5.7.17

Gus Dur dan Polycarpus Profesor Arab dan Doktor Gereja

Gus Dur dan Polycarpus
Profesor Arab dan Doktor Gereja
            
Yang juga menarik, banyak tokoh yang secara Politik maupun Keyakinan Agama saling bertentangan cukup Keras ,namun ketika masuk menjadi peserta Pengajian TWU ini mereka memperoleh pencerahan, sehingga kemudian bisa saling menghargai satu sama lain. 

Ada Panglima Pasukan Berani Mati- KH Nuril Arifin yang membela habis-2an saat Gus Dur diambang kejatuhannya dari Kursi Presiden, tapi juga ada Egi Sujana yang punya Pasukan Berani Mati’in, yang musuh besar Gus Dur saat berkembang isu Naga Hijau. Ada Saut Aritonang Tokoh Kristen, dengan penampilan berjenggot ala Yesus, sekaligus  Pengkritik Organisasi “Centeng” Pemuda Pancasila, tapi juga ada dr Hudaefah Huda yang Ketua  Dewan Pembina Pemuda Pancasila Pusat.


            Akan makin menarik jika kita membaca  daftar hadir  di buku Pengajian TWU maupun  forum Dialog FPN lainnya. Mulai dari Gus Dur dan Profesor Dawam Rahardjo yang humanis, tapi juga ada Polycarpus yang dituduh membunuh Munir. Ada Ali Asegaf “Sang Diplomat Syiah”, Ir. Akbar Tanjung mantan Ketua Golkar, Agum Gumelar, Letjen Jaja Suparman, Letjen Agus Wijoyo, Sampai Ridwan Saidi yang anti Ahmadiyah, dan HR Syukur Maskawan yang Sekjen Ahmadiyah Indonesia.


Bahkan juga ada Prof Dr Mashuri Naim yang Gurubesar IAIN lulusan Arab Saudi, tapi juga ada Pendeta Yahya Sunarya yang Sekjen Gereja Kristen Indonesia. Selain itu sejumlah tokoh Nasional  dari berbagai disiplin ilmu terlalu banyak jika harus disebut satu persatu.



Komunitas Guru Bangsa

Forum Lintas Agama, Lintas Parpol, Lintas Budaya  yang mampu menghimpun berbagai tokoh komponen Bangsa untuk hadir  membahas dan mencari solusi berbagai persoalan Bangsa semacam  itu, routin dan sudah ratusan kali pertemuan  tiap Jum’at, sayangnya tak banyak Media Cetak maupun Elektronik yang mengexspose. Kalaupun ada sejumlah wartawan TV , Radio, dan Surat Kabar yang sesekali datang, mereka tak memberi porsi yang memadai atas pemberitaan isi Pengajian TWU. Ini tentu terkait dengan kenyataan bahwa hampir sebagian besar  Idealisme Media sudah”terbeli” oleh kepentingan para pemilik modal.

            Padahal jika isi pengajian dan pembahasan di forum tersebut bisa tersebar luas di masyarakat, banyak ilmu yang bisa diperoleh Bangsa ini untuk keluar dari krisis multri demensi.

            Sementara itu “Kampanye Hitam” terhadap Tokoh Pengasuh  Forum TWU ,Gus Miftach, nampaknya juga banyak terlanjur menyebar dikalangan awak Media. Walaupun Gus Miftach sendiri dengan jujur mengaku ”Bukan Orang Suci” , dan bahkan disinyalir ada Tokoh-2 yang anti terhadap Keturunan Sunan Bonang dari Demak ini, juga memberi julukan pengganti Jendral Rudini di Ketum KPU 1999 itu- sebagai “Binatang Buas” , namun faktanya Gus Miftach mampu menjadi perekat banyak tokoh berbagai komponen Bangsa yang selalu hadir kerumahnya tanpa diberi ongkos, kecuali sekedar nasi bungkus dan air putih.

Mutiara Tauhid

Jika banyak tokoh Nasional berkumpul dan berbaur dengan segenap lapisan potensi Bangsa lainnya, berbicara dalam nada kesetaraan, menghargai satu sama lain, mengungkapkan pemikiran dan ide demi perbaikan, Kemajuan ,Kemakmuran dan Keadilan bagi seluruh Bangsa, maka nama “Komunitas Guru Bangsa” layak  disandangkan pada mereka.
Ketika secara terpisah, sendiri-sendiri, banyak tokoh tumbang dalam percaturan dinamika Negara yang sedang gamang, maka dikala mereka menyatu bak untaian Mutiara di Zamrut Katulistiwa, wajar banyak yang berharap bisa berguru pada “Komunitas” semacam itu.

Tengoklah beberapa “Mutiara Tauhid” yang keluar dari Samudra Keteduhan hati para tamu Diskusi di Forum Tauhid Wahdatul Ummah, di tepian kolam renang rumah Kyai “Mbeling” Gus Miftach – Permata Hijau AA/3 Jakarta Selatan itu. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar