7.7.17

Pengajian Keempatpuluh Sembilan.-RWU







Pengajian Keempatpuluh Sembilan.





Assalamu’alaikum War Wab.

“Fa-inl-lam taf’aluu wa-lan-taf’aluu fattaqunnaarollatie wa quuduhannaasu wal-chijaarotu; u’iddat lil-kaafiriena” : “Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”; (Al-Baqoroh : 24).

Ayat ini merupakan satu rangkaian dengan ayat sebelumnya. Kita akan membahasnya dalam satu kesatuan nafas dengan ayat sebelumnya, dengan pola pendekatan eklektik dan holistis, meliputi berbagai sudut pandang secara utuh.

Pokok Bahasan.

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk tidak akan mampu membuat tandingan terhadap Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat. Tafsir Jalalain menerangkan bahwa untuk selama-lamanya semua makhluk tidak akan mampu membuat semisal Al-Qur’an, meski hanya satu surah, karena Al-Qur’an adalah mukjizat bagi Rasulullah SAW. Tafsir Ibnu Katsir memperkuat dengan penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar merupakan Firman Allah yang tidak akan dapat diserupai oleh ucapan makhluk, baik kalimat maupun maknanya. Maka jalan yang terbaik bagi manusia ialah berserah diri kepada Allah dan beriman serta mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Karena dengan demikian, manusia memelihara dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri manusia-manusia kafir dan batu-batu berhala.
Tafsir Ibnu Katsir mengartikan lafadz “Al-Ittiqo’ “ dengan “menjauhi”, maksudnya agar manusia menjauhi api neraka. Sementara lafadz  “u’iddat lil-kafirien” diartikan “telah disediakan dan diperuntukkan bagi orang-orang kafir”. Maknanya bahwa neraka termaksud, telah ada pada saat ayat ini (QS 2 : 24) diturunkan.

Sementara itu seorang tokoh Nasrani dalam masyarakat Hejaz, Waroqoh bin Naufal yang juga seorang bangsawan Quraisy, justru meyakini bahwa kalimat-kalimat yang diturunkan kepada Muhammad SAW adalah wahyu dari Allah, sebagaimana Musa a.s. telah menerimanya (Shahih Bukhari dari ‘Aisyah r.a : H. 3).

Ulasan.

Conflict-standing dalam substansi Al-Baqoroh : 23-24 adalah antara Allah SWT langsung dengan kaum kafirin. Hal serupa terjadi pada zaman Musa a.s. dan Isa a.s., dan pada hakekatnya pihak yang  ditempatkan Allah sebagai musuh-Nya adalah bentuk peradaban paganisme yang berakar sejak zaman Cabbala-Mesir (Fir’aun-Rameses II), Cabbala-Israel/Romawi (Herodes) hingga Cabbala-Quraisy (Abu Jahal-Abu Lahab). Seperti yang terungkap dalam pokok bahasan, conflict-standing tersebut bersifat kekal hingga Hari Kiamat. Artinya bahwa substansi konflik juga berlangsung pada zaman ini, antara Iman-Tauhid melawan global-freemasonry yang merupakan fusi paganisme-cabbalist seluruh dunia dan seluruh zaman segbagaimana telah diungkapkan pada Pengajian Keempatpuluh Tujuh.
Jika seluruh makhluk adalah ciptaan Allah, maka Cabbala tertinggi yaitu Iblis adalah jelas ciptaan Allah. Dan jika Allah berkuasa atas segala sesuatu tanpa batas, maka tidak ada halangan bagi Allah untuk membinasakan Iblis dan membuat semua manusia beriman. Tetapi Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana, dan karenanya tidak bertindak semena-mena berdasarkan kekuasaan-Nya semata, melainkan Allah telah menetapkan Sunnatullah (causalitas) yang menjadi dasar suatu proses kehidupan yang adil, maka semuanya memiliki qodrat dan iradatnya masing-masing, yang secara kolektif membentuk peradaban jenis manusia. Menjadi maksimal, minimal  atau rusak tergantung pengelolaannya masing-masing. Namun Allah Yang Maha Pengasih tidak membiarkan manusia berjalan dalam kegelapan. Allah menerangi dengan Firman-Nya,  membimbing dan memberi peringatan kepada manusia melalui Rasul-rasul-Nya yang terpilih agar manusia terhindar dari jalan berhala (paganisme) dan selamat di Jalan Allah.
 Perhatikan habiest-Nabi SAW : “Pada suatu waktu ketika aku sedang berjalan-jalan, tiba-tiba kedengaran olehku suara dari langit. Maka kuangkat pandanganku kearah datangnya suara itu. Tampak olehku malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira dahulu. Dia duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku terperanjat dan terus pulang. Aku berkata kepada Khadijah:”Selimuti aku !”. Lalu Allah swt menurunkan ayat :
“Yaa, ayyuhal-mudatsir !
Qum, fa-andzir !
Wa rabbaka fa kabbir !
Wa tsiyaabaka fa-thohhir !
War-rujza fajhur !”

“Hari orang yang berselimut !
Bangunlah ! Maka berilah peringatan !
Dan besarkanlah Tuhanmu !
Dan bersihkanlah pakaianmu !
Dan jauhilah BERHALA !”
(Al-Mudatsir 1-5) ; (Shahih Bukhari dari Ibnu Syihab, Abu Salamah bin Abdurrahman dari Jabir bin Abdullah Al-Anshori r.anhum : H. 3).

Diluar itu tentu masih ada “sirru-rububiyah” rahasia-rahasia perbuatan Allah diluar logika dan causalitas. Hanya Allah Yang Maha Tahu atas semua ciptaan-Nya.

Pada asalnya konstitusi jiwa manusia adalah konstruktif dan beriman, sedangkan konstitusi jiwa iblis adalah destruktif dan ingkar. Ketika Allah mengutus Rasul dan berfirman kepada manusia, pada dasarnya merupakan point of selection sekaligus perwujudan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia yang beriman-Tauhid dari hasutan destruksi iblis, dan agar manusia tetap konsisten dalam hakekat qodratnya yang konstruktif dan beriman sebagai disposisi psikologis. Itulah rahasianya kita wajib beriman kepada qodar, yang baik maupun yang buruk. Iblis adalah qodar yang buruk dengan disposisi psikologis archeytipus (dorongan kejahatan), barangsiapa mengikutinya akan binasa, dan barangsiapa menentang dan menghindarinya akan selamat. Berdasarkan Al-Baqoroh 23-24, tidak ada kompromi, pilihannya hitam-putih. Tidak ada pilihan abu-abu.

Peradaban berhala.

Tantangan umum Allah Ta’aala kepada para pendukung peradaban berhala (QS 2 : 23-24) berlangsung sepanjang masa. Artinya bahwa peradaban berhala tidak hanya ada dimasa turunnya wahyu 15 abad yang lalu, tetapi terus ada sepanjang masa, sekurangnya dari masa 35 abad yang lalu hingga sekarang. Jika dahulu dalam bentuk materi patung-patung dewa seperti Osiris, Isis, Enlil, Ba’al, Hubal dll, sekarang dalam bentuk yang lebih artificial yang disebut Arsitek Agung Semesta Alam atau The Great Archittec Of The Universe (TGAOTU) yang merupakan personifikasi ide kolektivisme materi dan energi evolusi semesta alam, dengan organisasi paganisme modern global-freemasonry. Intinya tetap sama menyembah materi. Mereka menggunakan kedok ilmu pengetahuan positif, pada intinya adalah mengajak manusia untuk anti-Tuhan dan anti-agama.

Perhatikan pernyataan bersama Karl Marx dan Frederick Engels yang merupakan tokoh-tokoh freemasonry pada th. 1844 :”Humanis sejati tidak mempunyai musuh yang lebih berbahaya daripada spiritualisme (agama), atau idealisme spekulatif yang menggantikan kesadaran diri dengan roh, dan pengabar Injil yang mengajarkan bahwa roh menggerakkan segala dan bahwa daging tidak diuntungkan. Roh tak berdaging ini hanya spiritual dalam imajinasi dan merupakan spekulasi”; (Mark &  Engels : Foreign Languages Publishing House, The Holy Family, Paris 1844).

Satu abad sebelumnya (1780, 1790) Erasmus Darwin, kakek dari Charles Darwin mencanangkan teori evolusi-nya, “bahwa semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang tunggal, bersifat kebetulan dan bersumber dari hukum alam”. Ia melakukan riset dalam 8 ha kebun botanic  yang telah ia siapkan di Edinburgh, Scotlandia, untuk membuktikan kebenaran teorinya, yang diterangkan dalam dua buku yang berjudul “The Temple of Nature” (Kuil Alam) dan “Zoonomia” (Kebinatangan). Erasmus Darwin adalah pelopor “Naturalism” yang berpendapat bahwa “makhluk tercipta oleh seleksi alam bukan diciptakan Tuhan”. Satu abad kemudian, yaitu pada th. 1859, sang cucu, Charles Darwin menerbitkan teorinya dalam sebuah buku yang diberi judul “Origin of the Species”(Asal Jenis) yang berisi berbagai penjelasan dan kesimpulan dari berbagai hal yang hidup yang telah ia selidiki dengan tanpa memandangnya sebagai ciptaan ilahi. Sebenarnya Origin of the Species tidak begitu diterima oleh dunia intelektual pada abad ke-19, tetapi pada perkembangan berikutnya dianggap sebagai basis ilmiah anti-Tuhan.
Siapakan Erasmus Darwin dan cucunya Charles Darwin ? Ternyata Erasmus adalah master Masonic yang sangat tinggi tingkatannya yang mengatur para guru. Dan Charles Darwin tidak diragukan ia mewarisi posisi kakeknya dalam organisasi paganisme, global-freemasonry.

Pikiran-pikiran naturalism Darwin dan materialism Marx & Engels terus hidup dan mewarnai peradaban dunia. Artinya paganisme tetap hidup dizaman ini bahkan lebih canggih dengan dibungkus ilmu pengetahuan positif. Pernyataan syahadat kita disetiap awal pengajian adalah dengan menyadari semua ini dan perlu memperteguh eksistensi kita sebagai hamba Allah yang beriman-tauhid dan menolak thoghut. Ini bukan masalah fiqhiyah yang dangkal seperti dikemukakan Kyai Nur Muhammad Iskandar, melainkan masalah hakekat yang lebih dalam. Kalau perlu kita akan bersyahadat disetiap tarikan nafas sebagai bentuk penolakan kita terhadap segala manifest peradaban thoghut yang berseliweran diseputar kita dan di dalam hati kita.

Sekian, terima kasih.
Birrahmatillahi Wabi’aunihi fi Sabilih,
Wassalamu’alaikum War. Wab.

Jakarta, 1 Juli 2005,
Pengasuh,



HAJI AGUS MIFTACH

Ketua Umum Front Persatuan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar