Pengajian Keenampuluh
Empat (64).Jkt. 14/10/05
Assalamu’alaikum
War. Wab.
“Dan
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni
neraka. Mereka kekal didalamnya” ; (Al-Baqoroh : 39).
Kita
akan melanjutkan eklektik pembahasan ayat ini dari perspektif teologis,
historiografis, antropologis dan psikologis, seperti tradisi pengajian kita
selama ini.
Pokok
Bahasan.
Dalam
ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa orang-orang yang tidak mau mengikuti
petunjuk-ptunjukNya dan orang-orang yang
kafir dan mendustakan ayat-ayatNya dengan ucapan dan perbuatan, maka balasan
bagi mereka tidak lain adalah neraka.
Menurut
Tafsir Jalalain terdapat dua jenis kekafiran, yaitu :
-
Kekafiran
yang disebabkan oleh rasa tidak percaya atas kebenaran Rasulullah saw,dan
-
Kekafiran
yang disebabkan karena kesombongan dan keangkuhan diri dan golongan yang
mendorongnya mendustakan Rasulullah saw.
Orang-orang
mukmin memiliki keyakinan iman di dalam hatinya, dan dinyatakan dengan ucapan.
Adapun orang-orang munafik hatinya tetap kafir
tetapi ucapannya menyatakan diri beriman. Lain di hati, lain di mulut
dan lain pula dalam perbuatan. Sikap seperti itu banyak kita jumpai dalam sikap
mental dan perilaku manusia sekarang.
Ulasan
Tentang
para penghuni neraka, Rasulullah saw bersabda :
“Adapun
ahli neraka, yaitu para penghuninya, mereka tidak hidup atau mati di dalamnya.
Namun ada juga orang-orang yang ditimpa neraka karena kesalahan mereka. Lalu
Allah mematikan mereka dengan hebat hingga mereka menjadi seperti arang, lalu
diizinkan untuk mendapat syafaat (pertolongan Rasulullah saw)” : (HR. Muslim,
Tafsir Ibnu Katsir).
Berdasarkan hadiest tersebut, terdapat dua kategori panghuni
nereka, yaitu :
-
ahli-neraka, yaitu orang-orang kafir dan munafik, keadaan
mereka sangat menderita, tidak hidup dan tidak mati dan mereka kekal di dalam
neraka dan tidak dapat diselamatkan dengan syafaat Rasulullah saw,
-
dihukum di nereka, yaitu orang-orang yang melakukan
kesalahan, mereka mati terbakar di neraka hingga menjadi seperti arang, tetapi
mereka tidak kekal di neraka dan dapat diselamatkan dengan syafaat Rasulullah
saw.
Khilataf di Jerusalem.
“Dia
(Sulaiman) berkata : ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pemberi’”; (As-Shaad : 35).
Kita lanjutkan pembahasan parallel tentang khilafat di
Jerusalem sebagai bentuk peradaban agama samawi yang dapat dibuktikan secara
factual dan keberadaannya diakui para ilmuwan. Meskipun tidak sama persis
dengan apa yang tertuang dalam Bibel (Taurat), tetapi hakekat keberadaan
Jerusalem sebagai pusat peradaban agama samawi pertama yang diketahui manusia
tidak disangkal para ahli, dan bahkan terus didalami agar dapat menjelaskan
lebih banyak tentang keberadaan zaman itu.
Kita lanjutkan pembahasan mengenai Kerajaan Sulaiman yang
diwarisi dari ayahnya Raja Daud pada tahun 970 SM. Selain membangun istana
Akropolis dan Haekal Yahweh di puncak bukit Zion, Raja Sulaiman juga membangun
istana untuk putri Fir’aun yang merupakan istri dengan status paling mulya.
Istri-sitri Sulaiman selanjutnya memberikan pengaruh paganis dalam penampilan
Haekal-Sulaiman. Ini disebabkan karena Sulaiman ingin memberikan toleransi
kepada agama-agama pagan istri-istrinya. Meskipun para ahli sejarah mencap
Sulaiman sebagai paganis, tetapi 65 penulis Al-Qur’an (Abban bin Said, Abu
Umamah, Abu Ayyub al-Anshari, Abu Bakar as-Shiddiq, Abu Hudhaifah, Zaid bin Tsabit, Umar bin
Khatab, Uthman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Abu Sufyan,
Mu’awwiyah bin Abu Sufyan, Yazid bin Abu Sufyan, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abu Bakar, Amr bin al-As,
Zubair bin Awwam dll) tetap bersikeras menulis Sulaiman sebagai seorang nabi
suci yang tauchid seperti terkesan dalam As-Shaad : 30 dan 35.
Sejarawan penulis Deutronomi
pada abad ke
6 SM, menganggap Sulaiman sebagai penyembah berhala dengan membangun kuil-kuil
pagan untuk istri-istri asingnya di bumi suci Jerusalem. Sulaiman bahkan ikut
menyembah dewa-dewi pagan negeri tetangga seperti Astarte, dewi Sidon; Milcom,
dewa Amman; dan Chemosh, dewa bangsa Moab. Untuk mereka dibuat altar-altar
pemujaan di bukit-bukit sebelah timur Jerusalem. Sementara itu Haekal Sulaiman
yang pembangunannya dilaksanakan oleh para pekerja dari Phoenicia dan Asyur itu
semakin ramai dengan simbol-simbol paganisme. Disebabkan kekafiran ini,
Deutronomi menulis bahwa Kerajaan Kanaan Bersatu akan pecah setelah kematian
Sulaiman.
Dalam pada itu pakar sejarah Wells menyatakan, bahwa sebenarnya Sulaiman ketika berada di
puncak keagungannya hanyalah seorang raja kecil yang memerintah kota dan negeri
yang kecil saja. Kerajaannya kecil dan cepat runtuh. Menurut Wells, kisah Raja Sulaiman yang tercatat dalam Kitab Taurat
(Bibel-Perjanjian Lama), telah ditambah-tambah oleh penulis-penulis abad ini
karena fanatisme kebangsaan Yahudi. Dibandingkan Ramses II dari Mesir atau
Nebukadnezar dari Babilonia kerajaan Sulaiman tidak ada artinya. Bahkan
dibandingkan dengan Raja Hiram dari Phoenicia kedudukan Sulaiman hanyalah
pembantu dagang. Para ahli sejarah menyesalkan Kitab Taurat telah menggambarkan
tentang Haikal dan istana Sulaiman secara sangat keterlaluan dan jauh
menyimpang dari fakta-fakta arkeologis, antropologis dan historiografis (Ahmad
Syalabi, 1996).
Menuju keruntuhan.
Menurut seorang pakar sejarah Weech, sifat keangkuhan Sulaiman, kekejamannya, terlalu banyak
istri dan perselisihan yang sering terjadi diantara anak-anaknya menjadi faktor
utama yang membawa kerajaannya kepada perpecahan dan keruntuhan. Disamping itu
antropolog Karen Armstrong menyoroti
mismanajemen perekonomian yang menjadi sumber kebangkrutan negara.
Sulaiman gagal mewujudkan tzedek, yaitu prinsip-prinsip kebenaran diatas monotheisme Yahweh,
maka ia gagal pula mewujudkan misphat, yaitu prinsip-prinsip
keadilan dan akhirnya gagal mewujudkan shalom, yaitu suasana kedamaian
diseluruh negeri.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai kerajaan Sulaiman terutama
karena terjadinya kemunduran sementara waktu kerajaan besar Mesir. Ini pula
yang melatarbelakangi perkawinan putri Fir’aun dengan Sulaiman. Setelah Mesir
kembali pulih kekuatannya, maka kembali Mesir menguasai Palestina, sejumlah
vassal yang dulu tunduk dibawah Daud kini melepaskan diri dari Sulaiman, bahkan
Edom dan Damaskus lepas. Disamping itu program pembangunannya yang sangat
ambisius telah menguras keuangan negara dan menjadi negara penghutang yang
cukup besar. Akibatnya Sulaiman harus menyerahkan 20 kota kepada Raja Hiram
dari Phoenicia (Tirus) sebagai pembayaran hutang pembelian material untuk
pembangunan istana-istananya yang sangat mahal dan kontra produktif. Pada akhir
pemerintahannya, kerajaan Sulaiman semakin menyempit hanya sampai batas
daerah-daerah di sebelah Barat Jordan saja. Keadaan itu diperburuk dengan
timbulnya ketidakpuasan dan malaise dalam internal kerajaan. Sulaiman kurang
belajar dari kekeliruan Daud, ketika Daud lebih memihak kepada kerajaan Yehuda
di Selatan sebagai kerajaan sukunya sendiri dan akibatnya Daud hampir
kehilangan kesetiaan kerajaan Israel di Utara. Raja Sulaiman mengeksploitir
kerajaan Israel di Utara seperti negeri taklukan, bukan mitra sejajar. Sulaiman
membagi wilayah kerajaan Israel di Utara menjadi 12 unit administrative yang
masing-masing diwajibkan mengirimkan upeti bahan pangan kepada Jerusalem setiap
bulan selama 1 th dan menyediakan tenaga laki-laki dalam jumlah besar untuk
kerja paksa guna memenuhi ambisi program pembangunan mercu suarnya yang merusak
ekonomi negara itu. Pengaturan serupa ternyata tidak diberlakukan di kerajaan
Yehuda di Selatan. Tidak kurang dari 30 000 laki-laki Israel dari Utara dipaksa
menjadi pekerja rodi, tetapi di wilayah Yehuda di Selatan tidak ada rekruitmen
semacam itu. Meskipun kerja paksa merupakan fenomena biasa di zaman kuno,
tetapi ketidakadilan ini menimbulkan kekecewaan dan kemarahan di Utara dan
menumbuhkan semangat untuk melepaskan diri dari Jerusalem. Sulaiman menyadari
bahaya bagi kerajaannya setelah situasinya menjadi parah. Pada masa akhir
pemerintahannya timbul pemeberontakan yang dipimpin oleh Yeroboam seorang komandan pasukan di Corvee (pasukan vassal). Raja Sulaiman segera menggerakkan pasukan
untuk menumpas pemberontakan itu. Tetapi Yeroboam berhasil meloloskan diri ke
Mesir berlindung di istana Fir’aun
Shishak.
Tidak lama setelah itu Sulaiman mangkat pada th. 930 SM, dia dimakamkan di Ir
Daud-Jerusalem. Putranya Rehabeam atau Rahub’am dalam logat Arab-Hejaz menggantikannya dan
mengantarkan Kerajaan Kanaan Bersatu Israel dan Yehuda kepada bencana yang
lebih besar.
Kita lanjutkan pada pengajian berikutnya. Selamat Hari ke-10
Ramadhan. Sekian, terima kasih.
Birrachmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Pengasuh,
HAJI AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front Persatuan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar