PIDATO
PEMBUKAAN
DIALOG
KEBANGSAAN KE II
Bismillahirrahmanirrahiem,
Assalamu'alaikum War. Wab.
Alhamdulillah dst,
amma ba'du.
Yang
kami hormati,
Pak
Hadi Utomo, Ketua Umum Partai Demokrat,
Ibu
Marwah Daud, Ketua Umum ICMI,
Mas
Anas Urbaningrum, Ketua Partai Demokrat,
Pak
Edwin Sukokwati, Ketua Umum Persatuan Nasional Demokrat, dan
Pak Soekmana Soma, Ketua Front Persatuan Nasional.
Segenap
pimpinan ormas, parpoi, Ism dan tokoh-tokoh berbagai kalangan, termasuk dari
Korea Selatan dan Jepang yang hadir pada acara ini, Segenap pengurus dan Scader
FPN, pusat dan daerah,
Segenap
peserta Pengajian Tauhid Wandatul Ummah, pusat dan daerah,
Segenap pengurus dan anggota Koperasi Tenaga Ker ja Indonesia,
Segenap
anggota panitya yang telah bersusah payah bagi terselenggaranya acara ini,
Segenap
undangan, hadirin dan hadirat.
Kita semua berkumpui
disini dengan satu niat, yaitu mengemukakan pikiranpikiran terbaik guna turut
serta mengatasi problematik bangsa kita yang demikian kompleks dan sering
membingungkan kita sendiri. Ini adalah Dialog Kebangsaan ke II
dengan tema utama, "Demokrati dan Kebangsaan untuk Mewujudkan Harapan
Rakyat." Sebuah tema yang mencerminkan ekspektasi hari depan yang lebih
baik, insya Allah. Dialog Kebangsaan ke I kita adakan pada 18 Januari yan lalu
dengan pembicara pak Agum Gumelar dan pak Akbar Tanjung.
Ditengah-tengah
kita hadir pak Hadi Utomo, Ketua Umum Partai Demokrat, yang berhasil
memenangkan Pemilihan Umum Presiden th. 2004 dengan mengusung
SBY dan MJK yang kini telah menjadi kenyataan politik dalam pemerintahan. Juga
hadir Ibu Marwah Daud Ibrahim, Ketua Umum ICMI yang saat ini merupakan
satu-satunya laki-laki pemberani di ICMI.
Berbeda dengan
system parlementer, Partai Demokrat bukan Partai yang memerintah yang menguasai
Kabinet dan Parlemen. Dalam system politik kita yang tidak menentu dan tidak
jelas jenis kelaminnya, Partai bemokrat dalam banyak hal bahkan lebih tampak
sebagoi partai marjinal. Oleh karena itu menjadi tidak adil jika kita
menimpakan segala kelemahan dan kekurangberhasilan pemerintah kepada Partai
bemokrat. Meskipun derrmikian, membebaskan Partai bemokrat dari tanggungjawab
buruknya kinerja pemerintahan juga tidak adil. Kita akan mencari posisi dialog
ditengah tengah ekuilibrium itu yang menjadikan porsi tanggung jawab para pihak
berada pada tempntnya masing-masing secara tepat dan adil. Initah demokrasi
yang benar.
Adalah suatu
kenyataan bahwa demokrasi yang kita jalankan kurang berpijak pada dasar
ideology kebangsaan dan tidak memiliki agenda yang pasti
dalam mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial. Konstitusi yang buruk ditambah
dengan karakteristik pimpinan pemerintah yang inkonsisten dan selalu dalam
keraguan, menjadi salah satu faktor melambatnya pertumbuhan dan kemerosotan
hampir disegala bidang. Sistem politik yang kita anut, yaitu Demokrasi tanpa
Liberal Constitution yang legal dan tanpa spirit Nasionalism, melahirkan
kebebasan tanpa visi yang mengakibatkan merebaknya hedonisme dan kleptokrasi
yang mendorong rakyat kita terjerumus kedalam anarkhi dan vandalisme. Tetapi
membebankan semua kekeliruan ini hanya di pundak pemerintah juga tidak adil.
bemoralisasi DPR dan Parpol-parpol peserta Pemilu 2004 memberikan andil benar
keterpurukan bangsa ini. Baru-baru ini seorang ekonom senior memperingatkan
saya bahwa DPR telah meloloskan RUU Penanaman Modal yang super Iiberal yang
bersifat predatorik yang akan menjadikan kita semua inlander,
dan akan lebih banyak rakyat kita yang bunuh diri karena miskin. UU
Penanaman Modal itu akan menjadikan kita gembel yang mati ditengah tengah
lumbung kemakmuran, karena para politisi yang bodoh dan tamak.
Kini
dengan pertumbuhan yang hanya 5,5 %, telah menciptakan ledakan pengangguran
mendekati angka 25 %, dan akan berakibat lan jut dengan meningkatnya kemiskinan,
kriminalitas, demoralisasi dan. degradasi sosial secara menyeluruh. Kita berada
di ambang kekacauan sosial dan keruntuhan.
Adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk melawan
bahaya itu dan membawa bangsa keluar dari situasi kritis kepada suatu proses
yang lebih memberikan harapan. Sangat aneh jika ditengah-tengah situasi ekonomi
yang sekarat ini, Menteri Keuangan lebih senang membangun pujian-pujian kepada
dirinya, daripada membuktikan kinerja yang benar. Mungkin bagi Menteri Keuangan
yang dimaksud keberhasilan adalah kepuasan kalangan IMF terhadap kinerjanya,
bukan kepuasan rakyat Indonesia.
Kita telah di jerumuskan oleh para komprador kedalam
mitos demokrasi dan kebebasan tanpa tujuan, yang telah menjerumuskan bangsa
kita kedalam hedonisme, kleptokrasi, anarkhi dan vandalisme yang membunuh diri
sendiri. Sekarang ada juga yang mencoba mengganti mitos demokrasi dengan mitos
spiritual yang nihqis, dengan dzikir dan doa politik yang
sesungguhnya merupakan bentuk pemalsuan agama. Semua
pihak harus bertanggungjawab berdasarkan akal sehat, menurut prinsip-prinsip i
jtimn'iyyah dengan pertanggungjawaban yang kongkret. Masalah politik dan
pemerintahan ada di wilayah logos dan teknos yang memerlukan kemampuan dan
pertanggungjawaban dalam spektrum yang rasional,
bukan spektrum yang irrasional seperti dzikir-dzikir palsu itu yang hingar
bingar dengan publisitas politik. bzikir ada di wilayah mitos untuk menjangkau
transendensi religius yang sepi, dan capaian yang dituju bersi f at
Actus Purus (hakekat keberadaan)
yang bersifat tauhidiyah yang sama sekali tidak bersinggungan dengan pengertian
politik praktis.
Tentang Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1747 mengenai
sanksi atas Iran, Pemerintah SBY ikut menyetujui yang menyulut protes yang luas
di dalam negeri. Sejauh ini Menteri Luar Negeri tidak mampu memberikan
penjelasan logik. Jika ada kepentingan praktis terhadap Iran tentu soal pasokan
minyak murah yang ternyata IrarE mem:i.ig s iaals mau memberikan
kepada Indonesia dengan alasan sudah banyak membantu Palestina. Sementara
banyak kepentingan Indonesia terhadap Barat. Lalu apa manfaatnya mendukung Iran
? Sikap politik harus bersifat rasional, tidak mitis atau mistis, apalagi
Indonesia memang bukan bagian sejarah Arabio. Tetapi jika pemerintah tidak
mampu memberikan penjelasan rasional, kasus ini dapat menjadi pemicu menguatnya
gerakan yang bertujuan menjatuhkan pemerintah.
Peperangan antara Arab dengan Barat sudah berlangsung
selama ribuan tahun. Perang adalah tradisi mereka. Peradaban mereka tumbuh dari
peperangan. Tuhan-tuhan mereka yang mengendap dalam
ketidaksadaran kolektif dan konstitusi-jiwa mereka adalah Dewa-dewa Perang
seperti Ba'al, Marduk dan Zarathrustra, tuhan-tuhan paganis Kana'an, Arabia an
Mesopotamia. Data-data historiografi dan antropologi seputar mereka sudah biasa
kita bahas dalam penga jian-penga jian tauhid setiap Jumat malam. Emosi
religiusitas tidak pada tempatnya kita libatkan dalam konflik antar Arab dan
Barat. Meskipun sebagian besar Arabia telah beragama Islam, namun
ketidaksadaran kolektif mereka masih dipenuhi dengan paganisme pra-Islam yang
berasal dari zaman kejayaan peradaban pagan ribuan tahun sebelumnya. Harus
diakui kita sendiri belum terlepas sepenuhnya dari kebesaran peradaban
Hindu-Buddha (Shiwa-Buddha) yang membangun kejayaan bangsa selama 1200 tahun
sebelum kedatangan Islam. Monumen Arjuna Wi jaya yang Agung
dihadapan Istana Negara berasal dari Kitab Bagawat Githa (abad ke 32 SM),
bagian dari mitologi Hindu yang berakar dalam ketidaksadaran kolektif bangsa
Indonesia. Islam yang dikembangkan Wali Songo merupakan
tasauf yang men jun jung tinggi urfiyah (budaya). Diatas sendi-sendi yang
akulturatif itulah syari'at di jalankan dengan penuh kedamaian. Meskipun sesamn
Islam, Indonesia dan Arabia memiliki akar sejarah yang berbeda. Kita membela
Iran bukan karena ke-Islaman nya, tapi karena Iran diperlakukan tidak
adil. Dan negara-bangsa manapun, apapun agamanya, wajib kita bela jika
diperlakukan tidak adil. Tetapi pada saat ini yang terlebih penting dari semua
itu adalah keadilan bagi rakyat kita sendiri. Kehidupan Demokrasi dan
Kebangsaan kita harus mampu mewujudkan harapan rakyat. Jika tidak, maka system
negara-bangsa ini telah gagal. Dan kita tidak ingin itu terjadi, maka kita
berdialog disini.
Akhirnya
i jinkanlah saya membuka acara,"DIALOG KEBANGSAAN KE-II", dengan
ucapan BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM,
Selamag Berdialog, semoga Allah Azza wa Jalla meridhoi,
terima kasih.
Birrahmatillahi
Wabi'aunihi fi Sabilih,
Wassalamu'alaikum
War
KH. AGUS MIFTACH
KETUA
UMUM FRONT PERSATUAN NASIONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar