7.7.17

Pengajian Keduapuluh empat-TWU





Pengajian Keduapuluh empat
“Alladziena yu’minuuna bilghoibi wa yuqiemunassholata
wa mimmaa rozaqnahum yunfiequun”
(Bagian Ke II),

Assalamu’alaikum War. Wab.

Kita masih membahas ayat ke 3 surah Al-Baqoroh tersebut diatas, untuk memperoleh kedalaman dan hikmah yang seluas-luasnya. Kita akan melihat dari perspektif psikologi organismik Kurt Goldstein disamping berbagai sudut pandang dengan pendekatan eklektik.

Psikologi organismik


Menurut Kurt Goldstein (lahir 1878) : Organisasi pokok dalam berfungsinya organisme manusia ialah bentuk yang disebut Gestalt atau Figure dan Dasar. Gestalt muncul dari suatu proses yang timbul dari suatu Dasar yang menjadi latar belakangnya. Dapat dimisalkan obyek dalam kamar. Obyek adalah bentuk dan kamar adalah latar belakangnya. Seorang yang lapar dan harus mencari makanan, maka segala proses yang menuju terpenuhinya makanan akan muncul sebagai Gestalt. Aktivitas psikologis tersebut dapat menjangkau kemasa lalu, masa sekarang dan masa akan datang, berupa ingatan tentang makanan yang pernah didapatnya dulu, atau pengamatan terhadap keberadaan makanan disekitarnya, atau perbuatan yang diharapkan dapat menghasilkan makanan. Jika organisme berubah, maka Gestalt juga akan berubah, misalnya organisme yang lapar menjadi ketakutan, maka ketakutan itulah yang menjadi Gestalt.
Menurut Goldstein terdapat Gestalt wajar dan Gestalt tak wajar. Gestalt wajar memiliki totalitas organisme sebagai latar belakang. Sedangkan Gestalt tak wajar terpisah dari keseluruhan organisme, dan latar belakangnya merupakan bagian dari organisme yang terpisah (terisolasi). Gestalt tak wajar timbul sebagai akibat kejadian traumatis atau kejadian berulang-ulang yang tak berarti bagi pribadi yang bersangkutan yang diistilahkan sebagai drill yang mekanis.
Gestalt wajar merupakan pilihan pribadi ybs dengan tingkah laku yang bersifat teratur, fleksibel dan sesuai situasi. Gestalt tak wajar merupakan tugas yang dipaksakan terhadap pribadi ybs dengan tingkah laku yang kaku dan mekanis.
Untuk memelihara Gestalt yang wajar maka sifat-sifat dan kebiasaan tidak perlu terlepas dari keseluruhan yang menjadi Dasar dimana sifat-sifat dan kebiasaan itu terdapat. Seperti seorang Khonghucu yang gemar makan babi, hendaknya tetap berada dilingkungan Tionghoa Hokkian di Glodok yang masyarakatnya biasa makan daging babi (Siti Maslahah Miftach, 2004). Kalau dia berpindah dilingkungan muslim yang mengharamkan daging babi, maka kegemarannya makan babi akan mendapat tatangan lingkungannya dan terlepas dari keseluruhan yang menjadi Dasar. Akibatnya Gestalt yang semula wajar menjadi tidak wajar. Oleh sebab itu Gestalt wajar dalam manifes kongkretnya  selalu menunjukkan pengaruh kebudayaan dimana individu yang bersangkutan hidup.

Aceh sebelum tsunami.


Sebelum badai tsunami orang Aceh pada umumnya menganggap dirinya sebagai bangsa Aceh, sangat bangga terhadap dirinya dan kebudayaannya. Mereka menyebut teritorinya sebagai “Serambi Mekkah”, tempat yang teragung di dunia setelah Mekkah Al-Mukarromah. Kebanggaan yang meliputi seluruh ketidaksadaran kolektif suku bangsa Aceh, menjadi Dasar atau latar belakang Gestalt keinginan untuk berbeda dari yang lain, untuk menunjukkan diri yang istimewa. Akhirnya terjadilah proses aktualisasi diri yang tidak equal dengan keberadaan Bangsa Indonesia secara keseluruhan yang menjadi Dasar Gestalt  keberadaan Nation-Sate Indonesia. Maka dari perspekptif psikologi organismik, suku bangsa Aceh menjadi semacam organisme yang terlepas dan terisolasi dari keseluruhan yang menjadi Dasar Gestalt Kolektif Bangsa Indonesia. Dari proses psikologis inilah muncul keinginan spraratis Aceh Merdeka pada sekelompok orang Aceh sebagai Gestalt tak wajar yang memicu perang sparatis yang berkepanjangan. Ketika Aceh Merdeka menghadapi tantangan dari Pemerintah dan mayoritas Bangsa Indonesia, sehingga sulit terwujud, terjadi proses psikologis instinc-derrivative yang membentuk obyek substitusi yang lebih terasimilasi dengan lingkungan Dasar keseluruhan psyche Bangsa Indonesia, tetapi tetap mempertahankan keistimewaan, kekhasan yang menggambarkan “id” orang Aceh yang mengganggap dirinya lebih unggul dari yang lain. Inilah yang membentuk Gestalt memberlakukan Syariat Islam dan mengubah nama Aceh menjadi Nangroe Aceh Darussalam yang berarti Negeri Sorgawi. NAD menjadi kulit luar, karena belakangan di Aceh timbul peningkatan Gestalt terisolasi yang menjadi sumber perilaku perjuangan untuk menjadikan Aceh sebagai pusat negara Islam baru yang terbesar didunia yang rencananya bernama Negara Islam Maphilindo, merupakan gabungan negara-negara Malaysia, Philippina dan Indonesia. Prosesnya akan ditempuh melalui serangkaian revolusi dan perubahan sosial di negara-negara itu. Dapat dibayangkan betapa hebatnya pergolakan kawasan ini dimasa depan, karena Gestalt tidak wajar orang-orang Aceh yang mempengaruhi seluruh sikap mental dan perilaku mereka akan menjadi mainstream pergolakan dikawasan ini. Jadi proses psikologis yang menjadi latar belakang pergolakan Aceh selama ini, bukan bersumber dari hakekat “Alladzina yu’minuuna bil-Ghoibi” : “Mereka yang beriman kepada Yang Ghoib” (Al-baqoroh : 3), yang sudah dapat dipastikan akan melahirkan Gestalt yang wajar. Melainkan bersumber dari mekanisme psikologis yang menyimpang yang melahirkan Gestalt tak wajar, yang melahirkan permusuhan dan tragedi kemanusiaan selama berpuluh tahun, tanpa prospek berakhir.



Aceh setelah tsunami.

Setelah tsunami orang Aceh kehilangan segala-galanya. Seluruh kehidupan subyektif dan peradaban yang mereka agung-agungkan selama ini lenyap dalam sekejap. Kini mereka mengalami trauma yang hebat. Gestalt mereka sekarang adalah ketakutan. Ketakutan akan kehidupan dan masa depan. Puluhan ribu orang Aceh tewas dan sisanya sekarat. Bahkan sebagian mereka tidak ingin lagi tinggal di NAD lagi. Gelombang eksodus meninggalkan Aceh, ditengah-tengah sekitar 200.000 lebih mayat yang bergelimpangan hampir diseluruh wilayah Aceh, kecuali Pulau Sabang yang selamat sentosa. Ribuan anggota GAM mati, ribuan tentara mati, mereka yang saling membunuh selama puluhan tahun itu mati. Mereka yang terus menerus berperang itu kini tinggal menjadi onggokan mayat. Negeri yang mereka perebutkan tinggal menjadi kuburan massal dan sumber ancaman wabah epidemi yang mengerikan. Gelombang tsunami yang hanya 10 menit itu telah membuat Aceh menjadi tempat yang paling mengerikan dimuka bumi. Mimpi tentang Aceh Merdeka dan mimpi tentang Negara Islam Maphilindo ikut sirna bersama onggokan mayat-mayat yang membusuk itu. Mereka semua mati. Dahulu Allah pernah membinasakan penduduk negeri Sodom dan Amurah yang sesat (vide, Pengajian Kedelapanbelas, 22/10/04). Peristiwa badai tsunami ini berpuluh kali lipat hebatnya dari peristiwa di zaman Nabi Luth a.s. itu.

Sebab-sebab tsunami


Minggu, 26/12/2004 terjadi badai tsunami akibat  patahan di dasar laut, karena subdukasi lempeng samudera dan lempeng benua. Lempeng samudera patah dan menghunjam kebawah, sedangkan lempeng benua mencuat keatas. Terjadi  didasar laut pada kedalaman 10 km yang tergolong dangkal, pada posisi 2,9o  LU dan 95,6o  BT, di Samudera Hindia selatan Meulaboh, dengan kekuatan 8,9 SM (Skala Magnitudo, yaitu sekala yang sebanding dengan energi yang dilepaskan pusat gempa), jam 7.58,50 WIB, yang mengakibatkan terjadinya gempa tektonik dan badai tsunami yang melanda Meulaboh sebagai gempa pertama. Gempa kedua terjadi pada posisi 12,37o  LU dan 92,15o  BT di Samudera Hindia di dekat Kepulauan Andemen Thailand, dengan kekuatan 5,8 SM, jam 09.15, 57 yang mengakibatkan badai tsunami yang menghantam Thailand, India, Maladewa, Bangladesh hingga Somalia. Gempa ketiga terjadi pada posisi 2,9o   LU dan 95,6o  BT di Samudera Hindia di Kepulauan Nicobar sebelah utara Banda Aceh dengan kekuatan 6,0 SM, jam 09.22,01, yang mengakibatkan badai tsunami menghantam Banda Aceh, Sri Langka dan Malaysia.
Secara tekhnis subdukasi lempeng seperti yang terjadi ini dapat dibuat manusia dengan teknologi tingkat tinggi dengan penggunaan energi laser berkekuatan tinggi yang mampu menembus kedalaman samudera, menembus top soil dan menghantam titik patahan lempeng. Juga bisa dengan mini nuklir yang diledakkan tepat pada titik patahan. Teknologi semacam itu mungkin dimiliki oleh NSA, CIA dan badan-badan setara didunia. Bisa juga oleh peristiwa alam murni berupa gerak subdukasi tektonik alamiah, yang dapat kita kategorikan sebagai perbuatan Tuhan dalam konteks substansi ayat “Alladzina yu’minuuna bil-ghoibi”. Sejauh ini belum ada penyelidikan sebab-sebab terjadinya subdukasi tektonik itu. Ini penting untuk kita memastikan fungsi kognitif dan fungsi transenden kita dalam memahami peristiwa ini.

Prospek pasca tsunami.

Badai tsunami telah melenyapkan generasi yang gemar berperang dan saling membunuh di Aceh dan Sri Lanka (ribuan anggota Macan Tamil tewas). Akan lahir generasi baru dengan proses kanalisasi yang berbeda, sehingga akan membentuk konstitusi jiwa yang berbeda, seperti eksodus Musa a.s. yang justru berputar 40 th di padang pasir agar generasi Bani Israil pertama yang musyrik yang lahir di Mesir punah, sehingga yang masuk Kana’an atau Yerussalem Negeri Yang Dijanjikan adalah generasi baru yang lahir dalam eksodus dengan proses kanalisasi baru yang membentuk konstitusi jiwa yang Tauhid.
Generasi baru Aceh memiliki kesempatan untuk melakukan proses kanalisasi baru, membentuk konstitusi jiwa baru yang terlepas dari cita-cita GAM, Maphilindo dan NAD dengan segala traumatisnya. Akan lahir generasi baru yang lebih sekularistik dengan pemahaman agama yang lebih jernih sehingga dapat mencapai sublimasi Tauhid, dan jadilah mereka ummat yang dimaksud dalam kategori “Alladzina yu’minuuna bil-ghoibi” dengan keseimbangan sifat-sifat agnostic dan transenden. Meskipun saat ini wilayah Aceh merupakan tempat yang paling mengerikan dimuka bumi, tapi setelah ini wilayah Aceh bersama Sri Lanka akan menjadi lokomotip pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Kawasan Sabang (Pulau We) yang terbebas dari bencana akan menjadi pusat manajemen kapital yang dapat menghimpun kapital masyarakat dunia untuk membangun kawasan itu. Insya Allah. Sekian bagian ke II, kita lanjutkan pada bagian ke III Jumat depan. Selamat Tahun Baru Syamsiyah 2005.

Birahmatillahi Wabi’aunihi Fi Sabilih.
Wassalamu’alaikum War. Wab.

Jakarta, 31 Desember 2004.

Pengasuh,



HAJI AGUS MIFTACH

Ketua Umum Front Persatuan Nasional.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar