemaat membeli 50 hektar, sesuai keinginan Huzur, maka PQ akan nambahi 50 hektar, jadi seratus hektar. Harga tanah Ciseeng waktu itu sekitar 10 ribu rp per meter, kata PQ- saat ini harganya mendekati 30ribu rp per meter.
Prediksi PQ, kelak daerah itu, harga tanah akan ratusan ribu rp per meter. Jadi, kata PQ, kalau mau gampang, sekarang tanah yang saya beli itu saya jual, sekarang saya sudah milyarder, ujarnya tetap sambil senyum.
Walaupun setelah itu, PQ mengaku, merasakan didalam JAI banyak tentangan terhadap PQ soal tanah Ciseeng. Yang paling repot PQ harus bertentangan dengan Pak Syarif Lubis, bekas atasannya di LeMigas- yang juga manta Amir JAI. Ketika mau menindak lanjuti pengelolaan Ciseeng pun, PQ harus berhadapan dengan adiknya- Ir Kafi- Jaidad? Yang beda pendapat dengan PQ. Dasar gebleg, ujar PQ sambil tersenyum.
PQ punya obsesi, di tanah Ciseeng itu, kita kelak ingin memiliki Universitas, Rumahsakit, Berbagai Badan Usaha,  Sekolah-2 untuk umum dll. Karena, menurut PQ, saat ini kita -JAI kalau ditanya pengkhidmatan kepada Rakyat dan Bangsa Indonesia  -hampir belum ada. Karena kita memang punya sekolah, seperti Al Wahid di Wanasigra dll, tapi itu kebanyakan hanya dimanfaatkan oleh Jemaat  sendiri.
Tidak Cukup Satu PQ
PQ juga  cerita hubungannya dengan Hatta Rajasa(HR) yang bekas anak buah PQ di Pertamina. Via HR –PQ minta agar disampaikan Presiden SBY untuk membantu Ahmadiyah yang teraniaya. Menurut PQ, berkat kontak dgn HR itulah maka DEPAG mau memanggil JAI untuk dialog. Menurut PQ pula , loby via HR yang menyebabkan POLRI mau memanggil JAI.
Pertanyaannya kemudian, Dialog JAI dgn DEPAG berlangsung sejak September 2007, ketika anarki terhadap JAI sedang mereda. Undangan Mabes Polri November 2007- jika itu hasil loby PQ via HR- kenapa mesti ditolak oleh PB JAI?  Faktanya, ketika dialog  JAI –DEPAG dalam Stagnasi menunggu poin Kenabian dari petunjuk London (dari 12 poin  hasil dialog 4 kali JAI DEPAG) , dan  JAI juga menolak Undangan Mabes Polri , terjadilah tragedi Manislor Selasa 11 Des 2007. Juga ancaman asegaf cs ke Masjid Hidayat Jakpus, Masjid JAI Bogor dll.
Itu artinya , ada kekuatan anti Ahmadiyah yang tidak cukup hanya dengan diantisipasi seorang PQ sendirian. Kebetulan PQ pernah menjadi Pejabat tinggi Negara, punya uang banyak, luas loby dan kenalanya. Tapi PQ saat ini sudah berusia 70 tahun. Pertanyaan Apace, bagaimana menyebarkan pemahaman seperti PQ dalam menyikapi exsternal diluar JAI-  kepada komponen JAI yang belum sependapat dgn cara PQ? Juga penjelasan kepada Generasi muda JAI? PQ setuju, mengadakan seminar-2 menyangkut  kaderisasi hal- hal semacam itu.
Bahkan ketika akhirnya JAI bersedia hadir di Mabes Polri dgn tim lima orang: Amir+ PQ+ Ir.Anis+ DR Soma+ drh Anwar Saleh, pada 19 des 2007, yang diliput kukuh lengkap- dengan rekaman audio visual, masih ada penyerangan  terhadap JAI di Sadasari dua hari sesudah Iedhul Adha. Walaupun benar, kata  Irjen Saleh Saaf, bahwa pertemuan di Mabes Polri itu, disamping tidak untuk menghakimi JAI, tapi terutama untuk mencegah agar Iedhul Adha 2007 tidak jadi medan Jihad Fi Sabilillah bagi orang- orang/ kelompok yang anti Ahmadiyah. Karena, kata Saleh Saaf, ancaman yang juga sudah disiarkan berbagai media dari kelompok-2 anti Ahmadiyah jelas  ada, dan sudah diketahui umum. Itu memang solusi jangka pendek. Dan sekurang kurang nya telah berhasil mencegah anarki di Hari Iedhul Adha 2007. Solusi menengah dan jangka panjang harus terus diupayakan bersama berbagai komponen bangsa, ujar Saleh Saaf- Jendral berbintang dua yang mengepalai Badan Intelejen Mabes Polri.
Apakah hal itu terjadi karena lambatnya komunikasi POLRI ke jajarannya sampai tingkat bawah se Indonesia, yang dijanjikan oleh Irjen Saleh Saaf? Atau juga terkait lambatnya Penyebaran Dokumen 7 poin kesepakatan AMIR yang ditandatangani bersama Prof Atho+GM+ Kejagung+ Irjen Saleh Saaf, yang hari itu(19/12) disanggupi Amir bisa di distribusikan ke Cabang-2 JAI se Indonesia? Atau karena terbatasnya pemberitaannya Media untuk mensosialisasikan Dokumen 7 poin Amir JAI di Mabes itu? – karena memang hanya SCTV yang menyiarkan, dan itupun tidak lengkap hanya sepotong, digabung dgn berita-2 lain?.
Harapan Amir di Mabes, yang meminta agar wartawan SCTV menyiarkan lengkap Dokumen tsb tidak terjadi. Sementara Penyebaran Dokumen 7 poin Amir +Polri  juga tidak dilakukan segera oleh PB JAI. Padahal kesepakatan yang diminta Irjen Saleh Saaf hari itu (19/12) ,Mabes Polri akan instruksi pengamanan dari Polri sampai ketingkat bawah se Ind. Amir JAI mensosialisasikan ke Cabang-2 JAI  se Ind. Media memberitakan segera ke seluruh Indonesia. Nampaknya hal itu  belum terlaksana dengan baik.
Qoyum dan Loby-2
Sabtu 28 Desember 2007, tiga hari setelah pertemuan Apace dengan PQ, TTS mengaku  ke nks bahwa ditelepon PQ. Menurut TTs, PQ entah bagaimana ceritanya, setelah ada jawaban Huzur5 soal 12 poin hasil Dialog DEPAG –JAI, yang intinya Huzur tidak keberatan dengan poin yang tidak menyebut Nabi kepada Hz. Mirza Ghulam Ahmad, mengharapkan agar orang-2 Ahmadi yang dekat dengan GM mengkoordinasikan hal tersebut untuk mengetahui sikap GM, atau bahkan minta tolong GM.
Nks. Jawab ke TTS, bahwa loby semacam itu sudah, dan sering dilakukan oleh nks cs. Tetapi, jika yang diharapkan PQ adalah bantuan GM untuk memberikan desakan pemahaman kepada DEPAG atau MUI, soal Imam Mahdi atau Al Masih yang masih dipertahankan - menurut petunjuk Huzur5, maka hal itu tentu harus dilakukan oleh Pejabat JAI yang punya kapasitas untuk itu.
Nks siap memfasilitasi pertemuan PQ dgn GM secara pribadi, atau PQ+ Anis dgn GM, terserah dimana saja tempatnya. Bagaimanapun, JAI perlu membangun silaturahmi sebanyak- banyaknya dengan berbagai tokoh dan kalangan.
Jika belum mungkin secara institusi atau birokrasi JAI, maka bisa pribadi-2 seperti PQ atau Anis, yang sudah agak nyambung komunikasinya dengan tokoh-2 semacam GM- Ulama NU mantan Ketua KPU 1999, Irjen.Saleh Saaf-Kaba Intelkan Mabes Polri, Prof Atho- Ka Litbang DEPAG RI dll.
Bukankah dalam pertemuan PQ dengan Apace 25/12 , PQ juga menyatakan keinginannya bertemu dengan Yapto - Ketua PP Pusat? Atau sebelumnya PQ juga bercerita , pernah meloby (maksutnya loby dgn sering memberi upeti- kata PQ) Mustafa Bisri, Hatta Rajasa, Gus Dur , Ulil AA dll.
Dalam situasi apapun, JAI harus terus- menerus membangun loby  secara Vertikal dan Horisontal. Horisontal, kepada sesama kelompok organisasi dan komponen masyarakat.
Vertikal , kepada Tokoh masyarakat, Pejabat-2 Pemerintah, Pimpinan Lembaga semacam MUI dll diberbagai tingkatan, mulai dari Pusat sampai daerah.
Candah Apace
Hal yang agak menggelitik dikemukakan TTS yang mengaku atas info PQ , beberapa pejabat JAI meragukan keAhmadiyahan  TTS, dan kalau perlu diperiksa candahnya.
Jika hal semacam itu dikemukakan , maksutnya keraguan atas Kejemaatan seseorang- berdasarkan asumsi pembayaran Candah, oleh Pimpinan JAI, maka sebaiknya kita menyimak kembali Petunjuk Huzur ke IV- Hz Mirza Taher Ahmad ra tahun 1988-1989.  Petunjuk pendiri MTA International itu kepada JAI direkam kedalam pita kaset audio khusus, di studio profesional, disuarakan oleh Mlv. Muhyidin Syah Shd. Belakangan, tahun 2006- 2007, setelah hampir 20 tahun berlalu, barulah Jemaat Cabang Tangerang mengungkapkan dalam Bulletin Lokal mereka, setiap  Jumat secara bersambung.
Kita bisa memahami, banyak Pimpinan JAI yang belum mengetahui petunjuk Huzur IV ra itu, karena waktu itu, sifatnya agak rahasia. Mengingat , didalam petunjuk Huzur IV ra itu banyak disinggung tentang keterlibatan sejumlah Perwira Tinggi TNI dalam berkonspirasi untuk  “menghantam” Ahmadiyah.
Tahun-2 itu adalah jaman jaya-2nya kekuasaan Presiden Soeharto yang terkenal represip. Penembakan Misterius (Petrus) atas sejumlah  orang yang dianggap musuh Negara – merupakan kenyataan yang tidak boleh diberitakan pers.
Sikon itu, mungkin, menyebabkan Pimpinan JAI, dibawah Pimpinan Amir Mln. HMA Cheema HA Sy, mengambil kebijakan untuk tidak menyebar luaskan petunjuk Huzur IV tersebut.
Salah satu poin yang layak dicatat dan dipahami oleh Jemaat, bahwa Huzur IV ra bahkan menjadikan orang Ahmadi- yang seolah olah sudah murtad- dan masuk Agama Kristen dibawah sekte kelompoknya Mantan Presiden AS Ronald Reagan, sebagai sumber informasi penting bagi   Ahmadiyah International.
Murtadin, sebut saja begitu nama informan Huzur IV ra itu, tidak tercatat lagi sebagai anggota Ahmadiyah manapun diseluruh dunia. Jadi, logikanya, Murtadin itu juga tidak akan ditemukan daftar  pembayaran Candahnya di Jemaat Cabang manapun.
Tapi benarkah Murtadin itu tidak pernah membayar ”Candah” sama sekali dalam bentuk apapun?  Bukankan kita  mendengar Huzur sering menerima bingkisan, atau sumbangan uang langsung , yang tidak ditulis dengan kwitansi Candah, dari orang-2 Ahmadi yang tidak mau disebut namanya?
Mahmud Hall disebelah Masjid Fadl London, tidak diketahui siapa donatur  yang menyumbangkan uangnya  untuk membangun Gedung yang kemudian juga menjadi Pusat Kegiatan Jemaat UK itu. Sampai saat Sir Zafrullah Khan wafat, barulah diketahui, bahwa mantan Menlu Pakistan itulah donatur terbesar  pembangunan Gedung di Jantung kota Inggeris itu.
Di Indonesia, kita juga sering menemukan  fakta Pembangunan Masjid maupun Rumah Misi, dan fasilitas kegiatan Jemaat, mendapat sumbangan besar dari sejumlah Ahmadi yang tidak mau disebut namanya.
Dalam bentuk yang berbeda, ada sejumlah keluarga Ahmadi yang tinggal di komplek pemukiman penduduk , sendirian saja, tidak ada anggota Jemaat lainnya. Masjid JAI pun jauh. Karena tetangga sekitarnya telah tahu bahwa mereka adalah orang-2 Ahmadiyah, maka aktivitasnya dalam kegiatan sosial menjadi sorotan masyarakat.  Untuk membangun citra,dan bertabligh dengan ahlak  terhadap masyarakat disekitarnya, yang rata-2 golongan ekonomi lemah, keluarga Ahmadi ini sering menyalurkan pengorbanannya untuk membantu lingkungannya.
Ahmadi semacam itu, mungkin Catatan Candahnya tidak dawam. Kehadirannya ke Masjid JAI pun tidak routin- mungkin uang transport untuk ojek maupun angkot tidak selalu punya. Karena penghasilannya tidak tetap. Namun Ahmadi semacam itu sering dikenal sebagai tokoh masyarakat dilingkungan yang kebanyakan bukan Ahmadi.
Ahmadi yang tidak kaya secara ekonomi semacam itu, sering menjadi Ketua RT/RW, atau Ketua Organisasi masyarakat yang dihormati, tanpa menyembunyikan Ke Ahmadiyahannya. Mereka melakukan pengorbanan kepada masyarakat lingkungannya, yang jika diuangkan -bisa jauh lebih besar dari pembayaran candah Jutawan Ahmadi sekalipun.
 Secara administratip, beberapa Ahmadi mungkin sulit dilacak pembayaran Candahnya di Jemaat Cabang manapun. Tapi dengan caranya sendiri, Ahmadi semacam itu melakukan banyak pengorbanan yang belum tentu bisa dilakukan para  Pengurus JAI sekalipun. Jika  pengorbanan semacam itu juga diniatkan atas kecintaanya terhadap Jemaat Masih Mau’ud as.,berhak-kah? dan layakkah? seorang Pimpinan JAI meragukan keAhmadiyahannya? Hanya Allah yang Maha Tahu!
Temu PQ GM
30 Desember 2007 –Minggu sore, GM  mengirimkan sms singkat ke nks, isinya bahwa PQ sudah kontak GM. Nks. merespon dengan menjelaskan loby-2 yang dibangun Apace ke PQ. Awalnya GM tidak begitu antusias atas kontak PQ. Namun setelah melalui dialog panjang dengan nks. yang menjelaskan bagaimana dan siapa Qoyum dimata Jemaat maupun perannya sebagai anak Bangsa, barulah GM mulai tertarik.
Semula GM menganggap biasa-biasa saja terhadap PQ, dengan mengatakan bahwa GM hanya sekedar ingin mendapatkan lawan tanding yang cerdas dan realistis, terutama dalam  mencari solusi JAI.
Kesan GM yang menganggap PQ biasa-2 saja , itu juga tercermin dari cara GM menuliskan nama PQ di sms dengan hanya  menyebut “Qoyum”, tanpa embel-2 apapun. Ketika secara bertahap nks. menjelaskan pentingnya peran PQ, tidak saja untuk urusan JAI, tapi juga bagi persoalan Bangsa dan Negara, barulah GM merubah irama dialog memperbincangakan peran PQ dengan nks.
Ketika dialog GM dengan nks berlangsung, tak lupa tim Apace dan Ahmadi diseputar pergerakan  “Keprihatinan menuju Perbaikan” , dikirimi sms yang menginformasikan bahwa sudah terjadi kontak langsung PQ dengan GM dalam nuansa yang indah! Harapannya, tentu agar semua ikut berdo’a.
Koordinasi Kultural Khas Ahmady
SMS yang dikirim nks ke tim Apace dan Ahmadi di lintas Pergerakan  sejak jam:21.09- Minggu 30 Desember 2007 itu bunyinya sebagai berikut: Sudah terjadi kontak indah antara Qoyum dan GM – dilanjutkan dengan dialog adu strategi antara kukuh dengan GM- yang endingnya- InsyaAllah- indah- mohon doa.
Yang paling cepat merespon dengan mengirim sms do’a kembali ke nks, adalah  TTS dari pos Apace, Parja dari Trah Neman, serta A.Burhan-dari Bali.
TTS merespon dengan sms ke nks begini: InsyaAllah Pak, semoga Allah taala selalu membimbing kita semua.amin. Pejabat Permata Bank berdarah China itu, meluncurkan sms do’anya Minggu 30 Desember jam: 21.18, atau hanya berjarak sembilan menit sejak nks mengirim sms berita kontak indahnya PQ dengan GM.
Parja Trah Neman membalas sms  dari nks, dengan istilah kata yang agak vulgar namun segar, bunyinya begini: Mubarak untuk semua kreativitasnya dalam mewujutkan karya yang gila, sekali lagi Mubarak untuk kegilaanya, sukses dan maju terus! Balasan sms dari PTN itu diterima nks Minggu 30 Desember 2007 jam: 21.21- atau dua belas menit setelah terima  sms dari nks.
Sementara A.Burhan dari Bali mengirim balasan sms ke nks tepat jam:21.53 masih dihari Minggu 30 Desember 2007, bunyinya begini : Amin. Doa kami menyertai perjuangan Bapak selalu. Amien.
Doa-doa  dari tim Ahmadi di lintas Pergerakan yang belum bersedia disebut namanya , terus mengalir – dari bibir dan lubuk hati yang paling dalam. Dengan harapan, semoga Allah swt meridhoi usaha para hamba yang lemah itu.Amien.
Malam terus merangkak, seiring dinginnya cuaca Jabotabek yang tak henti diguyur hujan akhir tahun 2007. Dari Padepokan sederhana, tak jauh dari Pusdik Mubarak Parung, nks terus mencatatkan semua proses loby dan dialog  dengan berbagai fihak, guna menyiasati  sikon JAI dan kebuntuan langkah ditengah problema krisis Bangsa dan Negara.
Dinginnya malam yang nyaris membekukan hati, karena lama dan bertubi-tubi dihantam fitnah dari internal maupun exsternal, tiba-tiba mulai terhangatkan dengan munculnya sms GM ke nks yang mengabarkan bahwa, PQ bersepakat untuk mengadakan pertemuan dengan GM Rabu 2 Desember 2007 di Belezza PH Jakarta selatan jam 12.30 siang. Sms GM itu bunyinya begini: Saya akan ketemu Pak Qoyum tanggal 2 Januari 2008, harap diatur dengan Tata, tempatnya di Beleza jam 12.30 siang. Syukron.
Nks. segera menjawab begini: InsyaAllah saya atur dengan Tata- temuan GM dan Mas Qoyum Rabu 2 Januari 2008 jam 12.30 di Beleza, apa nama Restorannya siapa yang milih dan siapa yang traktir?

Nks.mulai merubah penyebutan PQ dengan Mas Qoyum, untuk mengimbangi “bahasa budaya GM” yang mulai menuliskan panggilan Pak Qoyum di sms-nya ke nks. Karena sebelumnya, setiap menulis nama PQ, GM  hanya menyebut “Qoyum” saja. Coba kita simak salah satu sms GM yang masih agak bernada pesimis sampai Hari Minggu 30 Desember jam:19.48,  yang bunyinya begini: Qoyum sudah tua, sy hanya ingin dia jadi partner ship untuk selamatkan Ahmady saja, kalau tidak bisa ya tidak apa-2, saya tidak rugi apa2 -Ahmady yang rugi sendiri.Syukron.

Atau juga lihat contoh bahasa sms GM ke nks yang masih bernada”Konformitas dogmatis” ini: Gm.30 des 2007 jam.17. 39: Saya tidak dalam posisi merebut hati Qoyum segala, yang benar terbalik, yang terancam Ahmady bukan saya, saya hanya mau lawan tanding yang cerdas dan realistis.

Dinamika dialog sms GM dengan nks dan berbagai nuansa sikonnya, insyaAllah sebagian besar terekam lengkap dengan tanggal,bulan, tahun, jam dan menitnya.

Hikmah Qoyum Sakit
1 Januari 2008, entah apa sebabnya, PQ harus  masuk Rumah Sakit MMC Kuningan – Jakarta. Belakangan, baru diketahui, ada gangguan pencernaan di perut beliau. Akibatnya, pertemuan PQ- GM  harus tertunda. Yang juga menarik dicermati, dari sumber  terdekat kalangan JAI, sebelumnya  PQ sempat menasehati J.Lamardy SH(JL).

Menurut sumber JAI, JL- yang mulai aktip di Jemaat sejak usia Anshar, dan langsung menyodok lengket di lingkar terdekat Amir JAI- diakhir Kepemimpinan  Kol.M.Lius Maala  menjelang tahun 2000an-itu, merupakan orang yang banyak mempengaruhi kebijakan  AB- Amir JAI 2007. 

Masih menurut sumber dikalangan JAI, PQ marah cukup keras saat menasehati JL. Intinya PQ menyalahkan JL yang membawa situasi kepemimpinan JAI  kurang bisa berkoordinasi dengan berbagai kalangan  komponen Bangsa, baik yang Pro maupun yang kontra terhadap JAI.

Faktanya, entah dengan teori  dan cara apa, situasi JAI yang sedang  menghadapi tekanan exsternal, bisa melahirkan seorang JL- yang bukan Sekretaris PB-  nempel ketat di tim inti Amir saat dialog di DEPAG  RI- seri ke 4 dan ke 5, sambil tidak mengikutkan Dr.Ir. Soekmana Soma(SS)- yang resmi terpilih di Majlis Syuro Nasional JAI 2007- sebagai Sekr Kharijiah PB, dan sudah direstui Huzur ke V aba.

Entah siapa unsur JAI yang telah melanggar Nizam.  SS tidak dipecat Amir, juga tidak dilengserkan Huzur, tapi fungsi tugas Kharijiyah nyaris  tidak melibatkan seorang SS, justru disaat situasi JAI menghadapi banyak ancaman.

Bahwa sebagai Sekr Kharijiah SS punya kekurangan, itu sangat manusiawi. Karena SS belum pernah aktip di PPMKAI, PPMA- bahkan juga di JAI Cabang asalnya. Kedudukannya sebagai Ketua ICMA (Ikatan Cendekiawan Muslim Ahmadiyah) tak serta merta memberi SS pengalaman berharga dalam memimpin komunitas internal JAI.

Kurangnya modal pengalaman organisasi di internal JAI, bukanlah sebuah alasan yang boleh untuk tidak mengundang SS dalam setiap  rapat pimpinan JAI  membahas sikon JAI yang berhubungan dengan  fihak luar. Karena , “itu jelas bidang tugas Kharijiah”!, ujar Kol Shahbudin Burhan- mantan Sekr Kharijiah PB- pereode  tahun 2000an- dalam sms nya kepada redaksi ( sms.Kol Shahbudin B. Srby 16.des 2007-jam 12.33: Skr Umur kharijiyah Dr. Sukmana Soma punya posisi = Skr PB lainnya, sm2 dipilih  oleh sidang paripurna MSN. Tdk ada yg 1 lbh tinggi dr lain atau yg 1 lbh menekan yg lain. Sikon internal yg dihadapi JAI  sepenuhnya peran UMUR KHARIJIYAH).

Secara khusus, konon PQ menasehatkan kepada JL, agar  bisa membawa kesejukan dilingkungan kepemimpinan JAI,  supaya tidak lagi ada  “nuansa permusuhan terhadap Tokoh-2 masyarakat” baik yang  membela maupun yang memusuhi JAI.

Karena, faktanya,diakhir tahun 2007, entah dari siapa sumbernya awalnya, telah beredar berita dikalangan JAI sekitar Jabodetabek.Yang jelas beberapa orang menyatakan menerima perintah agar menjauhi tokoh tertentu, yang selama ini justru dikenal dekat dengan  banyak Ahmadi, mulai dari tingkat anggota biasa, anggota PB maupun Mubaligh.

Redaksi sendiri memiliki banyak bukti, terkait dengan sikon-2  psikologis dikalangan JAI yang tidak kondusip itu. Banyak bukti dalam bentuk sms, catatan negatip tertulis, tuduhan tanpa bukti  yang terekam secara audio maupun visual.

Jika oknum JAI yang merasa pernah melemparkan sikap permusuhan, tuduhan negatip tanpa bukti, dan fitnah terhadap  Tokoh-2 Masyarakat yang pernah membela Ahmadiyah, tidak segera kembali ke Prinsip Dasar Nasehat Huzur ke:III ra- Love For All Hatred For None, maka oknum-2 semacam itu layak menerima “Hukuman Sangsi Berat dari Jemaat.

Jika Jemaat tidak memberi sangsi keras terhadap oknum-2 “pemfitnah” semacam itu, maka secara sengaja- sadar ataupun tidak, mereka telah menjerumuskan JAI kedalam konflik internal maupun exsternal yang sangat berbahaya. Tragedi Manislor akhir tahun 2007, dan berbagai ancaman terhadap JAI diberbagai daerah, adalah bukti riil buah sikap yang kurang bijaksana- dan kurang kooperatip- dari segelintir orang yang mampu mempengaruhi kebijakan Pimpinan JAI.

Qoyum & Managemen Positip
Dalam temu Apace dengan PQ 25/12/07, di Kuningan Jakarta, PQ menekankan pentingnya menyatukan segala potensi positip, yang ada dalam JAI maupun diluar JAI. Didalam Jemaat sendiri, demikian ujar PQ , isinya kan macam-2, tidak ada yang sempurna.

Artinya, tiap orang pasti punya unsur Positip dan Negatip. Jika kita ingin  JAI terus berkembang makin baik dan maju, layaknya sebuah Perusahaan, maka kita harus lebih banyak memadukan segala potensi positip, sambil menyingkirkan , atau sekurangnya melupakan dulu potensi negatip seseorang.

Kalaupun oknum-2 yang merasa sok suci, dan sok hebat, belum bisa bersahabat dengan tokoh-2 Masyarakat yang dianggap punya  banyak potensi Negatip, sebaiknya janganlah memusuhi, atau menyebarkan permusuhan , secara lisan, sikap maupun tulisan. Sebab, kata PQ lagi, kita akan repot menghadapi musuh-2 yang punya pengaruh kuat diberbagai komponen Bangsa.

Disaat PQ masih dirawat di RS MMC Kuningan Jakarta (2/1/2007), reporter lapangan melaporkan kepada Redaksi , bahwa sejumlah tokoh JAI melangsungkan pertemuan di GMHK dengan ABN- pengacara kondang, yang sering disebut-sebut sebagai pembela JAI.

Semula , konon, JL tidak akan diikutkan dalam  pertemuan itu, namun setelah  tawar menawar yang agak alot, akhirnya JL dibolehkan bergabung.  Intinya, pertemuan itu, JAI tidak ingin menuntut RISatu, dalam kasus penganiaayaan  yang menimpa JAI. Juga dibahas kaitanya dengan rencana dialog lanjutan  bersama DEPAG, Kejagung, Mabes Polri dll.

Qoyum & GM di Patra Kuningan
Entah karena terlanjur rindu ingin bertemu, atau karena hal lain, Kamis 3 Januari 2008 jam;07.22 GM sms  ke nks untuk memastikan kondisi kesehatan PQ. Bunyinya begini : Cek, apa Qoyum sudah sehat? Tiga menit kemudian nks telah menjawab dengan singkat sms ke GM begini : Masih di RS- mohon doa.

Yang anehnya, sementara GM terkesan ngebet pengin cepet ketemuan PQ padahal kondisi nya lagi sakit, dari arah Kubu Apace, TTS, HW dan BR menginformasikan ide untuk merancang  agar GM bisa menengok PQ di RS.

Nks. Tak buru-buru merespon niatan itu. Karena menyadari sikon  Pimpinan JAI yang merasa dekat dengan PQ, kurang suka atas  kontak pribadi GM  dgn PQ, maka nks minta dikonfirmasi ke BR, agar bisa memastikan bahwa sikon di sekitar RS tempat PQ dirawat cukup kondusip untuk menerima kunjungan GM.

Entah bagaimana jalan  ceritanya, setelah TTS mengabarkan jaminan BR bahwa  sudah beres soal sikon sekitar PQ, tiba-2 WSJ telah memastikan adanya kendaraan yang siap menjemput GM bersama Apace.

Kepastian tersedianya kendaraan yang siap jemput GM dan tim Apace, tak serta merta  membuat nks brani memastikan kontak ke GM.  Baru setelah ada kepastian jam 15.00 untuk  jemput GM, nks mulai loby GM.

Kamis 3 Januari 2008 jam: 10.30 nks segera kirim sms ke GM dengan bahasa budaya khas gabungan Jawa dan Jemaat bunyinya begini: Mohon GM berkenan menjenguk Qoyum dengan do’a dan cinta, jika berkenan- insyaAllah kami akan atur jemput GM, mohon konfirmasi dan mohon do’a.

Selang dua menit kemudian, GM telah menjawab dengan sms singkat: “Setuju”!  Nks setelah koordinasi dengan tim Apace melanjutkan informasi ke GM tentang jam kunjungan ke RS tempat PQ di rawat, sekaligus  info agar siap pada jam tersebut. Kurang dari lima menit, GM telah menjawab singkat lagi dengan sms :”InsyaAllah”!
Penyakit BR
Waktu terus bergulir. Persiapan masing-2 tim Apace  dengan tugas masing-2 pun makin mengkristal. Tiba-2 menjelang jam 15.00 BR kontak ke nks, mengatakan bahwa PQ telah pulang dari RS MMC Kuningan, dan kembali kerumah. Tentu saja nks terkejut. Karena ide awal GM kunjungan ke RS tempat PQ dirawat itu justru rancangan BR yang dikomunikasikan ke HW dan AADP. 

Setelah semua Ok- kontak ke GM pun mulus, eh, BR sambil mengemukakan berbagai alasan berniat membatalkan temu PQ & GM. “Kayaknya PQ keberatan menerima GM dirumah Patra Kuningan yang masih berantakan”, ujar BR cengengesan.

Dengan menahan jengkel dihati, nks minta agar BR dan keluarga datang langsung ker Patra Kuningan, untuk memastikan sikon setelah PQ pulang dari RS.

Singkat cerita, walaupun masih belum pasti betul, nks langsung meluncur ke PH-AA/3 , rumah GM, dimana AADP,TTS dan PK telah menunggu dengan kendaraan yang telah disiapkan WSJ.

Sebelum memastikan bagaimana cara ngomong ke GM tentang perubahan jadwal kunjungan, nks memperbincangkan agak njlimet dengan AADP, TTS dan PK. Sementara HW juga mendapat berita dari BR yang masih belum jelas sampai menit-menit akhir menjelang malam itu. AADP yang sudah lebih mendongkol dengan ulah BR, yang sudah puluhan kali bikin “stori  kekacauan”, kontak ke WSJ dan  berbagai jurusan ikutannya  sambil uring- uringan.

Nks, untuk menurunkan tensi kejengkelan, menyikapi sikon itu sambil tertawa-tawa kecut. Persoalanya, kali ini kita bikin janji dengan pihal luar, tokoh yang sudah berkali- kali dikhianati janji pejabat JAI. BR yang sudah berkali-kali bikin ulah ,sebelumnya masih termaafkan , karena belum fatal menyangkut pihak luar JAI. Tapi sekarang ini agak serius.

Ya, karena sebagai Ahmadi kita masih punya serep do’a, dengan sisa-2 potensi  do’a itu, akhirnya kita jalani semua sikon  sambil mengalir saja.

Pertemuan PQ dengan GM akhirnya terlaksana juga. PQ yang masih nampak lemes, menerima dengan gaya keramahan yang maksimal untuk ukuran orang yang baru sembuh dari sakit.

Dialog PQ –GM  berlangsung hangat, diselingi humor-2 segar khas Kyai NU, yang dibawakan GM agak kelewat vulgar. Tapi nampaknya PQ bisa menikmati candatawa dan humor GM dengan ceria pula. Berkali kali PQ tertawa terpingkal pingkal saat GM mengungkapkan berbagai  prinsip dan cerita seputar cara Manusia seperti GusDur dalam beragama.

Menurut PQ, sepanjang pengalamannya dekat dengan Gusdur, saat PQ berkunjung kerumah  Presiden RI ke IV itu, ternyata mantan Ketua Umum PB NU itu tak pernah sholat. Pernyataan PQ itu dibenarkan GM, karena menurut pengalaman persahabatanya selama puluhan tahun dengan Ketua Yayasan Simon Peres itu memang sangat  liberal.
Bahkan menurut GM, Gusdur sering menyatakan bahwa, yang penting setiap manusia percaya  kepada Tuhan. Soal Tuhannya apa, jangan dipermasalahkan. Kalau perlu Tuhannya tiyang listrik juga boleh, ujar GM- konon menirukan Gusdur. Jadi kalau kita keluar rumah , dan didepan halaman ada tiyang listrik, tiap saat kita  memberi salam sama Tuhan kita, ujar GM yang masih dibawakan sambil canda tawa.

Dibalik semua basa- basi berbalur sendau gurau itu, terselip pula pesan-2 dan strategi yang ditawarkan GM, untuk menghadapi sikon JAI yang terjebak dalam dilema pertarungan politik dari berbagai konponen Bangsa Indonesia.

PQ nampak sependapat dan menyetujui konsep-2 GM. Karena pada dasarnya PQ punya latar belakang pergaulan didunia politik yang tidak jauh berbeda dengan GM. PQ juga mengungkapkan  bahwa semasa masih kuliah di ITB, dengan teman-2 pergerakan diera pemerintahan Presiden Sukarno, PQ juga pernah ditahan 3bulan. Sementara GM berulangkali mengisahkan, bahwa di era Pemerintahan Suharto, sekurangnya juga sudah delapan kali ditangkap dan ditahan.

GM juga menyodorkan, hasil lobynya dengan KH Ma’ruf Amin, Ketua MUI, yang menyetujui 12 butir kesepakatan JAI dengan Pemerintah  didrop satu butir, sehinga sisa sebelas item saja. Butir yang dihapus adalah poin yang menyangkut Kenabian Hz Mirza Ghulam Ahmad as. Karena menurut GM , MUI sudah setuju, maka PQ berjanji untuk  menyampaikan ke AB, agar JAI juga setuju saja.

Yang kembali menggelitik angan , kali ini kembali PQ menanyakan tentang Candah nks, setelah sebelumnya mempersoalkan pembayaran candah TTS. Begitu getolnya para Pimpinan JAI menyelidiki data pribadi para aktivis Ahmadi yang bergerak dilingkar  terdekat para politikus Nasional, khususnya yang dekat dengan GM.

Pertanyaannya, kenapa dulu sebelum ada gerakan para aktivis, tak ada yang mempersoalkan ketika nks, dalam kurun waktu yang bersamaan , membayar Candah di beberapa Cabang pada bulan  dan tahun yang tidak berbeda?

 Dialog ke 7 di DEPAG
Senin,14 januari 2008 kembali digelar dialog mencari Solusi Permasalahan Ahmadiyah di Litbang Depag RI Komplek Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.

Prof Atho didampingi GM dan IrjenPol Saleh Saaf duduk di satu deret depan. Dari JAI hadir Amir AB, Anis,AS, PQ, AR dan BR, duduk didepan sayap kanan bersama beberapa  peneliti Depag dll. Sementara beberapa anggota PB GAI duduk di depan sayap kiri bersama para pejabat Depdagri dan Prof Azyumardi Azra cs- yang mewakili kantor Wapres. Nks berbaur dikelompok Depdagri , Wapres dan Mabes Polri itu.

Jam 09.00 GM , Prof Atho, nks dan Irjen Saleh Saaf ngobrol dulu di ruang kantor  Kepala Litbang Depag.

Jam.09.43, empat orang itu memasuki ruang rapat lantai 4, dimana semua tamu undangan telah hadir menunggu.
Rapat segera dimulai, dipimpin langsung Prof Atho. Dialog ke 1 sd ke 5 di Depag sebelumnya biasanya berakhir sekitar jam 12.00 atau usai shalat Dzuhur dan makan siang. Tapi pada dialog ke 7 kali ini, karena pembahasan agak alot, sampai jam 14.00 belum ada titik temu dari semua pihak.

Rapat ditunda. Semua hadirin dipersilahkan makan  nasi  kardus yang telah disiapkan di meja masing-masing. Usai makan siang, pembahasan dilanjutkan. Poin  dua dan empat yang jadi pembahasan alot berhasil disepakati. Menjelang jam 15.35 penandatanganan kesepakatan 12 butir dilakukan oleh 10 tokoh penting dalam Dialog ke 7 itu.

Konferensi Pers 12 Butir
Selasa 15 Januari 2008, untuk mensosialisasikan kesepakatan 12 butir JAI yang ditandatangani 10 tokoh itu, digelar Konferensi Pers di Litbang Depag TMII.Lebih sepuluh wartawan Media Elektronik dan Media Cetak hadir.

Prof Atho memberi pengantar pada Konferensi Pers yang dimulai jam 09.lewat beberapa menit itu. Amir JAI –AB membacakan Penjelasan PB JAI yang 12 butir itu didampingi para penandatangan yang ikut dalam dialog sehari sebelumnya ditempat yang sama.

Usai Konferensi Pers,  beberapa wartawan memburu Prof Atho dengan sejumlah rentetan pertanyaan, namun sayang  Amir JAI- AB keburu pergi bersama Sekum AS. Kesempatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Media yang datang atas Undangan Mabes Polri justru tak dimanfaatkan oleh Pimpinan JAI, yang sebenarnya sedang perlu menjalin komunikasi aktip dengan Media.







Kharijiah Program
Format/ Agenda Pertemuan Dengan Dr.KH. Muhammad Al Qatat (MAQ)PB Hisbut Tahrir Indonesia.
Prologue:

  1. Penjelasan MAQ tentang HTI di PH Jkt. Jumat 31/8/07. Menurut MAQ, HTI selalu menyampaikan program dengan damai, demo tidak bawa pentungan tapi bawa permen. Dan sempat dinobatkan sebagai “Demo terbaik Andalan Wisata Jakarta 2002” oleh Kapolda DKI.
  2. Pendapat MAQ bahwa sesungguhnya yang diperlukan Rakyat adalah hanya cukup sandang pangan , damai dan makmur, tidak peduli siapapun dan dengan system apapun Pemimpinnya memerintah. Mau Raja kek, Komunis kek, Demokrasi, atau apapun yang penting kebutuhan Rakyat terpenuhi.
  3. MAQ juga menyatakan bahwa selalu siap untuk berdialog untuk menemukan kesepakatan pendapat. Ketika MUI menyindir isu  kesetiaan pada NKRI- usai HTI menyelenggarakan pertemuan Internasional di GELORA SENAYAN yang menghadirkan hampair seratus ribu orang, MAQ langsung datang ke MUI dan menjelaskan bahwa HTI sepenuhnya mendukung NKRI. HTI ingin tidak sejengkalpun wilayah NKRI berkurang kalau nambah boleh. Kalau perlu kita satukan dari MAROKO sampai MERAUKE. Ketika Timor Timur lepas dari NKRI, HTI berujar akan merebutnya kembali walau 25 tahun yad.Keutuhan NKRI harga mati bagi HTI.
  4. Berkaitan dengan kesiapan dialog, MAQ mengaku tidak tahu kalau MUI belum ngajak dialog JAI, tapi sudah mengeluarkan FATWA mengkafirkan dan menyatakan sesat terhadap Ahmadiyah. Yang difahami MAQ, MUI menyerukan agar Ahmadiyah kembali kejalan yang benar, kembali ke Islam. Tapi kalau memang Ahmadiyah punya Hujah yang  kuat dan meyakinkan sebaiknya datangi MUI , ajak dialog. Jangan hanya ngadu ke DPR. Karena DPR juga malah makin nggak ngerti. MAQ juga menyatakan siap menyampaikan ke MUI agar Ahmadiyah di panggil untuk berdialog. Mungkin saja MAQ juga belum tahu, bahwa di tahun 80 an JAI telah beberapa kali mengajukan permohonan untuk mengadakan dialog dengan MUI , namun dijaman HAMKA itu menolak dengan tanpa memberikan alasan yang memadai.
  5. Ketika ditanya ASEP bagaimana HTI akan menyatukan umat Islam yang aneka  akidah itu dalam wadah Khilafah dan Syariah? MAQ menjelaskan , walaupun kondisi umat Islam di Indonesia masih mayoritas Islam KTP , ide Khilafah harus mulai diwacanakan, kalau tidak , kapan? Karena sesungguhnya  problem kelemahan menyatukan Umat Islam hanya karena ketiadaan IMAM yang diakui secara International. Kalau kita mau menerapkan Hukum Islam di Indonesia saat ini jelas nggak mungkin, tapi kalau memrosesnya kearah itu mungkin. Karena kalau tidak diproses dari sekarang, kapan?
  6. Pertanyaannya, bagaimana konsep HTI untuk menghadirkan IMAM yang bisa diterima secara International?
  7. Andai konsep dan akidah kita berbeda, dan tidak bisa dipersatukan, bisakan secara pribadi hubungan antar sesama umat Manusia, dan sesama Warga Bangsa Indonesia kita menjalin kerjasama dalam meraih kemajuan keadilan , kedamaian dan kemakmuran Indonesia , bahkan juga bagi umat manusia sedunia?
  8. MAQ tertarik pada Fidel Castro Cuba yang menggratiskan Pendidikan ser Layanan Kesehatan bagi Rakyatnya, dan dijadikan cor Obyek Wisata andalan Cuba.
  9. Siapa tahu ,kata MAQ, GM diberi amanat Allah untuk memimpim Indonesia 2009. Karena sudah biasa ngaji dengan tafsir-2 Islam tentu mudah kita menerapkan Khilafah Syariah. Bali mungkin jika tidak perlu Merdeka, karena bisa dirunding dengan Dr. Anak Agung.
  10. System Hukum dan Konstitusi Indonesia belum final, karena  sejak Merdeka sudah berganti ganti berkali kali. Tapi belum pernah pakai sistem Islam sudah ditolak!
  11. MAQ walaupun di MUI tidak seperti yang suka main sikat-sikat, namun terus mengembangkan wacana.
  12. Kebutuan Dasar Rakyat Sandang,pangan Papan. Lalu meningkat ke Pendidikan, Kesehatan  dan Keamanan.
  13. MAQ, APBN Pendidikan 25T, Kesehatan 13 T, padahal ada Pos Mubazir di APBN yakni pos Pembayaran Bunga Utang = 85 T
  14. MAQ: Islam bukan buatan Qutub, Mirza maupun Muhammad. Tapi buatan Allah untuk semua Manusia.
  15. Islam jika berkuasa mlindungi penganut Agama lain. Contoh Khalifah Umar yang menjatuhkan hukum cambuk pada anak Gubernur Mesir yg  Islam, karena  mendholimi anak Kristen, soal balap unta/kuda?.



Catatan : Abu Hafaseham
Didepan Hotel Ashok Palace, New Delhi- India, Bajaj yang kami tumpangi berhenti. Dengan Bahasa Urdu- Hindi bercampur Inggeris logat India si Sopir menunjuk kearah Hotel Berbintang lima itu, meminta kami turun dan segera membayar 85 rupees. Sadar bahwa bukan Hotel itu tempat kami menginap, saya menjelaskan pada si Sopir Bajaj bahwa kami menginap di Asok Plaza, bukan di Asok Palace.
 






Ashok Hotel
Ashok Palace adalah Hotel Bintang Lima, tempat Pak Pipip Sumantri Cs menginap, sementara saya dan Pak Ukun Cs menginap di Asok Plaza, yang mungkin hanya berbintang Tiga. Begitu mendengar penjelasan saya, sambil mengamati kartu nama Hotel yang saya sodorkan, si Sopir Bajaj minta tambahan ongkos 85 rupees lagi. Jadi total 170 rupees, atau setara dengan 17 ribu rupiah. Bayaran Bajaj itu lebih mahal dari beaya naik taxi, yang hanya 150 rupees,atau setara dengan 15 ribu rupiah, dengan jarak yang sama ketika kami berangkat dari Hotel Asok Plaza menuju Masjid Ahmadi New Delhi- dekat Batra Hospital.


Tipu-tipu berlagu gaya Sopir Bajaj India yang menimpa kami itu berawal dari “Jasa Baik” Tuan Shamsir Ali. Ketika saya dan Pak Musa tiba di Masjid Ahmadi New Delhi, Pak Basyith, Pak Shamsir dan beberapa orang lainnya bertanya, menginap dimana? Kesini naik apa? dan sebagainya. Saat saya jelaskan bahwa saya nginap di Asok Plaza dan naik taxi menuju Masjid ini, dengan ongkos 150 rupees, beliau-beliau berkomentar: Kemahalan! Perbandingannya, Pak Basyith yang letak Hotelnya lebih jauh hanya membayar ongkos taxi sekitar 90 rupees. Jadi, Pak Shamsir menawarkan jasa baik , “nanti kalau mau kembali ke Hotel bilang saya , biar saya yang tawarkan taxi” , janji Pak Shamsir.
Setelah seharian kami mengambil gambar dan wawancara dengan sejumlah besar anggota Delegasi dari berbagai Negara yang singgah di Masjid New Delhi, kami bergegas kembali ke Hotel. Diantar Pak Shamsir yang segera menawar Bajaj dengan Bahasa Urdu yang medhok. Maklum Pak Shamsir sudah lebiih lima tahun study di Pakistan, sehingga sopir Bajaj menyerah dengan ongkos 85 rupees dengan janji mengantar kami sampai di Hotel Asok Plaza. Dari sinilah tipu Lagu Gaya Bajaj India dimulai.
Dari depan Akademi Publisistik Indira Ghandi, tak jauh dari Mesjid Ahmadi New Delhi , saya dan Pak Musa mulai melangkah memasuki Bajaj. Supir Bajaj yang berkumis tebal itu segera menstater kendaraan roda tiganya, dan melesat kencang menyusuri jalanan Ibu Kota India. Seingat saya, tak ada kendaraan roda empat, seperti taxi dan mobil penumpang pribadi lainnya yang mampu mendahului Bajaj yang kami tumpangi.

 







Saya bisa memaklumi kecepatan Bajaj yang kami tumpangi, karena saya pikir, mungkin, kendaraan itu terawat dengan baik karena selalu memakai suku cadang asli buatan India. Tempat kendaraan itu “dilahirkan” dan kini beroperasi! Hanya saja , yang membuat saya mulai curiga, adalah kelakuan si Sopir Bajaj, yang sejak start dan sepanjang perjalanan terus melantunkan lagu berbahasa Hindi campur Urdu, dengan irama yang agak menghentak- hentak. Irama lagu itu seakan mengiringi goyang roda dan kemudi Bajaj yang terus meliuk-liuk menyalip bermacam kendaraan, tanpa kendaraan lain bisa menyalip Bajaj kami.
Tiba-tiba dengan memiringkan badan, si Sopir memotong arus lalulintas , dan dengan sedikit menimbulkan kejengkelan para pengemudi yang berlawanan arah, Bajaj kami merapat kearah pompa bensin.Ya, Bajaj kami menambah bahan bakar.Usai isi bensin, Bajaj kami segera tancap gas kencang-kencang lagi. Kurang dari setengah jam Bajaj kami sudah sampai didepan Hotel Asok Palace.
Didepan Hotel Bintang lima itu terjadi adegan seperti yang dituturkan diawal cerita ini. Tapi tidak cuma itu. Ketika kami belum mau membayar, dan belum juga turun dari Bajaj, sopir berkumis tebal itu dengan kasar membuka pintu Bajaj dan membentak kami agar segera turun dan membayar ongkos. Dan tangannya menadah ,dengan gaya agak mengancam!
Sebagai orang yang pernah besar dan hidup di jalanan kota Metropolitan, emosi saya mulai terpancing oleh ulah sopir India yang berangasan itu. Dalam hitungan saya, tidak terlalu sulit untuk membuat sopir pemarah itu bungkam, bahkan pingsan beberapa puluh menit , sehingga kami bisa ganti kendaraan menuju Hotel Asok Plaza tempat kami menginap.
Pak Musa yang anak tentara ternyata lebih sabar dari saya. Dengan cekatan , pemuda Jangkung yang dikemudian hari menjadi Sadr MKAI itu, segera menyatakan setuju membayar 85 rupees lagi kepada sopir Bajaj, dan perjalanan pun dilanjutkan tanpa ada keributan yang berarti. Artinya, ya tadi, kami jadi terpaksa “setengah tertipu” , membayar Bajaj lebih mahal dari naik taxi di India!
Sejak saat itu, jika saya pergi bersama rombongan yang lain, saya selalu menjadi “juru tawar” jika naik kendaraan atau membeli sesuatu barang apapun di India. Padahal Bahasa Inggeris saya patah-patah, dan sayapun tak begitu faham bahasa Hindi maupun Urdu. Caranya , saya selalu bawa kertas dan pulpen, dan menuliskan dengan huruf-2 isyarat kepada sopir atau pedagang India.
Jika saya menawar seratus rupees misalnya, maka saya tulis di kertas angka 100 dengan tanda tanya seperti ini:100? Kemudian dibawah tulisan itu saya minta sopir atau pedagang menuliskan angka harga yang disetujuinya. Jika belum cocok, kami akan bergantian menulis dikertas yang saya pegang, hingga tawar menawar itu mencapai kesepakatan. Hasilnya, sejak kasus “Bajaj Berlagu” itu, saya tak pernah lagi tertipu di India.
Konon , menurut Ir. Syarif Lubis Msc., jika belum pernah ditipu, maka kita dianggap belum sampai di India. Padahal, sesungguhnya, kenapa kami sampai bisa kena tipu-tipu Bajaj Berlagu India itu, karena kami tidak mempergunakan bahasa yang dimemengerti oleh kedua belah fihak. Yakni: antara Penumpang dan Sopir Bajaj.
Jika Ketika menawar taxi dari Ashok Plaza ke Masjid Ahmadi kami pakai bahasa Inggeris, walaupun bayar 150 rupees kami tak ada masalah. Tapi ketika menawar Bajaj, Pak Shamsir yang “membantu” kami memakai bahasa Urdu, padahal beliau tidak ikut naik Bajaj, dan kami yang jadi penumpang tak faham bahasa Urdu. Akibat komunikasi yang tidak nyambung antara penumpang dan sopir Bajaj itulah, maka tipu-tipu Bajaj Berlagu Gaya India bisa terjadi…..


Catatan Kontemplasi: Kukuh –jkt 2007
Mas Syukur adalah Pria sederhana Pengusaha Hotel dengan ciri khas Pemandian dan Kolam Renang Air Panas terbaik di Asia Tenggara, pinjam istilah Gus Miftach. Dari keuletannya menekuni dunia Pariwisata, Lelaki kelahiran Garut Jawa Barat ini beberapa kali harus ketemu beberapa Presiden RI, sejak Soeharto sampai kini, hanya untuk menerima Penghargaan Pemerintah.
 






Kampung Sumber Alam - Cipanas, Garut
Jauh sebelum Mas Syukur terjun sebagai Pengusaha dibidang Pariwisata, pemilik suara Tenor ini memang sejak muda telah gemar melanglang buana. Dari Bermuda sampai Negeri Sakura, mulai Singapura sampai Singaparna, bahkan mungkin juga menyeberangi Laut Merah sampai laut Hitam, sudah dilakoninya.
Kini, ketika status Pengusaha disandangnya,setiap tahun Mas Syukur punya jadwal menghadiri Konferensi Komunitas Agama Internasional di Inggeris, Jerman, Jepang, Australia, Kanada, Amerika dan sebagainya. Uniknya, walaupun disediakan Penginapan sekelas Hotel Bintang Lima diberbagai Negera itu, jika Konferensi berlangsung, Mas Syukur lebih memilih tidur menginap di Masjid atau di tenda-tenda lapangan terbuka yang juga disiapkan Panitia.
Salah satu fasilitas Panitia yang tak ditolak Mas Syukur adalah sarana transportasi Gratis untuk berkeliling dibeberapa kota besar Eropa seperti London tersebut. Yang tidak kalah menarik, sopir mobil yang mengantar Syukur juga tidak dibayar Panitia, karena para sopir itu juga berstatus Peserta Konferensi yang datang lebih duluan, dengan niat sengaja ingin jadi sukarelawan untuk mengkhidmati para tamu Masih Mau’ud as.
Sambil berkeliling kota menikmati pemandangan Eropa, Mas Syukur mulai membuka dialog dengan Sopir yang dengan takzim setia mengantar kemanapun tujuan sang Tamu. “Sudah lama tiba di London”?, tanya Mas Syukur. “Jauh Sebelum Konferensi dimulai , saya sudah datang dan langsung mendaftar ke Panitia sebagai tenaga Sukarelawan Wakaf Arzi”, jawab sang sopir.

 











London
Mendengar jawaban sopir, Mas Syukur berfikir, tentulah sopir ini termasuk orang kaya. Soalnya, bagi orang Indonesia, untuk bisa datang ke London- UK dan nginap tiga hari saja, sudah lumayan menguras kantong. Itu karena tingginya harga kebutuhan hidup sehari-hari di London. Mulai makan, transportasi, dan penginapan. Dan sopir ini sudah datang ke London jauh sebelum Konferensi dimulai. Padahal Mas Syukur saja, bisa agak mengatur isi kantong karena mendapat hak Gratis Tiga Hari Tiga malam, mulai Akomodasi, Konsumsi maupun Transportasi, sesuai tradisi dalam Islam yang diterapkan Panitia.
 











Bendera negara-negara dikibarkan dalam sebuah pertemuan agama di Inggris.
Setelah ngobrol lama barulah Mas Syukur tahu, rupanya sopir itu memang datang dari salah satu Negara Asia Selatan yang bukan termasuk negara Kaya. Hanya sopir muda ini berani mengadu nasib berwirausaha di London, dengan tingkat usaha sekelas maklar kendaraan bermotor.
Mas Syukur tambah ingin tahu keadaan si sopir, dengan asumsi perbandingan, jika Pengusaha Hotel seperti dirinya saja harus mengirit membelanjakan duitnya di London, kira-kira berapa penghasilan sopir yang sekelas maklar motor itu? Kembali Mas Syukur mengejar tanya : “Apakah Tuan tidak merasa cukup berat bersaing usaha dengan para wiraswastawan London yang juga datang dari berbagai belahan Dunia lainnya itu”? Dengan tenang sopir muda itu menjawab :”Semua tergantung niatnya”!
Jawaban si sopir tentu membuat Mas Syukur makin penasaran, apa hubungannya antara niat dengan persaingan usaha di kota sebesar London? “Tuan bisa menjelaskan tentang istilah tergantung niat tadi”? desak Mas Sykur lagi. “Ya, tentu saja bisa”! jawab sopir muda tadi tetap dengan mimik yang tenang, sambil melanjutkan bicara. “Ketika saya meninggalkan Negeri saya datang ke London ini untuk bekerja , niat saya agar saya tetap bisa ikut mensyiarkan Agama Allah”!
 



Dari kanan ke kiri KH.Agus Miftach, R.Syukur Maskawan dan Kukuh.









Dari kanan ke kiri KH.Agus Miftach, R.Syukur Maskawan dan Kukuh.
Wah, itu sih jawaban yang terlalu Filosofis, pikir Mas Syukur. Bahkan kalau didengar Gus Dur atau Gus Miftach, bisa dianggap jawaban berbau Mitos yang agak jauh dari Logos. Tapi seakan memahami pola pikir Mas Syukur, dan kebanyakan orang Indonesia, si sopir segera melanjutkan penjelasannya. “Teman-teman saya sesama pengusaha yang datang dari berbagai Negara ke London, untuk ukuran perolehan materi atau penghasilan , dalam kurun waktu yang sama tidak jauh beda dengan yang saya peroleh. Ada yang lebih kaya sedikit, ada pula yang dibawah saya”.
Kali ini Mas Syukur makin penasaran memandangi bahasa tubuh dan lisan sang sopir , ketika anak muda itu merajut kalimatnya dengan tenang dan tekanan nada penuh makna. “Ya , kami para pengusaha sama-sama datang ke London, kemudian sama-sama berhasil menjadi kaya. Bedanya, teman-teman saya ,ya niatnya dari awal memang hanya mencari kekayaan itu. Sedangkan saya berniat berwira usaha agar bisa ikut ambil bagian dalam Syiar Agama Allah. Kini hasilnya, ketika saya bisa dengan tenang, santai , mengobrol dengan para tamu Konferensi,dari berbagai Negara, Order tetap datang , yang artinya uang juga datang. Sementara teman-teman saya pengusaha lainnya, mereka terus tanpa henti mengejar “dunia” itu, dan belum tentu tiap hari berhasil”!
“Jadi, ketika niat teman-teman saya hanya mencari Dunia, sehari hari mereka hanya Mengejar Dunia, dan belum tentu dapat. Tapi kami yang dari awal , mencari Dunia dengan niat mengkhidmati Agama, sehari hari kami Dikejar Dunia , namun tetap bisa dengan tenang menikmati KaruniaNYA”!


Sunting Edit: Kukuh-2007
 











Foto atas: Arena Pertemuan Tahunan 2006 (Jalsah Salanah) kaum Ahmadi di London-UK. Tempat seperti itu biasa mereka bangun di Pakistan, India, Canada,German, Indonesia, Australia dan berbagai negara lainnya, yang semula kawasan tandus menjadi bak tanah “Syurga”.

Padang tandus seluas 1034 kilometer persegi itu hanya dihuni oleh, ular, kadal dan kalajengking. Ketika malam tiba, suara lolong serigala dan serangga malam bahkan mampu menegakkan bulu roma. Hampir tujuh bulan tak ditemukan mata air saat berkali - kali dibuat sumur, ketika ribuan orang Ahmadi awal tengah berjuang untuk membangun sebuah “Kota Baru - Rabwah”, menyusul exodus besar akibat perpisahan India dan berdirinya Pakistan.
Rencana-rencana untuk kota baru itu disetujui, dan orang-orang Ahmadi awal sampai dilokasi tersebut tanggal 19 September 1948. Mereka harus menegakan tenda-tenda yang akan memberikan akomodasi sementara bagi para sukarelawan yang akan mendirikan kota baru itu. Diantara mereka terdapat pemuda belasan tahun - Mirza Tahir Ahmad, yang dikemudian hari menjadi Khalifatul Masih ke IV Ahmadiyah, dan mengunjungi Indonesia tahun 2000, diterima Gus Dur selaku Presiden RI dan Amin Rais sebagai Ketua MPR ketika itu.
Bangunan-bangunan pertama didirikan dari batu-batu bata yang dibuat sendiri serta pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibeli dari bekas lokasi yang ditinggalkan.Bangunan-bangunan kecil tak mencolok dari batu bata segera memenuhi lokasi 3000 rumah tinggal yang dirancang dalam rencana kota.
Kehidupan tidak mudah. Setiap keluarga diberi dua tempat tidur, satu lampu, dan sebuah ember untuk keperluan rumah tangga. Suplai air sangat sedikit. Ahli-ahli geologi mengatakan ada air dibawah tanah, tetapi tidak dapat ditemukan. Barulah tujuh bulan kemudian, dalam April 1949, ditemukan sumur pertama yang berair.
Hampir empat puluh tahun kemudian, 1982- disana tumbuh rerumputan dan pohon – pohon serta terdapat jalan- jalan lebar dan rumah-rumah bagus. Kota ini mempunyai 40 masjid dan berpenduduk 45 ribu jiwa karena sudah menjadi pusat Jemaat Ahmadiyah.Salah satu bangunan megah ditengah kota, bernama Masjid Aqsa, dapat memuat lima belas ribu jemaah, tetapi tetap saja tak cukup tempat bagi seluruh hadirin yang ingin mendengarkan khutbah. Pengeras suara meneruskan khutbah pada ribuan orang yang menunggu diluar mesjid.
Yang menarik, sejak awal tahun 2000, kota Rabwah juga memiliki Rumah sakit dengan fasilitas termodern didunia, dengan paramedis dan Dokter terbaik lulusan Amerika dan berbagai Negara Eropa lainya. Dari kota itu pula, para sukarelawan Ahmadi menyebarkan misi Islam ke lebih 180 Negara di dunia, melalui koordinasi dengan pusat siaran Televisi Muslim Ahmadiyah , yang mengudara nonstop 24 jam tiap hari , dan dipancarkan langsung dari London UK.
 













 


























Foto atas: Berbagai kesibukan liputan Televisi Dakwah Islam dikumandangkan Ahmadiyah dari Rabwah- Pakistan berkoordinasi dengan studio Pusat Muslim TV Ahmadiyah International (MTA) London -UK yang mengudara 24 jam nonstop tiap hari.
Namun cerita panjang Mengubah Neraka menjadi Syurga itu, bisa pula kita simak agak rinci seperti yang dituturkan Ian Adamson, penulis Besar beragama Katolik berkebangsaani Inggeris, dalam bukunya Man Of God. Buku yang bahannya dikumpulkan selama belasan tahun, melalui survei dan pergaulan langsung Sang Penulis dengan berbagai kelompok dalam komunitas Muslim Ahmadiyah diberbagai Negara itu, nukilan gaya sentimentalnya bisa kita ikuti seperti berikut ini:
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Raja George VI, yang memerintah India, berkendaraan resmi menuju Istana Westminter untuk membuka babak baru Dewan Rakyat. Partai Buruh yang sosialis telah memperoleh kekuasaan dengan suara mayoritas dan membentuk pemerintahan baru. Pidato dari singgasana yang disampaikannya kepada hadirin yang terdiri dari para anggota House of Lords dan house of Commons merupakan pernyataan mengenai pemerintah yang baru karena raja secara konstitusi berkedudukan diatas politik dan tidak mempunyai hak pendapat. Kebijaksanaan partai buruh adalah agar seluruh rakyat didalam kemaharajaan mengatur diri mereka sendiri didalam Negara-negara yang merdeka.
“Sesuai dengan janji-janji yang telah diberikan kepada rakyat India saya, Pemerintah saya akan melakukan hal yang terbaik untuk mengadakan, dengan kerjasama bersama para pemimpin opini India, realisasi dari pemerintah mandiri India yang sepenuhnya,”kata raja.
“Janji itu menjadi kenyataan pada tanggal 15 Agustus 1947 : kenyataan yang tragis,” tulis Zafrullah Khan kemudian hari.
Earl Mountbatten, Gubernur Jendral India terakhir, harus berjuang untuk tetap mempersatukan anak benua ini sebagai satu kesatuan politik, tetapi sejarah menentangnya. Kedua kebudayaan utama di anak benua itu, Islam dan Hindu , sudah hidup berdampingan selama 8 abad.
Tentunya mereka telah melakukan aksi dan reaksi terhadap satu dengan yang lain tetapi tidak ada percampuran dalam skala besar dan tentunya tidak ada peleburan membentuk satu amalgam. Salah satu sebabnya adalah setiap kebudayaan itu berasal dari agama dan diantara keduanya tidak ada titik temu. Hasilnya adalah orang-orang Islam dan Hindu membangun dua Negara dan bukannya membangun dua masyarakat, demikian kata para pengamat. Kaum minoritas Islam yakin bahwa dalam India yang bersatu mereka tidak hanya akan menjadi sebuah angka minoritas tetapi juga satu masyarakat minoritas yang tertekan.
Pembagian India dimulai. Orang-orang yang telah hidup bertahun-tahun sebagai tetangga tanpa niat buruk tiba-tiba saling membenci satu sama lain. Tak seorangpun aman.
Dimana-mana penduduk mulai mempersenjatai diri mereka. Tahir saat itu merupakan anggota perkumpulan pemuda Ahmadiyah, Khuddamul Ahmadiyah, dan mereka dibentuk menjadi kelompok atau betalyon untuk mempertahankan Qadian. Tujuh puluh ribu orang Islam membanjiri Qadian masuk dari desa-desa didekatnya. Disekitar mereka tinggal orang-orang Sikh dan hindu yang kejam.
 










QADIAN- India, puluhan ribu orang membanjiri kota Kecil tempat kelahiran Ahmadiyah itu sebelum terjadi pemisahan Pakistan dari negara induknya India 1947.
Kami telah tahu bagaimana cara menembak sejak masa kanak-kanak dan kami terbiasa bekerja dalam organisasi serta menerima perintah-perintah jadi kami mampu mengatur diri kami dengan segera,kenang Tahir.
Tidak ada kepangkatan tetapi kami diberi tahu orang ini adalah ketua kalianâ.
Dengan segera sejumlah tentara biasa dikirim kedaerah kami dan setiap orang dari mereka diberi tugas mengkomando suatu distrik tertentu. Ia menunjuk berbagai petugas dan kami disuruh mematuhi perintah-perintah orang tertentu. Orang-orang itu telah kami kenal sebelumnya.
Sisanya tidak kami kenal. System itu begitu terjaga sehingga jika seseorang tertangkap dan ditanyai ia tidak akan tahu siapa yang bertugas mengkomando daerah itu bagaimana perintah-perintah lain diatur.
Tidak ada tingkatan. Kami hanya tahu siapa yang harus kami patuhiâ. Kegemaran Tahir dalam berolahraga dan menembak membuatnya bisa dimaklumi ditunjuk sebagai penanggungjawab salah satu unit luar biasa ini. Ia diberi tahu bahwa tugasnyalah mengatur pertahanan pusat Qadian dari serangan apapun.
Penunjukan itu sangatlah penting tetapi tidak menyenangkan bagi saya. Saya curiga “ dan saya masih percaya – hal itu disengaja untuk menjauhkan saya dari bahaya. Bukan bahaya dalam arti bahaya pribadi, tetapi karena saya masih muda dan mungkin mencari keributan dan bukannya menghindarinya. Jadi mereka mengangkat orang-orang lain  yang usianya lebih tua “ pada daerah-daerah pinggiran dimana kemungkinan kericuhan lebih besar terjadi dan menyuruh saya ditengah.
Hal itu tidak menyenangkan saya sama sekali. Jadi saya tidak pernah terlibat dalam aksi apapun.
Tetapi ia terlibat dalam persenjataan dan ekskursi militer. Hal itu menyangkut persenjataan kaum Muslim yang dikumpulkannya di Qadian.
Semuanya terdaftar secara satuan jadi itu merupakan sedikit penyimpangan dari hukum yang ketat. Namun hal itu berarti jika ada bahaya serangan, senjata dapat langsung disiapkan serta langsung dapat disembunyikan lagi. Hanya sedikit orang yang tahu dimana senjata-senjata itu disimpan.
Jadi itulah tugas saya. Sekali, ketika sejumlah besar senjata tambahan datang, digali lubang dilantai rumah saya dan persenjataan itu dimasukan lalu tanah diisi dan diratakan kembali. Saya diperintahkan untuk tidak menyentuhnya dan harus melupakannya sampai saya diberi perintah. Ruangan itu dikunci dan mereka yang hadir berpencar.
Ketika saya mulai berpikir tentang tempat persembunyian saya bertanya pada orang-orang yang bersama saya untuk mengusulkan suatu tempat dimana senjata-senjata itu dapat disembunyikan tanpa dapat diketahui.
Mereka mengusulkan berbagai jenis tempat dan setelah mereka selesai dan saya berkata, ˜Baiklah, mari lihat suatu tempat yang belum disebutkan.
œtempat yang belum disebutkan adalah lubang asap !
Jadi saya perintahkan agar api kecil dihidupkan dan dinyalakan siang dan malam. Tapi pertama-tama kami membuka lubang asap dan meletakan rak-rak didalamnya sehingga senjata-senjata dapat ditempatkan disana dengan mudah.
Tak lama kemudian terlihat seperti hujan akan turun jadi saya meminta seorang sukarelawan naik kea tap dan menutup mulut lubang asap agar hujan tidak merusak senapan-senapan. Ketika ia sedang diatap saya melihat seorang wanita Sikh memperhatikannya dan hal ini mengganggu saya. Segera saja semua senapan saya turunkan. Saya bawa semuanya kerumah calon mertua saya. Karena saya harus kembali ke pos saya secepat mungkin, saya tinggalkan senjata-senjata itu diatas sebuah tempat tidur secara terbuka.
Pagi berikutnya saya keluar pagi-pagi dan melihat tentara-tentara India dimana-mana. Mereka berasal dari dua kesatuan tangguh “ Marhati dan Dogra “ dan sayangnya mereka terdiri atas banyak tentara yang anti-Muslim. Segera diumumkan bahwa mereka akan memeriksa semua rumah untuk mencari senjata. Rumah kami tentunya salah satu yang pertama diperiksa.
œSaya merasakan tiga kecemasan mendadak “ ada senapan-senapan dibawah lantai, ada rak-rak senjata dilubang asap “ dan saya khawatir karena tergesa-gesa mungkin kami telah meninggalkan sesuatu disana “ sementara dikamar tidur saya sejumlah besar peluru yang sedang saya ganti dari  kecil ke besar.
Para serdadu langsung menuju keruangan dimana senjata-senjata sudah dikuburkan dan mulai menggali. Tetapi senjata-senjata itu sudah hilang !
Belakangan saya diberitahukan bahwa senjata-senjata itu sudah diperlukan cepat-cepat ditempat lain jadi mereka sudah datang dan menggalinya ketika saya sedang keluar dengan senjata-senjata yang lain.
Ada seorang tetangga Hindu yang mendengar suara penggalian ketika senjata-senjata itu pertama kali disimpan dan ia telah memperingatkan tentara. Setelah itu para tentara langsung pergi kelubang asap. Wanita Sikh tadi telah memberitahu mereka bahwa kami melakukan sesuatu terhadap lubang asap. Mereka membiarkan seorang tentara turun dari atas, tetapi tidak ada apa-apa disana “ hanya sekotak peluru ukuran 0,25. karena kami mempunyai lisensi kami dibolehkan mempunyainya meskipun saya akui bahwa itu tempat yang sangat aneh untuk menyimpannya.
Kemudian mereka masuk kekamar saya dimana peluru-peluru itu terdapat dalam kotak-kotak dilaci saya. Seorang tentara mengangkat sebuah kotak dan menggoyangnya.
Kacang,katanya. Hanya kacang. Ia kembali menutup laci.
Itu merupakan satu-satunya krisis serius yang saya hadapi secara pribadi di Qadian dan kota ini, meskipun dikepung oleh tentara-tentara Sikh, tidak pernah diserang.
Tetapi pada bulan Agustus 1947 Jemaat ini menghadapi krisis yang tak terduga  keseluruhan wilayah telah jatuh kebagian Negara yang diperuntukan bagi India. Setelah banyak berdoa Khalifah memerintahkan pengosongan. Qadian, tempat dimana Ahmad telah dilahirkan, hidup, dan dikebumikan sudah tentu merupakan kota suci bagi semua orang Ahmadi, tetapi masa depan mereka terletak di Pakistan, Negara yang telah mereka Bantu ciptakan.
Namun suatu hari kelak, Khalifah berjanji, Jemaat akan kembali ke Qadian.
Pada tanggal 31 Agustus mesjid-mesjid, sekolah-sekolah, gedung perkantoran, dan rumah-rumah pribadi dikunci dan ditinggalkan, dan sekonvoi truk yang dilindungi kesatuan-kesatuan tentara bergerak keluar Qadian. Diatas truk-truk adalah segala yang dapat mereka bawa. Konvoi itu, diancam selalu oleh orang-orang Sikh, membawa mereka ke Lahore dan kenegara baru Pakistan.
Hz.Mirza Taher Ahmad (berkalung selendang) penggubah Puisi yang menyemangati para relawan pembangun kota Baru- Rabwah. Dalam foto Mirza Taher dikawal relawan bersenapan mesin, saat mengunjungi Qadian- India 1991 - setelah sekitar 47 tahun ditinggalkan pindah ke Rabwah Pakistan. Tahun 2000, dalam kapasitas sebagai Imam Ahmadiyah Internasional- Mirza Taher Ahmad juga mengunjungi Indonesia diterima Presiden KH Abdurahman Wahid dan Dr. Amin Rais- Ketua MPR RI ketika itu.
Tiga ratus tiga belas orang Ahmadi tinggal dibelakang untuk menjaga harta milik Jemaat sampai mereka dapat kembali lagi. Angka ini sama dengan jumlah orang yang bersama Muhammad, Rasulullah, pada perang Badr. Di Pakistan para anggota Jemaat berpencar untuk memulai suatu hidup baru. Keahlian dan pendidikan mereka sangat dibutuhkan ditanah air mereka yang baru.
Khalifah telah menububuwatkan bahwa mereka akan terpaksa meninggalkan Qadian. Wahyu tersebut diterbitkan pada surat-kabar Jemaat Al-Fazal bulan Desember 1941. Tetapi ia juga sangat yakin bahwa mereka akan kembali. Sementara itu mereka akan mendirikan sebuah kota baru “ yang akan bertempat diwilayah hijau dan menyenangkan dengan banyak pohon dan mata-air mata-air jernih. Tanah itu dikelilingi oleh bukit.
Wilayah seluas 1034 hektar ditepi barat sungai Cenab yang dibeli Jemaat dari Pemerintah tidak sesuai dengan wahyu Khalifah Kedua. Tidak-ada pohon-pohon. Tidak ada air. Tanahnya bergaram. Penghuni-penghuninya hanya ular dan kalajengking, serigala dan anjing hutan. Seorang Penulis Ahmadi menggambarkan kondidi aslinya sebagai œalam buas lepasâ. Lembah itu terletak enam mil dari kota Chiniot pada jalan dari Lahore ke Sarghodha, kira-kira mempunyai panjang tiga mil dan lebar satu mil. Disebelah utaranya terbentang pegunungan batu hitam.
Tetapi tempat itu mempunyai keunggula-keunggulan tertentu. Sungai Chenab yang mengalir melalui lembah dan jalan kereta api dari Lahore ke Sarghodha, yang membelah tanah yang mereka beli, menjanjikan komunikasi mudah dimasa mendatang. Tapi yang paling penting adalah fakta bahwa disana mereka akan ditinggalkan sendiri.
Kami lebih menyukai alam lepas ini daripada kota-kota untuk membuat orang-orang ingat pada tugas-tugas mereka, untuk mengatur mereka, dan memberi mereka pendidikan serta latihan moral,kata Khalifah.
Lembah ini, yang tingginya sekitar 600 kaki dari permukaan laut dan sekitar 20 kaki diatas dataran sekitarnya, akan menjadi tempat penyelamatan mereka sama seperti gambaran Al-Quran tentang tempat penyelamatan Maria dan Yesus oleh Tuhan.
Dan kami jadikan anak Maria serta ibunya sebagai tanda dan kami beri mereka tempat berlindung pada sebuah tanah yang terangkat dengan lembah-lembah hijau dan mata-air mata-air yang mengalir.”(QS,23:51)
Dalam bahasa Arab kata untuk sebidang tanah yang terangkat demikian adalah Rabwah. Jadi itulah seharusnya nama kota baru mereka, Khalifah memutuskan.
Sebelumnya, ketika beliau pertama kali melihat lembah itu, beliau menyatakan, “Tempat berlindung yang saya lihat dalam wahyu menyerupai ini dalam banyak segi. Misalnya tempat ini dikelilingi bukit. Tetapi tempat ini kosong sementara tempat yang saya lihat sangat subur hijau. Mungkin tempat ini akan menjadi demikian melalui usaha kita
Rencana-rencana untuk kota baru itu disetujui dan orang-orang Ahmadi awal sampai dilokasi tersebut tanggal 19 September 1948. Mereka harus menegakan tenda-tenda yang akan memberikan akomodasi sementara bagi para sukarelawan yang akan mendirikan kota baru itu. Diantara mereka terdapat Tahir.
Bangunan-bangunan pertama didirikan dari batu-batu bata yang dibuat sendiri serta pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibeli dari bekas lokasi yang ditinggalkan.
Bangunan-bangunan kecil tak mencolok dari batu bata segera memenuhi lokasi 3000 rumah tinggal yang dirancang dalam rencana kota.
Kehidupan tidak mudah. Setiap keluarga diberi dua tempat tidur, satu lampu, dan sebuah ember untuk keperluan rumah tangga. Suplai air sangat sedikit. Ahli-ahli geologi mengatakan ada air dibawah tanah, tetapi tidak dapat ditemukan. Barulah tujuh bulan kemudian, dalam April 1949, ditemukan sumur pertama yang berair.
Untuk menjaga semangat Jemaat, sebuah system pengeras suara dipasang agar pesan-pesan dapat disiarkan dan didengar oleh setiap orang yang bekerja di Rabwah. Suatu malam Khalifah sedang berada dirumah beliau ketika pengeras suara berderak dan hidup kemudian beliau mendengar suara seorang pemuda membacakan puisi yang menyentuh hati.
Kerja keras mereka mendapat penghargaan, kata pemuda itu. Sukses hampir diraih. Puisi itu mendorong setiap Ahmadi untuk berusaha lebih giat.
Khalifah keluar dari rumah beliau untuk mendengarkan dengan lebih baik, beliau berdiri dipagar yang melingkari taman.
Itu adalah jenis puisi yang kita butuhkan pada masa seperti ini,kata beliau,Saya bertanya-tanya siapa gerangan dia
Istri beliau memandang tercengang.tidaklah engkau mengenali suaranya,katanya.Itu Tahir.
Khalifah mendehem dan masuk ke rumah tanpa berkata apa-apa lagi. Bagi orang biasa mungkin terlihat bahwa beliau agak kecewa karena telah memuji Tahir secara tak sengaja.
Dari suatu segi hal itu benar. Beliau mengetahui suatu rahasia yang pernah disampaikan ibu Tahir kepada seorang temannya dan disuruhnya bersumpah untuk merahasiakannya.
Tahir sendiri tidak ragu pada kecintaan ayahnya yang besar terhadap seluruh putra-putri beliau, termasuk dirinya.
Tetapi beliau selalu mencoba menyimpan emosi beliau tetap terjaga,katanya. Bagaimanapun,puisi-puisi Mirza Tahir Ahmad ikut menjadi saksi keberhasilan para Ahmadi mengubah Padang Neraka menjadi Lembah Syurga.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar