6.7.17

PIDATO PEMBUKAAN DIALOG KEBANGSAAN KE II

PIDATO PEMBUKAAN
DIALOG KEBANGSAAN KE II

Bismillahirrahmanirrahiem, Assalamu'alaikum War. Wab.

Alhamdulillah           dst, amma ba'du.
Yang kami hormati,
Pak Hadi Utomo, Ketua Umum Partai Demokrat,
Ibu Marwah Daud, Ketua Umum ICMI,
Mas Anas Urbaningrum, Ketua Partai Demokrat,
Pak Edwin Sukokwati, Ketua Umum Persatuan Nasional Demokrat, dan Pak Soekmana Soma, Ketua Front Persatuan Nasional.
Segenap pimpinan ormas, parpoi, Ism dan tokoh-tokoh berbagai kalangan, termasuk dari Korea Selatan dan Jepang yang hadir pada acara ini, Segenap pengurus dan Scader FPN, pusat dan daerah,
Segenap peserta Pengajian Tauhid Wandatul Ummah, pusat dan daerah, Segenap pengurus dan anggota Koperasi Tenaga Ker ja Indonesia,
Segenap anggota panitya yang telah bersusah payah bagi terselenggaranya acara ini,
Segenap undangan, hadirin dan hadirat.

Kita semua berkumpui disini dengan satu niat, yaitu mengemukakan pikiran­pikiran terbaik guna turut serta mengatasi problematik bangsa kita yang demikian kompleks dan sering membingungkan kita sendiri. Ini adalah Dialog Kebangsaan ke II dengan tema utama, "Demokrati dan Kebangsaan untuk Mewujudkan Harapan Rakyat." Sebuah tema yang mencerminkan ekspektasi hari depan yang lebih baik, insya Allah. Dialog Kebangsaan ke I kita adakan pada 18 Januari yan lalu dengan pembicara pak Agum Gumelar dan pak Akbar Tanjung.

Ditengah-tengah kita hadir pak Hadi Utomo, Ketua Umum Partai Demokrat, yang berhasil memenangkan Pemilihan Umum Presiden th. 2004 dengan mengusung SBY dan MJK yang kini telah menjadi kenyataan politik dalam pemerintahan. Juga hadir Ibu Marwah Daud Ibrahim, Ketua Umum ICMI yang saat ini merupakan satu-satunya laki-laki pemberani di ICMI.
Berbeda dengan system parlementer, Partai Demokrat bukan Partai yang memerintah yang menguasai Kabinet dan Parlemen. Dalam system politik kita yang tidak menentu dan tidak jelas jenis kelaminnya, Partai bemokrat dalam banyak hal bahkan lebih tampak sebagoi partai marjinal. Oleh karena itu menjadi tidak adil jika kita menimpakan segala kelemahan dan kekurangberhasilan pemerintah kepada Partai bemokrat. Meskipun derrmikian, membebaskan Partai bemokrat dari tanggungjawab buruknya kinerja pemerintahan juga tidak adil. Kita akan mencari posisi dialog ditengah tengah ekuilibrium itu yang menjadikan porsi tanggung jawab para pihak berada pada tempntnya masing-masing secara tepat dan adil. Initah demokrasi yang benar.
Adalah suatu kenyataan bahwa demokrasi yang kita jalankan kurang berpijak pada dasar ideology kebangsaan dan tidak memiliki agenda yang pasti dalam mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial. Konstitusi yang buruk ditambah dengan karakteristik pimpinan pemerintah yang inkonsisten dan selalu dalam keraguan, menjadi salah satu faktor melambatnya pertumbuhan dan kemerosotan hampir disegala bidang. Sistem politik yang kita anut, yaitu Demokrasi tanpa Liberal Constitution yang legal dan tanpa spirit Nasionalism, melahirkan kebebasan tanpa visi yang mengakibatkan merebaknya hedonisme dan kleptokrasi yang mendorong rakyat kita terjerumus kedalam anarkhi dan vandalisme. Tetapi membebankan semua kekeliruan ini hanya di pundak pemerintah juga tidak adil. bemoralisasi DPR dan Parpol-parpol peserta Pemilu 2004 memberikan andil benar keterpurukan bangsa ini. Baru-baru ini seorang ekonom senior memperingatkan saya bahwa DPR telah meloloskan RUU Penanaman Modal yang super Iiberal yang bersifat predatorik yang akan menjadikan kita semua inlander, dan akan lebih banyak rakyat kita yang bunuh diri karena miskin. UU Penanaman Modal itu akan menjadikan kita gembel yang mati ditengah tengah lumbung kemakmuran, karena para politisi yang bodoh dan tamak.
Kini dengan pertumbuhan yang hanya 5,5 %, telah menciptakan ledakan pengangguran mendekati angka 25 %, dan akan berakibat lan jut dengan meningkatnya kemiskinan, kriminalitas, demoralisasi dan. degradasi sosial secara menyeluruh. Kita berada di ambang kekacauan sosial dan keruntuhan.
Adalah menjadi tanggung jawab kita semua untuk melawan bahaya itu dan membawa bangsa keluar dari situasi kritis kepada suatu proses yang lebih memberikan harapan. Sangat aneh jika ditengah-tengah situasi ekonomi yang sekarat ini, Menteri Keuangan lebih senang membangun pujian-pujian kepada dirinya, daripada membuktikan kinerja yang benar. Mungkin bagi Menteri Keuangan yang dimaksud keberhasilan adalah kepuasan kalangan IMF terhadap kinerjanya, bukan kepuasan rakyat Indonesia.

Kita telah di jerumuskan oleh para komprador kedalam mitos demokrasi dan kebebasan tanpa tujuan, yang telah menjerumuskan bangsa kita kedalam hedonisme, kleptokrasi, anarkhi dan vandalisme yang membunuh diri sendiri. Sekarang ada juga yang mencoba mengganti mitos demokrasi dengan mitos spiritual yang nihqis, dengan dzikir dan doa politik yang sesungguhnya merupakan bentuk pemalsuan agama. Semua pihak harus bertanggungjawab berdasarkan akal sehat, menurut prinsip-prinsip i jtimn'iyyah dengan pertanggungjawaban yang kongkret. Masalah politik dan pemerintahan ada di wilayah logos dan teknos yang memerlukan kemampuan dan pertanggungjawaban dalam spektrum yang rasional, bukan spektrum yang irrasional seperti dzikir-dzikir palsu itu yang hingar bingar dengan publisitas politik. bzikir ada di wilayah mitos untuk menjangkau transendensi religius yang sepi, dan capaian yang dituju bersi f at Actus Purus (hakekat keberadaan) yang bersifat tauhidiyah yang sama sekali tidak bersinggungan dengan pengertian politik praktis.

Tentang Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1747 mengenai sanksi atas Iran, Pemerintah SBY ikut menyetujui yang menyulut protes yang luas di dalam negeri. Sejauh ini Menteri Luar Negeri tidak mampu memberikan penjelasan logik. Jika ada kepentingan praktis terhadap Iran tentu soal pasokan minyak murah yang ternyata IrarE mem:i.ig s iaals mau memberikan kepada Indonesia dengan alasan sudah banyak membantu Palestina. Sementara banyak kepentingan Indonesia terhadap Barat. Lalu apa manfaatnya mendukung Iran ? Sikap politik harus bersifat rasional, tidak mitis atau mistis, apalagi Indonesia memang bukan bagian sejarah Arabio. Tetapi jika pemerintah tidak mampu memberikan penjelasan rasional, kasus ini dapat menjadi pemicu menguatnya gerakan yang bertujuan menjatuhkan pemerintah.

Peperangan antara Arab dengan Barat sudah berlangsung selama ribuan tahun. Perang adalah tradisi mereka. Peradaban mereka tumbuh dari peperangan. Tuhan-tuhan mereka yang mengendap dalam ketidaksadaran kolektif dan konstitusi-jiwa mereka adalah Dewa-dewa Perang seperti Ba'al, Marduk dan Zarathrustra, tuhan-tuhan paganis Kana'an, Arabia an Mesopotamia. Data-data historiografi dan antropologi seputar mereka sudah biasa kita bahas dalam penga jian-penga jian tauhid setiap Jumat malam. Emosi religiusitas tidak pada tempatnya kita libatkan dalam konflik antar Arab dan Barat. Meskipun sebagian besar Arabia telah beragama Islam, namun ketidaksadaran kolektif mereka masih dipenuhi dengan paganisme pra-Islam yang berasal dari zaman kejayaan peradaban pagan ribuan tahun sebelumnya. Harus diakui kita sendiri belum terlepas sepenuhnya dari kebesaran peradaban Hindu-Buddha (Shiwa-Buddha) yang membangun kejayaan bangsa selama 1200 tahun sebelum kedatangan Islam. Monumen Arjuna Wi jaya yang Agung dihadapan Istana Negara berasal dari Kitab Bagawat Githa (abad ke 32 SM), bagian dari mitologi Hindu yang berakar dalam ketidaksadaran kolektif bangsa Indonesia. Islam yang dikembangkan Wali Songo merupakan tasauf yang men jun jung tinggi urfiyah (budaya). Diatas sendi-sendi yang akulturatif itulah syari'at di jalankan dengan penuh kedamaian. Meskipun sesamn Islam, Indonesia dan Arabia memiliki akar sejarah yang berbeda. Kita membela Iran bukan karena ke-Islaman nya, tapi karena Iran diperlakukan tidak adil. Dan negara-bangsa manapun, apapun agamanya, wajib kita bela jika diperlakukan tidak adil. Tetapi pada saat ini yang terlebih penting dari semua itu adalah keadilan bagi rakyat kita sendiri. Kehidupan Demokrasi dan Kebangsaan kita harus mampu mewujudkan harapan rakyat. Jika tidak, maka system negara-bangsa ini telah gagal. Dan kita tidak ingin itu terjadi, maka kita berdialog disini.
Akhirnya i jinkanlah saya membuka acara,"DIALOG KEBANGSAAN KE-II", dengan ucapan BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM,

Selamag Berdialog, semoga Allah Azza wa Jalla meridhoi, terima kasih.
Birrahmatillahi Wabi'aunihi fi Sabilih,
Wassalamu'alaikum War
KH. AGUS MIFTACH
KETUA UMUM FRONT PERSATUAN NASIONAL


Tidak ada komentar:

Posting Komentar