Pengajian Keempatpuluh Sembilan.
Assalamu’alaikum War Wab.
“Fa-inl-lam taf’aluu wa-lan-taf’aluu
fattaqunnaarollatie wa quuduhannaasu wal-chijaarotu; u’iddat lil-kaafiriena” :
“Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat
membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”; (Al-Baqoroh : 24).
Ayat ini merupakan
satu rangkaian dengan ayat sebelumnya. Kita akan membahasnya dalam satu
kesatuan nafas dengan ayat sebelumnya, dengan pola pendekatan eklektik dan
holistis, meliputi berbagai sudut pandang secara utuh.
Pokok Bahasan.
Ayat ini menegaskan
bahwa semua makhluk tidak akan mampu membuat tandingan terhadap Al-Qur’an
meskipun hanya satu ayat. Tafsir Jalalain menerangkan bahwa untuk
selama-lamanya semua makhluk tidak akan mampu membuat semisal Al-Qur’an, meski
hanya satu surah, karena Al-Qur’an adalah mukjizat bagi Rasulullah SAW. Tafsir
Ibnu Katsir memperkuat dengan penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar merupakan
Firman Allah yang tidak akan dapat diserupai oleh ucapan makhluk, baik kalimat
maupun maknanya. Maka jalan yang terbaik bagi manusia ialah berserah diri
kepada Allah dan beriman serta mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Karena
dengan demikian, manusia memelihara dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya
terdiri manusia-manusia kafir dan batu-batu berhala.
Tafsir Ibnu Katsir
mengartikan lafadz “Al-Ittiqo’
“
dengan “menjauhi”, maksudnya agar manusia menjauhi api neraka. Sementara
lafadz “u’iddat lil-kafirien” diartikan “telah disediakan dan
diperuntukkan bagi orang-orang kafir”. Maknanya bahwa neraka termaksud, telah
ada pada saat ayat ini (QS 2 : 24) diturunkan.
Sementara itu
seorang tokoh Nasrani dalam masyarakat Hejaz, Waroqoh bin Naufal yang juga
seorang bangsawan Quraisy, justru meyakini bahwa kalimat-kalimat yang
diturunkan kepada Muhammad SAW adalah wahyu dari Allah, sebagaimana Musa a.s.
telah menerimanya (Shahih Bukhari dari ‘Aisyah r.a : H. 3).
Ulasan.
Conflict-standing
dalam substansi Al-Baqoroh : 23-24 adalah antara Allah SWT langsung dengan kaum
kafirin. Hal serupa terjadi pada zaman Musa a.s. dan Isa a.s., dan pada
hakekatnya pihak yang ditempatkan Allah
sebagai musuh-Nya adalah bentuk peradaban paganisme yang berakar sejak zaman
Cabbala-Mesir (Fir’aun-Rameses II), Cabbala-Israel/Romawi (Herodes) hingga
Cabbala-Quraisy (Abu Jahal-Abu Lahab). Seperti yang terungkap dalam pokok
bahasan, conflict-standing tersebut bersifat kekal hingga Hari Kiamat. Artinya
bahwa substansi konflik juga berlangsung pada zaman ini, antara Iman-Tauhid
melawan global-freemasonry yang merupakan fusi paganisme-cabbalist seluruh
dunia dan seluruh zaman segbagaimana telah diungkapkan pada Pengajian
Keempatpuluh Tujuh.
Jika seluruh makhluk
adalah ciptaan Allah, maka Cabbala tertinggi yaitu Iblis adalah jelas ciptaan
Allah. Dan jika Allah berkuasa atas segala sesuatu tanpa batas, maka tidak ada
halangan bagi Allah untuk membinasakan Iblis dan membuat semua manusia beriman.
Tetapi Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana, dan karenanya tidak bertindak
semena-mena berdasarkan kekuasaan-Nya semata, melainkan Allah telah menetapkan
Sunnatullah (causalitas) yang menjadi dasar suatu proses kehidupan yang adil,
maka semuanya memiliki qodrat dan iradatnya masing-masing, yang secara kolektif
membentuk peradaban jenis manusia. Menjadi maksimal, minimal atau rusak tergantung pengelolaannya
masing-masing. Namun Allah Yang Maha Pengasih tidak membiarkan manusia berjalan
dalam kegelapan. Allah menerangi dengan Firman-Nya, membimbing dan memberi peringatan kepada
manusia melalui Rasul-rasul-Nya yang terpilih agar manusia terhindar dari jalan
berhala (paganisme) dan selamat di Jalan Allah.
Perhatikan habiest-Nabi SAW : “Pada suatu
waktu ketika aku sedang berjalan-jalan, tiba-tiba kedengaran olehku suara dari
langit. Maka kuangkat pandanganku kearah datangnya suara itu. Tampak olehku
malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira dahulu. Dia duduk di kursi
antara langit dan bumi. Aku terperanjat dan terus pulang. Aku berkata kepada
Khadijah:”Selimuti aku !”. Lalu Allah swt menurunkan ayat :
“Yaa, ayyuhal-mudatsir !
Qum, fa-andzir !
Wa rabbaka fa kabbir !
Wa tsiyaabaka fa-thohhir !
War-rujza fajhur !”
“Hari orang yang berselimut !
Bangunlah ! Maka berilah peringatan !
Dan besarkanlah Tuhanmu !
Dan bersihkanlah pakaianmu !
Dan jauhilah BERHALA !”
(Al-Mudatsir 1-5) ; (Shahih Bukhari
dari Ibnu Syihab, Abu Salamah bin Abdurrahman dari Jabir bin Abdullah
Al-Anshori r.anhum : H. 3).
Diluar itu tentu
masih ada “sirru-rububiyah” rahasia-rahasia
perbuatan Allah diluar logika dan causalitas. Hanya Allah Yang Maha Tahu atas
semua ciptaan-Nya.
Pada asalnya
konstitusi jiwa manusia adalah konstruktif dan beriman, sedangkan konstitusi
jiwa iblis adalah destruktif dan ingkar. Ketika Allah mengutus Rasul dan
berfirman kepada manusia, pada dasarnya merupakan point of selection sekaligus
perwujudan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia yang beriman-Tauhid dari
hasutan destruksi iblis, dan agar manusia tetap konsisten dalam hakekat
qodratnya yang konstruktif dan beriman sebagai disposisi psikologis. Itulah
rahasianya kita wajib beriman kepada qodar, yang baik maupun yang buruk. Iblis
adalah qodar yang buruk dengan disposisi psikologis archeytipus (dorongan
kejahatan), barangsiapa mengikutinya akan binasa, dan barangsiapa menentang dan
menghindarinya akan selamat. Berdasarkan Al-Baqoroh 23-24, tidak ada kompromi,
pilihannya hitam-putih. Tidak ada pilihan abu-abu.
Peradaban berhala.
Tantangan umum Allah
Ta’aala kepada para pendukung peradaban berhala (QS 2 : 23-24) berlangsung
sepanjang masa. Artinya bahwa peradaban berhala tidak hanya ada dimasa turunnya
wahyu 15 abad yang lalu, tetapi terus ada sepanjang masa, sekurangnya dari masa
35 abad yang lalu hingga sekarang. Jika dahulu dalam bentuk materi patung-patung
dewa seperti Osiris, Isis, Enlil, Ba’al, Hubal dll, sekarang dalam bentuk yang
lebih artificial yang disebut Arsitek Agung Semesta Alam atau The Great
Archittec Of The Universe (TGAOTU) yang merupakan personifikasi ide
kolektivisme materi dan energi evolusi semesta alam, dengan organisasi
paganisme modern global-freemasonry. Intinya tetap sama menyembah materi.
Mereka menggunakan kedok ilmu pengetahuan positif, pada intinya adalah mengajak
manusia untuk anti-Tuhan dan anti-agama.
Perhatikan pernyataan
bersama Karl Marx dan Frederick Engels yang merupakan
tokoh-tokoh freemasonry pada th. 1844 :”Humanis sejati tidak mempunyai musuh
yang lebih berbahaya daripada spiritualisme (agama), atau idealisme spekulatif
yang menggantikan kesadaran diri dengan roh, dan pengabar Injil yang
mengajarkan bahwa roh menggerakkan segala dan bahwa daging tidak diuntungkan.
Roh tak berdaging ini hanya spiritual dalam imajinasi dan merupakan spekulasi”;
(Mark & Engels : Foreign Languages
Publishing House, The Holy Family, Paris 1844).
Satu abad sebelumnya
(1780, 1790) Erasmus
Darwin,
kakek dari Charles Darwin mencanangkan teori evolusi-nya, “bahwa semua makhluk
hidup berasal dari nenek moyang tunggal, bersifat kebetulan dan bersumber dari
hukum alam”. Ia melakukan riset dalam 8 ha kebun botanic yang telah ia siapkan di Edinburgh,
Scotlandia, untuk membuktikan kebenaran teorinya, yang diterangkan dalam dua
buku yang berjudul “The
Temple of Nature” (Kuil Alam) dan “Zoonomia” (Kebinatangan).
Erasmus Darwin adalah pelopor “Naturalism” yang berpendapat
bahwa “makhluk tercipta oleh seleksi alam bukan diciptakan Tuhan”. Satu abad
kemudian, yaitu pada th. 1859, sang cucu, Charles
Darwin
menerbitkan teorinya dalam sebuah buku yang diberi judul “Origin of the Species”(Asal Jenis) yang berisi
berbagai penjelasan dan kesimpulan dari berbagai hal yang hidup yang telah ia
selidiki dengan tanpa memandangnya sebagai ciptaan ilahi. Sebenarnya Origin of
the Species tidak begitu diterima oleh dunia intelektual pada abad ke-19,
tetapi pada perkembangan berikutnya dianggap sebagai basis ilmiah anti-Tuhan.
Siapakan Erasmus
Darwin dan cucunya Charles Darwin ? Ternyata Erasmus adalah master Masonic yang
sangat tinggi tingkatannya yang mengatur para guru. Dan Charles Darwin tidak
diragukan ia mewarisi posisi kakeknya dalam organisasi paganisme,
global-freemasonry.
Pikiran-pikiran
naturalism Darwin dan materialism Marx & Engels terus hidup dan mewarnai
peradaban dunia. Artinya paganisme tetap hidup dizaman ini bahkan lebih canggih
dengan dibungkus ilmu pengetahuan positif. Pernyataan syahadat kita disetiap
awal pengajian adalah dengan menyadari semua ini dan perlu memperteguh
eksistensi kita sebagai hamba Allah yang beriman-tauhid dan menolak thoghut.
Ini bukan masalah fiqhiyah yang dangkal seperti dikemukakan Kyai Nur Muhammad
Iskandar, melainkan masalah hakekat yang lebih dalam. Kalau perlu kita akan
bersyahadat disetiap tarikan nafas sebagai bentuk penolakan kita terhadap
segala manifest peradaban thoghut yang berseliweran diseputar kita dan di dalam
hati kita.
Sekian, terima
kasih.
Birrahmatillahi
Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum
War. Wab.
Jakarta, 1 Juli
2005,
Pengasuh,
HAJI AGUS MIFTACH
Ketua Umum Front
Persatuan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar