Pengajian Keseratus Enambelas (116),
Oleh : KH. Agus Miftach
Assalamu’alaikum War. Wab,
Bismillahirrahmanirrahiem,
“Dan Orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
berkata,”Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah, bahkan apa yang ada di langit
dan di bumi adalah milikNya. Mereka tunduk kepadaNya, (116) Yang Menciptakan
langit dan bumi. Dan apabila Dia berkehendak pada sesuatu, maka dia hanya
mengatakan padanya,”Jadilah !” Maka jadilah ia.” (117) ; Al-Baqoroh : 116-117.
Kita akan membahas kedua ayat ini dengan
pendekatan eklektik-multiperspektif, baik dari perspektif teologi, antropologi,
historiografi maupun psikologi secara holistis untuk memperoleh kajian yang
mendalam dan komprehensif agar dapat dicapai pemahaman yang mendalam.
Pokok Bahasan
Jumhur mufassirin berpendapat bahwa ayat ini merupakan bantahan terhadap faham
kaum Yahudi dan Nasrani bahwa Allah beranak. Ibnu Katsir menambahkan dengan
kaum musyrik (paganis) Arab yang menganggap malaikat sebagai anak perempuan
Allah.
Narasi Jalalain dan Ibnu Katsir menggambarkan
suatu bantahan dari persepsi biologis bahwa Allah beranak sedangkan Dia tidak
beristri. Dalam hal ini Ibnu Katsir menunjuk kasus Isa Al-Masih yang dinyatakan
sebagai anak Allah oleh kaum Nasrani, sementara Jalalain menambahkan dengan
kasus Uzair yang dinyatakan oleh kaum Yahudi sebagai anak Allah (vide,
At-Taubah : 30). Hal ini menunjukkan kurang mendalamnya pemahaman para mufassir
abad ke-7 Hijriyah atau abad ke 12 Masehi itu terhadap teologi Nasrani dan
Yahudi kecuali hanya kulit luarnya saja.
Isa atau Yesus sendiri tidak pernah
menyatakan bahwa dirinya sebagai Anak Allah dan Ilahi. Perubahan status Yesus
dimulai justru setelah kematiannya, yaitu melalui mitos kebangkitannya yang
konon pertama kali disaksikan oleh para wanita. Ini menjadi sumber gagasan
bahwa seorang laki-laki yang telah menderita kematian yang memalukan karena
disalib bersama dua orang bandit, adalah seorang Messiah (Juru Selamat).
Ini mengejutkan dan sekaligus menjadi daya tarik bagi penganut baru.
Pertama para pengikut Yesus diakui sebagai
salah satu sekte dalam agama Yahudi melalui pernyataan tokoh Sandherin pendeta
Farisi Gemaliel. Pengikut gerakan Yesus ini terus meningkat di
Jerusalem, Lydia, Yope, Kaesarea, Galilea dan Damasakus. Pemimpin tertinggi
mereka di masa gereja awal ini ialah tiga murid Yesus, Peter, James dan John yang disebut Pilar. Saudara
laki-laki Yesus, James yang digelari the Tzaddik (yang lurus)
menjadi tokoh yang memperlihatkan terintegrasinya sekte Yesus dalam kehidupan
religiusitas Yahudi di Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) di Jerusalem. Mereka
mematuhi Taurat lebih dari kaum Yahudi ortodoks.
Paulus pendiri agama Kristen.
Adalah Paulus tokoh pembaharu ajaran Yesus
dan praktis merupakan pendiri agama Kristen yang dengan berani menyatakan bahwa
Yesus merupakan “lokus penyelamatan”. Bukan penyelamatan dari chaos
primal (ketidakteraturan azali) melainkan penyelamatan dari dosa dan
kematian.
Paulus mengesampingkan simbolisasi situs
teofani seperti kota suci Jerusalem dan Baitul Maqdis (Haekal Sulaimen), bahkan
mengabaikan ritus Taurat, melainkan menekankan proses psikologis yang
menjadikan setiap jiwa adalah gereja, setiap jiwa adalah situs teofani itu
sendiri. Jadi tidak perlu ziarah kemana-mana dan menjalani ritus yang
bertele-tele karena yang sakral ada di setiap hati orang yang beriman, yang
sakral ada di dalam yang profan.
Paulus muncul pertama kali sebagai pemimpin
kaum pelarian di Anthiokia setelah mereka diusir dari Jerusalem oleh
kaum Yahudi ortodoks. Dikota inilah pertama kali mereka .disebut Kristen
karena di kota inilah Yesus pertama kali ditahbiskan secara resmi atau dilantik
secara anumerta sebagai “Christos” (Sang Messiah). Paulus menyatakan,”Semua
yang hidup dalam Kristus telah menjadi anak-anak Tuhan dan anak-anak
keturunan Abraham, apapun asal usul etnik mereka.”
Inilah pembaruan dan pemberontakn terhadap
ortodoxi Yahudi yang hanya menganggap dirinya yang berhak mendapatkan kemuliaan
dari YHWH (Allah) dan semua goyim atau gentile (non-yahudi) hanya berhak
mendapat cucuran berkah dari Yahudi.. Teologi baru Paulus telah mendobrak
diskriminasi spiritual itu dan menempatkan semua orang sama dalam Kristus.
Paulus melepaskan diri dari keterikatan simbolisasi dengan Jerusalem dan Baitul
Maqdis yang selalui dikuasai kaum Yaudi ortodoks, tetapi memiliki klaimnya
sendiri atas Jerusalem dalam fantasi akopaliptik akhir zaman dimana Jesus akan
turun kembali di Bukit Zaitun di Jerusalem, membenarkan kaum Kristen dan
memimpin umat manusia kedalam kedamaian
yang hakiki. Mitologi akopaliptik serupa dalam versinya masing-masing juga
dimiliki kedua agama Semit yang lain, Islam dalam mitos Imam Mahdi dan Yahudi dalam
mitos Messiah Yahudi.
Pandangan Paulus yang merupakan arus utama
dalam teologi agama Nasrani jelas tidak menempatkan Yesus sebagai anak biologis
Allah tetapi lebih merupakan lokus penyelamatan ruhaniyat dalam spiritualitas
yang egaliter dan proletar. Gerakan Nasrani adalah gerakan pembebasan spiritual
dari dominasi kaum ortodoks yahudi yang eksklusif, dekaden dan mandeg kepada
religiusitas inklusif yang massif dan menjangkau semua orang, siapa saja Yahudi
dan non-Yahudi. Inilah yang kemudian membuat agama Kristen mampu berkembang
keseluruh dunia, diawali dari sinkretisme gereja Romawi di zaman Constantine
the Great dan terus berkembang hingga masa kini.
Konstantin Agung pendiri Kristen ortodoks.
Paulus ditangkap setelah menyampaikan
khotbahnya yang spektakuler di Masjidil Aqsha. Paulus seorang Yahudi diaspora
dari Yunani itu dihukum mati di Roma oleh Kaisar Nero pada th. 64 M.
Sebelumnya pendahulunya Stefanus juga tokoh Yahudi diaspora dari Yunani telah
dirajam sampai mati di luar kota Jerusalem atas perintah Dewan Sandherin
setelah menyampaikan khotbah di Baitul Maqdis tentang Kisah Para Rasul (Acts
of the Apostles) yg menggemparkan.
Ajaran reformasi Stefanus dan Paulus terus
bergema dan menjadi arus utama dalam perkembangan agama baru ini yang tumbuh
menjadi agama kedua terbesar di kekaisaran Romawi setelah agama resmi Sol
Invectus (dewa matahari tak tertandingi). Untuk mencegah perang saudara
kedua agama ini dan untuk mencegah kekacauan sosial akibat banyaknya
sekte-sekte gereja Krsiten awal, dan untuk menjaga kestabilan tahtanya, Kaisar Konstantin
Agung memfusikan kedua agama besar itu menjadi satu agama Hybride yang dapat
diterima kedua belah pihak, dengan acara mengintegrasikan tradisi-tradisi agama
matahari (paganisme) kedalam Kristen.
Maka sesungguhnya banyak tradisi ritual
Kristen berasal dari Sol-Invectus, seperti Natal, Paskah dan Kebaktian Minggu
(vide, Spirit Islam seri 5). Pada th. 325 M Konstatin Agung yang masih paganis
itu menuntaskan pekerjaannya dengan mengadakan “Konsili Nicea” yang
berhasil menetapkan tiga hal terpenting, yaitu :
Pertama, menetapkan 4 Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas dan
Johannes) sebagai Kitab Suci umat
Kristen yang sah sekaligus melarang semua Injil yang lain dan memusnahkan
(tidak kurang 80 Injil dibakar).
Kedua, menetapkan Yesus sebagai ilahi, yang
diikuti dengan sejumlah revisi dalam Injil kanonik untuk melegitimasi keilahian
Yesus. Status Tuhan Putera bagi Yesus diadopsi Konstantin dari dewa Mitra,
putra mahkota dewa matahari yang lahir dan mati tgl. 25 Desember dan mengalami
bangkit dari kematian pada hari ketiga yang kemudian menjiwai ritual Natal dan
Paskah (vide, Spirit Islam seri 5). Konsili Nicea telah mengubah teologi
pembaruan Paulus yang demikian azasi kepada struktur paganisme Romawi yang
mapan dan proto ortodoks.
Ketiga, membentuk hierarchy duniawi gereja
suci yang tunggal yang berpusat di Roma dengan penguasa Pope (Paus) yang
menjadi partnership Kaisar Romawi dalam memerintah imperium duniawi yang besar.
Dari fakta-fakta historis diatas terdapat tiga periode gereja masa awal, yaitu
:
Periode Pertama : Awal abad ke 1, pada masa
Pilar dan James the Tzaddik, pengikut Yesus merupakan sekte dalam agama Yahudi
dengan konsistensi Taurat yang tinggi dan terikat dengan semua ritus dan
simbolisasi Yahudi terutama kota suci Jerusalem dan Masjidil Aqsha (Haekal
Sulaiman).
Periode Kedua: pertengahan hingga akhir abad
ke 1, pada masa Paulus, agama Kristen berdiri dengan teologi pembebasan yang
Sufis dan progresif yang menjadi landasan
struktural dan kultural agama Kristen yang rasional, tauhidiyah dan
modern.
Periode Ketiga : pada awal abad ke 4, pada
masa Kaisar Romawi paganis Konstantin Agung, agama Kristen difusikan dengan
agama pagan dewa matahari Sol Invectus menghasilkan struktur dan sinkretisme
gereja ortodoks yang sekarang ini kita kenal yang berpusat pada tradisi
kekuasaan Vatikan yang bersifat duniawi yang disebut dengan istilah Tahta Suci.
Produk peradaban
Tentang Uzair putra Allah dalam kepercayaan
Yahudi hanya sekte kecil yang kemudian hilang dari percaturan agama Yahudi.
Demikian pula tentang sekte paganisme Mekah yang mengganggap malaikat anak-anak
perempuan Tuhan juga hilang dari percaturan agama-agama Hejaz, terutama setelah
dominasi agama Islam.
Fakta-fakta diatas mengungkapkan betapa
kurang mendalamnya pengetahuan para
jumhur mufassirin tentang agama Nasrani dan Yahudi. Berdasarkan latar belakang
sejarahnya yang panjang, maka apa yang dicapai dalam agama Yahudi dan Nasrani
adalah keniscayaan dari kondisi obyektif masing-masing. Tidak ada atribut salah
dan benar, melainkan merupakan produk dari proses sosial yang mereka alami
selama beradab-abad yang membentuk format spiritual dan bentuk religiusitas
yang menjadi otoritas hakiki masyarakat yang bersangkutan secara determinant.
Kita tidak memiliki hak untuk menjatuhkan vonis atau memaksakan otoritas atas
dasar keyakinan kita yang tidak terlibat dalam proses kesejarahan mereka. Fakta
diatas adalah produk peradaban suatu zaman yang dilalui umat manusia. Tuhan
tidaklah keliru, tetapi para mufassir bisa keliru, seperti kita semua bisa
khilaf.
Sekian, terima kasih, Birrahmatillahi
Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 8 Desember 2006
Pengasuh,
KH. AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front
Persatuan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar