11.7.17

Pengajian Kedelapanpuluh Satu (81),







Pengajian Kedelapanpuluh Satu (81),

Assalamu’alaikum War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,





“Setelah itu Kami membangkitkanmu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur” ; (Al-Baqoroh : 56).

Seperti tradisi pengajian kita, pembahasan akan kita lakukan secara eklektik agar dapat mencapai pandangan yang menyeluruh dan kedalaman yang memadai dari kandungan ayat ini.

Pokok Bahasan.

Ayat ini masih dalam konsistensi rangkaian dengan ayat-ayat sebelumnya yang merupakan rangkaian sejarah lama Bani Israil dizaman Musa a.s sekitar abad ke-15 SM. Agar tidak terputus dengan rangkaian ayat sebelumnya, maka saya ingatkan bahwa Allah SWT telah mematikan ke-70 kepala suku Bani Israil yang ingin melihatNya secara langsung ketika mereka dibawa Musa a.s. ke bukit Tursina untuk menjalani pertobatan, dengan sambaran halilintar. Kemudian Musa a.s. bangkit sambil menangis seraya berdo’a kepada Allah, “Tuhanku, apa yang harus kukatakan kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka. Engkau telah membinasakan orang-orang pilihan Bani Israil’.; “Tuhanku kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal diantara kami ?,” (Al-A’rof : 155).

Tafsir Ibnu Katsir mengungkapkan, sesungguhnya Allah mewahyukan kepada Musa a.s. bahwa 70 orang wakil suku itu termasuk mereka yang menyembah “patung lembu Samiri”. Namun, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun mengabulkan do’a Musa. Allah menghidupkan mereka satu persatu, sehingga mereka saling menyaksikan peristiwa itu, yaitu bagaimana mereka dihidupkan kembali. Rabi’ bin Anas mengatakan, “Kematian mereka merupakan hukuman”, kemudian mereka dibangkitkan dari kematian itu  untuk menuntaskan ajal dengan segala taklif (beban kewajiban) yang harus mereka pikul. Sementara itu Tafsir Jalalain mengungkapkan bahwa peristiwa ini dimaksudkan menjadi pelajaran berharga bagi Bani Israil agar tumbuh kesadaran mereka untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Namun perjalanan sejarah Bani Israil membuktikan hanya sebagian kecil yang berada di jalan orang-orang yang beriman, sedangkan sebagian besar dari mereka menempuh jalur musyrikin dengan tetap menyembah ilah-ilah pagan disamping Allah Azza wa Jalla.

Jerusalem.

Untuk beberapa pekan kita menunda riwayat Jerusalem, karena rubrik ini kita gunakan untuk membahas Ordo Illuminai-Freemasonry (organisasi global neo-Zionis) yang telah kita sajikan dalam sepuluh naskah pengajian. Kini agar tidak terputus rangkaian sejarah Bani Israil, kita lanjutkan kembali pembahasan mengenai riwayat Jerusalem. Pada pembahasan yang lalu kita telah sampai pada kehancuran Jerusalem setelah penaklukan oleh Kaisar Nebukadnezar dari Babilonia th. 597 SM disusul dengan deportasi besar-besaran dan kehidupan orang-orang Yehuda dan Israel di Babilonia. Kita akan melanjutkan dari posisi pembuangan di Babilonia itu. Perubahan besar terjadi ketika Raja Cyrus dari Parsi menaklukkan Babilonia pada th. 538 SM. Dengan sendirinya bumi Yehuda beralih pada kekuasaan Cyrus. Orang-orang Parsi-lah yang mempopulerkan sebutan Yahudi bagi penduduk negeri Yehuda, dan menyebut agama mereka sebagai Agama Yahudi. Sejak saat itu mereka yang menganut kepercayaan Yahudi disebut orang Yahudi meskipun ia bukan berasal dari etnik Bani Israil. Menurut Ahmad Shalaby (1996) inilah perbedaan antara Yahudi dan Israel. Artinya penganut Agama Yahudi belum tentu Israel, dan Israel juga belum tentu menganut Agama Yahudi. Mereka yang berasal dari negeri Yehuda di Selatan sebagian besar menganut Agama Yahudi, yaitu Agama berdasarkan Taurat dan Talmud.. Sedangkan mereka yang berasal dari negeri Israel di Utara sebagian besar menganut sinkretisme (kemusyrikan) paganis dan Yahweh.
Maharaja Cyrus memberikan otonomi kepada orang-orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem dan membangun kembali negeri yang tinggal reruntuhan itu. Cyrus telah mengembalikan jug-jug emas dan perak yang dirampas Nebukadnezar dari Haekal Sulaiman kepada Sheshbazzar seorang pangeran keturunan Daud yang segera memimpin rombongan 42.360 orang  Yudea-Babilonia kembali ke Jerusalem dengan dukungan spiritual nubuat Nabi Yesaya. Misi ini gagal total. Pada akhirnya mayoritas Bani Israil memilih tetap tinggal di Babilonia dan negeri-negeri  migrasi mereka (setelah penghancuran Haekal Sulaiman oleh serbuan Babilonia yang kedua th. 586 SM), seperti Irak dan Mesir dimana mereka hidup makmur bahkan mewah. Ternyata pilihan ekonomi menjadi mainstream ideology baru Bani Israil dibanding pilihan ideologis untuk membangun kembali negeri Yahweh yang tinggal reruntuhan ditengah padang pasir itu. Dari posisi inilah terjadi reformasi ideology dari spirit tradisional Yehuda yang transenden kepada spirit Zionis international yang materialis. Mimpi tentang membangun kembali Jerusalem yang memang tidak terlalu kuat menjadi semakin padam ketika th. 330 SM Iskandar Agung (Alexander The Great) menyerbu Jerusalem yang semula mendapat dukungan orang-orang Yahudi. Tetapi setelah Iskandar Agung meninggalkan Jerusalem, kekuasaan negeri yang terpuruk itu ternyata jatuh ke tangan kaum Batalisah atau Ptolemaic.  Namun demikian mimpi kebesaran Kana’an Raya atau Erezt-Israel itu sesungguhnya tidak pernah padam sama sekali.

Israel modern.

Agar konteks dengan situasi masa kini, mari kita lihat perkembangan Israel modern. Setelah menanti selama 24 abad, momentum berdirinya Negara Zion itu tiba pada tgl. 2 Nopember 1917, tatkala Menteri Luar Negeri Inggris Raya, Balfour mengumumkan apa yang disebutnya sebagai “Dokumen Balfour” yang isinya mendukung pemulangan orang-orang Yahudi dan didirikannya negara Yahudi di Palestina. Bagaikan jalan yang dibuka lebar oleh Inggris, maka sejak itu mulai mengalir kepulangan orang-orang Yahudi dari berbagai kawasan migrasi mereka ke Palestina. Tetapi konflik tradisional Arab-Israel memang bayangan yang abadi di tanah Jerusalem itu sejak 3000 th yang lalu. Mudah diduga, Dokumen Balfour mendapatkan tantangan keras kalangan Arab Palestina dan dunia Arab pada umumnya. Pada th. 1910 pecah pergolakan yang menuntut kemerdekaan Palestina dari Inggris, yang terus berlangsung hingga 1936-1939. Akibat pergolakan ini, th. 1920 wilayah Palestina dan kota Jerusalem ditempatkan dibawah mandat Liga Bangsa-Bangsa yang pelaksanaannya dikuasakan kepada Inggris, dan baru efektif pada 23 September 1923.
Sementara itu akibat arus perpindahan orang Yahudi dari luar negeri, populasi warga Yahudi di Palestina meningkat dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu. Ini meresahkan warga Palestina. Perang antara warga Arab Palestina dengan kaum imigran Yahudi itu tertunda akibat pecahnya Perang Dunia Ke-II yang membakar Eropa dan dunia sepanjang 1940-1945. Kalangan nasionalis-Zionis melakukan strategi yang musykil tapi menjadi kenyataan untuk mendorong arus orang Yahudi ke Palestina dan meningkatkan klaim Yahudi atas negeri Palestina, dengan cara mendorong nasionalis-Jerman melakukan pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi diseluruh wilayah kekuasaan Jerman. Menurut laporan tidak kurang 3,5 juta orang Yahudi yang dibunuh Nazi Jerman, yang terbesar di kamp Auschwits, terutama dengan gas beracun yang disemprotkan ke ruang tahanan. Arus besar pelarian orang-orang Yahudi terbagai dua, ke Amerika Serikat dan ke Palestina.

Beberapa bulan menjelang runtuhnya Hitler, diadakan Petemuan Yalta, antara Presiden Franklin D Rosevelt (AS) dengan Perdana Menteri Winston Churchill (Inggris) dan Perdana Menteri Yosef Stalin (Uni Sovyet) untuk membahas tanah jajahan. Inggris diminta untuk memerdekakan tanah-tanah jajahannya, termasuk tanah Palestina bagi Bangsa Arab Palestina. Kalangan Israel mengantisipasi keputusan Perundingan Yalta itu dengan membentuk pasukan bersenjata untuk menghalang-halangi kemerdekaan Palestina. Setelah itu bentrokan Palestina-Israel menjadi agenda sehari-hari hingga hari ini dengan keadaan yang tidak menentu dan menyeret dunia ke fonflik peradaban yang berbahaya yang menurut Samuel P Huntington dalam the Clash of Civilization dapat memicu terjadinya Perang Dunia ke III.

Konflik Barat vs Islam.
Interaksi militer yang sudah berabad-abad antara Barat dengan Islam pada kenyataannya tidak memperlihatkan gejala melemah. Interaksi ini bahkan semakin meningkat dan lebih menegang akhir-akhir ini dengan situasi di Palestina, Irak, Afghanistan dan Iran. Perang akhir-akhir ini melahirkan rasa malu, marah dan kesal dalam perasaan kaum Muslimin di seluruh dunia, atas kehadiran dan dominasi militer Barat di Teluk Persia. Dan menjadi semangat jihad semua Muslimin di dunia untuk mengusir kekuatan militer Barat dari Teluk Persia dan seluruh dunia Islam.
Di kedua sisi, interaksi antara Islam dengan Barat pada kenyataannya merupakan benturan peradaban. Pada perkembangan berikutnya dapat dipastikan terjadinya konfrontasi Barat versus Islam. Konfrontasi politik kini tengah berlangsung. Jika gagal dalam diplomasi bukan mustahil akan terjadi perang baru di Palestina dan di Teluk Persia. Dunia Islam yang membentang dari Maghribi hingga Pakistan merasa perlu adanya perjuangan jihad untuk bebas dari kekuasaan Barat dan untuk mewujudkan “tatanan dunia baru” versi Islam yang belum jelas bentuknya. Hal yang perlu dicatat ialah adanya interaksi positif antara peradaban Khonghucu dengan Islam yang muncul untuk menghadang kepentingan, nilai dan kekuasaan Barat.
Dewasa ini konflik antara blok peradaban Islam-Khonghucu disatu sisi, versus blok peradaban Barat di lain sisi, sudah menyentuh hal-ihwal senjata nuklir, kimia, biologi, rudal balistik dan persenjataan canggih lainnya serta itelijen. Inilah yang mendorong Barat mempromosikan secara gencar program perlucutan senjata. Tujuannya untuk mencegah pengembangan kemampuan militer masyarakat non-Barat terutama Muslim, yang dapat mengancam kepentingan Barat. Perekonomian dan teknologi menjadi instrumen penting Barat dalam melancarkan tekanan-tekanan politik terhadap negara-negara Islam-Khonghucu. Negara-negara Khonghucu terpenting dalam persekutuan dengan Islam adalah China, Korea Utara dan Vietnam. Adapun negara-negara Islam garda terdepan saat ini dalam konflik dengan Barat adalah Palestina dan Iran. Sekian, kita lanjutkan pengajian berikutnya. Terima kasih.

Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.
Jakarta, 3 Maret 2006,
Pengasuh,

 

 

HAJI AGUS MIFTACH


Ketua Umum Front Persatuan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar