Gus Dur dan Polycarpus
Profesor Arab dan Doktor Gereja
Yang
juga menarik, banyak tokoh yang secara Politik maupun Keyakinan Agama saling
bertentangan cukup Keras ,namun ketika masuk menjadi peserta Pengajian TWU ini
mereka memperoleh pencerahan, sehingga kemudian bisa saling menghargai satu
sama lain.
Ada Panglima Pasukan Berani Mati- KH Nuril Arifin yang membela
habis-2an saat Gus Dur diambang kejatuhannya dari Kursi Presiden, tapi juga ada
Egi Sujana yang punya Pasukan Berani Mati’in, yang musuh besar Gus Dur saat
berkembang isu Naga Hijau. Ada Saut Aritonang Tokoh Kristen, dengan penampilan
berjenggot ala Yesus, sekaligus Pengkritik Organisasi “Centeng” Pemuda
Pancasila, tapi juga ada dr Hudaefah Huda yang Ketua Dewan Pembina Pemuda Pancasila Pusat.
Akan makin menarik jika kita membaca daftar hadir di buku Pengajian TWU maupun forum Dialog FPN lainnya. Mulai dari Gus Dur dan Profesor Dawam Rahardjo yang humanis, tapi juga ada Polycarpus yang dituduh membunuh Munir. Ada Ali Asegaf “Sang Diplomat Syiah”, Ir. Akbar Tanjung mantan Ketua Golkar, Agum Gumelar, Letjen Jaja Suparman, Letjen Agus Wijoyo, Sampai Ridwan Saidi yang anti Ahmadiyah, dan HR Syukur Maskawan yang Sekjen Ahmadiyah Indonesia.
Bahkan juga ada
Prof Dr Mashuri Naim yang Gurubesar IAIN lulusan Arab Saudi, tapi juga ada
Pendeta Yahya Sunarya yang Sekjen Gereja Kristen Indonesia. Selain itu sejumlah
tokoh Nasional dari berbagai disiplin
ilmu terlalu banyak jika harus disebut satu persatu.
Komunitas Guru Bangsa
Forum
Lintas Agama, Lintas Parpol, Lintas Budaya
yang mampu menghimpun berbagai tokoh komponen Bangsa untuk hadir membahas dan mencari solusi berbagai
persoalan Bangsa semacam itu, routin dan
sudah ratusan kali pertemuan tiap Jum’at,
sayangnya tak banyak Media Cetak maupun Elektronik yang mengexspose. Kalaupun
ada sejumlah wartawan TV , Radio, dan Surat Kabar yang sesekali datang, mereka
tak memberi porsi yang memadai atas pemberitaan isi Pengajian TWU. Ini tentu
terkait dengan kenyataan bahwa hampir sebagian besar Idealisme Media sudah”terbeli” oleh kepentingan
para pemilik modal.
Padahal
jika isi pengajian dan pembahasan di forum tersebut bisa tersebar luas di
masyarakat, banyak ilmu yang bisa diperoleh Bangsa ini untuk keluar dari krisis
multri demensi.
Sementara
itu “Kampanye Hitam” terhadap Tokoh Pengasuh
Forum TWU ,Gus Miftach, nampaknya juga banyak terlanjur menyebar
dikalangan awak Media. Walaupun Gus Miftach sendiri dengan jujur mengaku ”Bukan
Orang Suci” , dan bahkan disinyalir ada Tokoh-2 yang anti terhadap Keturunan
Sunan Bonang dari Demak ini, juga memberi julukan pengganti Jendral Rudini di
Ketum KPU 1999 itu- sebagai “Binatang Buas” , namun faktanya Gus Miftach mampu
menjadi perekat banyak tokoh berbagai komponen Bangsa yang selalu hadir
kerumahnya tanpa diberi ongkos, kecuali sekedar nasi bungkus dan air putih.
Mutiara Tauhid
Jika banyak tokoh
Nasional berkumpul dan berbaur dengan segenap lapisan potensi Bangsa lainnya,
berbicara dalam nada kesetaraan, menghargai satu sama lain, mengungkapkan pemikiran
dan ide demi perbaikan, Kemajuan ,Kemakmuran dan Keadilan bagi seluruh Bangsa,
maka nama “Komunitas Guru Bangsa” layak
disandangkan pada mereka.
Ketika secara
terpisah, sendiri-sendiri, banyak tokoh tumbang dalam percaturan dinamika
Negara yang sedang gamang, maka dikala mereka menyatu bak untaian Mutiara di
Zamrut Katulistiwa, wajar banyak yang berharap bisa berguru pada “Komunitas”
semacam itu.
Tengoklah
beberapa “Mutiara Tauhid” yang keluar dari Samudra Keteduhan hati para tamu
Diskusi di Forum Tauhid Wahdatul Ummah, di tepian kolam renang rumah Kyai
“Mbeling” Gus Miftach – Permata Hijau AA/3 Jakarta Selatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar