Pengajian Kedelapanpuluh
Satu (81),
Assalamu’alaikum
War. Wab.
Bismillahirrahmanirrahiem,
“Setelah
itu Kami membangkitkanmu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur” ; (Al-Baqoroh
: 56).
Seperti tradisi pengajian kita, pembahasan akan kita lakukan
secara eklektik agar dapat mencapai pandangan yang menyeluruh dan kedalaman
yang memadai dari kandungan ayat ini.
Pokok Bahasan.
Ayat ini masih dalam konsistensi rangkaian dengan ayat-ayat
sebelumnya yang merupakan rangkaian sejarah lama Bani Israil dizaman Musa a.s
sekitar abad ke-15 SM. Agar tidak terputus dengan rangkaian ayat sebelumnya,
maka saya ingatkan bahwa Allah SWT telah mematikan ke-70 kepala suku Bani
Israil yang ingin melihatNya secara langsung ketika mereka dibawa Musa a.s. ke
bukit Tursina untuk menjalani pertobatan, dengan sambaran halilintar. Kemudian
Musa a.s. bangkit sambil menangis seraya berdo’a kepada Allah, “Tuhanku, apa
yang harus kukatakan kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka. Engkau
telah membinasakan orang-orang pilihan Bani Israil’.; “Tuhanku kalau Engkau
kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah
Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal diantara
kami ?,” (Al-A’rof : 155).
Tafsir Ibnu Katsir mengungkapkan, sesungguhnya Allah
mewahyukan kepada Musa a.s. bahwa 70 orang wakil suku itu termasuk mereka yang
menyembah “patung lembu Samiri”. Namun, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Pengampun mengabulkan do’a Musa. Allah menghidupkan mereka satu persatu, sehingga
mereka saling menyaksikan peristiwa itu, yaitu bagaimana mereka dihidupkan
kembali. Rabi’ bin Anas mengatakan, “Kematian mereka merupakan hukuman”,
kemudian mereka dibangkitkan dari kematian itu
untuk menuntaskan ajal dengan segala taklif (beban kewajiban) yang harus mereka pikul. Sementara itu
Tafsir Jalalain mengungkapkan bahwa peristiwa ini dimaksudkan menjadi pelajaran
berharga bagi Bani Israil agar tumbuh kesadaran mereka untuk mensyukuri
nikmat-nikmat Allah. Namun perjalanan sejarah Bani Israil membuktikan hanya
sebagian kecil yang berada di jalan orang-orang yang beriman, sedangkan
sebagian besar dari mereka menempuh jalur musyrikin dengan tetap menyembah
ilah-ilah pagan disamping Allah Azza wa Jalla.
Jerusalem.
Untuk beberapa pekan kita
menunda riwayat Jerusalem, karena rubrik ini kita gunakan untuk membahas Ordo
Illuminai-Freemasonry (organisasi global neo-Zionis) yang telah kita sajikan
dalam sepuluh naskah pengajian. Kini agar tidak terputus rangkaian sejarah Bani
Israil, kita lanjutkan kembali pembahasan mengenai riwayat Jerusalem. Pada
pembahasan yang lalu kita telah sampai pada kehancuran Jerusalem setelah
penaklukan oleh Kaisar Nebukadnezar dari Babilonia th. 597 SM disusul dengan
deportasi besar-besaran dan kehidupan orang-orang Yehuda dan Israel di
Babilonia. Kita akan melanjutkan dari posisi pembuangan di Babilonia itu.
Perubahan besar terjadi ketika Raja
Cyrus dari
Parsi menaklukkan Babilonia pada th. 538 SM. Dengan sendirinya bumi Yehuda
beralih pada kekuasaan Cyrus. Orang-orang Parsi-lah
yang mempopulerkan sebutan Yahudi bagi penduduk negeri Yehuda, dan menyebut
agama mereka sebagai Agama Yahudi. Sejak saat itu mereka yang menganut
kepercayaan Yahudi disebut orang Yahudi meskipun ia bukan berasal dari etnik
Bani Israil. Menurut Ahmad
Shalaby (1996)
inilah perbedaan antara Yahudi dan Israel. Artinya penganut Agama Yahudi belum
tentu Israel, dan Israel juga belum tentu menganut Agama Yahudi. Mereka yang
berasal dari negeri Yehuda di Selatan sebagian besar menganut Agama Yahudi,
yaitu Agama berdasarkan Taurat dan Talmud.. Sedangkan mereka yang berasal dari
negeri Israel di Utara sebagian besar menganut sinkretisme (kemusyrikan)
paganis dan Yahweh.
Maharaja
Cyrus memberikan otonomi kepada orang-orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem
dan membangun kembali negeri yang tinggal reruntuhan itu. Cyrus telah
mengembalikan jug-jug emas dan perak yang dirampas Nebukadnezar dari Haekal
Sulaiman kepada Sheshbazzar seorang pangeran keturunan Daud yang segera
memimpin rombongan 42.360 orang
Yudea-Babilonia kembali ke Jerusalem dengan dukungan spiritual nubuat
Nabi Yesaya. Misi ini gagal total. Pada akhirnya mayoritas Bani Israil memilih
tetap tinggal di Babilonia dan negeri-negeri
migrasi mereka (setelah penghancuran Haekal Sulaiman oleh serbuan Babilonia
yang kedua th. 586 SM), seperti Irak dan Mesir dimana mereka hidup makmur
bahkan mewah. Ternyata pilihan ekonomi menjadi mainstream ideology baru Bani
Israil dibanding pilihan ideologis untuk membangun kembali negeri Yahweh yang
tinggal reruntuhan ditengah padang pasir itu. Dari posisi inilah terjadi
reformasi ideology dari spirit tradisional Yehuda yang transenden kepada spirit
Zionis international yang materialis. Mimpi tentang membangun kembali Jerusalem
yang memang tidak terlalu kuat menjadi semakin padam ketika th. 330 SM Iskandar
Agung (Alexander The Great) menyerbu Jerusalem yang semula mendapat
dukungan orang-orang Yahudi. Tetapi setelah Iskandar Agung meninggalkan
Jerusalem, kekuasaan negeri yang terpuruk itu ternyata jatuh ke tangan kaum Batalisah
atau Ptolemaic. Namun demikian mimpi
kebesaran Kana’an Raya atau Erezt-Israel itu sesungguhnya tidak pernah
padam sama sekali.
Israel
modern.
Agar
konteks dengan situasi masa kini, mari kita lihat perkembangan Israel modern.
Setelah menanti selama 24 abad, momentum berdirinya Negara Zion itu tiba pada
tgl. 2 Nopember 1917, tatkala Menteri Luar Negeri Inggris Raya, Balfour
mengumumkan apa yang disebutnya sebagai “Dokumen Balfour” yang isinya
mendukung pemulangan orang-orang Yahudi dan didirikannya negara Yahudi di
Palestina. Bagaikan jalan yang dibuka lebar oleh Inggris, maka sejak itu mulai
mengalir kepulangan orang-orang Yahudi dari berbagai kawasan migrasi mereka ke
Palestina. Tetapi konflik tradisional Arab-Israel memang bayangan yang abadi di
tanah Jerusalem itu sejak 3000 th yang lalu. Mudah diduga, Dokumen Balfour
mendapatkan tantangan keras kalangan Arab Palestina dan dunia Arab pada
umumnya. Pada th. 1910 pecah pergolakan yang menuntut kemerdekaan Palestina
dari Inggris, yang terus berlangsung hingga 1936-1939. Akibat pergolakan ini,
th. 1920 wilayah Palestina dan kota Jerusalem ditempatkan dibawah mandat Liga
Bangsa-Bangsa yang pelaksanaannya dikuasakan kepada Inggris, dan baru efektif
pada 23 September 1923.
Sementara
itu akibat arus perpindahan orang Yahudi dari luar negeri, populasi warga
Yahudi di Palestina meningkat dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu. Ini
meresahkan warga Palestina. Perang antara warga Arab Palestina dengan kaum
imigran Yahudi itu tertunda akibat pecahnya Perang Dunia Ke-II yang membakar
Eropa dan dunia sepanjang 1940-1945. Kalangan nasionalis-Zionis melakukan
strategi yang musykil tapi menjadi kenyataan untuk mendorong arus orang Yahudi
ke Palestina dan meningkatkan klaim Yahudi atas negeri Palestina, dengan cara
mendorong nasionalis-Jerman melakukan pembantaian besar-besaran terhadap
orang-orang Yahudi diseluruh wilayah kekuasaan Jerman. Menurut laporan tidak
kurang 3,5 juta orang Yahudi yang dibunuh Nazi Jerman, yang terbesar di kamp Auschwits,
terutama dengan gas beracun yang disemprotkan ke ruang tahanan. Arus besar
pelarian orang-orang Yahudi terbagai dua, ke Amerika Serikat dan ke Palestina.
Beberapa
bulan menjelang runtuhnya Hitler, diadakan Petemuan Yalta, antara Presiden
Franklin D Rosevelt (AS) dengan Perdana Menteri Winston Churchill (Inggris)
dan Perdana Menteri Yosef Stalin (Uni Sovyet) untuk membahas tanah
jajahan. Inggris diminta untuk memerdekakan tanah-tanah jajahannya, termasuk
tanah Palestina bagi Bangsa Arab Palestina. Kalangan Israel mengantisipasi keputusan
Perundingan Yalta itu dengan membentuk pasukan bersenjata untuk
menghalang-halangi kemerdekaan Palestina. Setelah itu bentrokan
Palestina-Israel menjadi agenda sehari-hari hingga hari ini dengan keadaan yang
tidak menentu dan menyeret dunia ke fonflik peradaban yang berbahaya yang
menurut Samuel P Huntington dalam the Clash of Civilization dapat
memicu terjadinya Perang Dunia ke III.
Konflik
Barat vs Islam.
Interaksi
militer yang sudah berabad-abad antara Barat dengan Islam pada kenyataannya
tidak memperlihatkan gejala melemah. Interaksi ini bahkan semakin meningkat dan
lebih menegang akhir-akhir ini dengan situasi di Palestina, Irak, Afghanistan
dan Iran. Perang akhir-akhir ini melahirkan rasa malu, marah dan kesal dalam
perasaan kaum Muslimin di seluruh dunia, atas kehadiran dan dominasi militer
Barat di Teluk Persia. Dan menjadi semangat jihad semua Muslimin di dunia untuk
mengusir kekuatan militer Barat dari Teluk Persia dan seluruh dunia Islam.
Di
kedua sisi, interaksi antara Islam dengan Barat pada kenyataannya merupakan
benturan peradaban. Pada perkembangan berikutnya dapat dipastikan terjadinya
konfrontasi Barat versus Islam. Konfrontasi politik kini tengah berlangsung.
Jika gagal dalam diplomasi bukan mustahil akan terjadi perang baru di Palestina
dan di Teluk Persia. Dunia Islam yang membentang dari Maghribi hingga Pakistan
merasa perlu adanya perjuangan jihad untuk bebas dari kekuasaan Barat dan untuk
mewujudkan “tatanan dunia baru” versi Islam yang belum jelas bentuknya. Hal
yang perlu dicatat ialah adanya interaksi positif antara peradaban Khonghucu
dengan Islam yang muncul untuk menghadang kepentingan, nilai dan kekuasaan
Barat.
Dewasa
ini konflik antara blok peradaban Islam-Khonghucu disatu sisi, versus blok
peradaban Barat di lain sisi, sudah menyentuh hal-ihwal senjata nuklir, kimia,
biologi, rudal balistik dan persenjataan canggih lainnya serta itelijen. Inilah
yang mendorong Barat mempromosikan secara gencar program perlucutan senjata.
Tujuannya untuk mencegah pengembangan kemampuan militer masyarakat non-Barat
terutama Muslim, yang dapat mengancam kepentingan Barat. Perekonomian dan
teknologi menjadi instrumen penting Barat dalam melancarkan tekanan-tekanan
politik terhadap negara-negara Islam-Khonghucu. Negara-negara Khonghucu terpenting
dalam persekutuan dengan Islam adalah China, Korea Utara dan Vietnam. Adapun
negara-negara Islam garda terdepan saat ini dalam konflik dengan Barat adalah
Palestina dan Iran. Sekian, kita lanjutkan pengajian berikutnya. Terima kasih.
Birrahmatillahi
Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum
War. Wab.
Jakarta,
3 Maret 2006,
Pengasuh,
HAJI AGUS MIFTACH
Ketua
Umum Front Persatuan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar